KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo membeberkan fakta bahwa angka kemiskinan di provinsi yang dia pimpin mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun ini penurunan di Jateng jadi yang paling besar se-Indonesia.
Hal itu Ganjar paparkan dalam Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jateng tahun 2018-2023 di Magelang, Selasa (23/10/2018).
"Pada Maret 2018 misalnya, tercatat angka kemiskinan mencapai 11,32 persen. Angka ini menurun bila dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 1,69 persen," kata Ganjar dalam keterangan resminya.
Hasil ini pun, lanjut ia, menjadi prestasi karena tidak ada provinsi lain di Indonesia yang berhasil menurunkan angka kemiskinan sebanyak Jateng.
Meskipun demikian, Ganjar merasa angka kemiskinan Jateng sekarang masih terlalu tinggi. Ia menargetkan pada 2023 angkanya akan turun lagi menjadi 7,48 persen
“Sejak saya menjabat 2013 lalu sebesar 14,44 persen dan menjadi 11,32 persen di 2018. Namun angka ini masih cukup tinggi. Untuk itu kami menargetkan pada lima tahun akan datang turun menjadi 7,48 persen," kata Ganjar.
Selain angka kemiskinan, Ganjar juga akan fokus dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka pengangguran dan peningkatan indeks pembangunan manusia.
Ganjar menjelaskan pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2018 sebesar 5,27 persen. Capaian tersebut tertinggi dibanding provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Ia menargetkan pertumbuhan ekonomi naik jadi 5,7 persen pada 2023.
Selain itu, angka pengangguran ditarget turun jadi 4 persen dan IPM naik jadi 73 dengan target reformasi birokrasi sebesar 83 pada 2023.
Untuk mewujudkan itu, Ganjar mengatakan, membutuhkan bantuan semua pihak, khususnya Bupati/Walikota di seluruh Jawa Tengah.
Apalagi kemiskinan di beberapa daerah tergolong tinggi. Misalnya di Kabupaten Wonosobo sebesar 14,36 persen atau yang teringgi di Jateng.
"Semua daerah harus bekerja keras untuk mewujudkan target ini. Semuanya demi Jawa Tengah yang lebih baik," terangnya.
Selain fokus pada target-target pencapaian lima tahun yang akan datang, Ganjar juga memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi saat ini.
Untuk itu, dalam penetapan RPJMD 2018-2023, pihaknya meminta agar tantangan-tantangan itu dapat dipertimbangkan agar tidak menimbulkan masalah.
"Beberapa tantangan itu seperti daya tampung lingkungan, penanggulangan kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, persoalan air, persoalan bencana, sampah, adaptasi perubahan iklim, emisi gas rumah kaca dan sebagainya," tuturnya.