Advertorial

Inovasi Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 2018, Batam Jadi Kota Percontohan

Kompas.com - 26/10/2018, 15:21 WIB

BATAM, KOMPAS.com - Seminar Nasional Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 2018 yang diselenggarakan Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) yang bekerjasama dengan Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) di Batam, Kepulauan Riau (Kepri) mendapatkan apresiasi dari banyak pihak.

Hal ini terbukti dari ramainya peserta yang mengikuti seminar yang dilakukan di Aston Hotel Batam sejak Rabu (24/10/2018) hingga Jumat (26/10/2018) mendatang. Mulai dari Institusi swasta seperti kontraktor, konsultan, engineer hingga intansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dari masing-masing Kabupaten/Kota serta Provinsi yang ada di Indonesia.

Seminar yang bertemakan Inovasi Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan ini, mengangkat isu-isu inovasi terkait bendungan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pembangunan, operasi dan pemeliharaan bendungan. Kemudian Rehabilitasi bendungan dan penanganan kondisi ekstrim serta pembiayaan.

Dirjen SDA Kementerian PUPR RI yang juga Ketua KNI-BB Dr. Ir. Hari Suprayogi, M.Eng dalam pembukaan acara mengatakan seminar kali ini bertujaun untuk pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan atau penemuan baru berupa gagasan, metode atau alat yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

Dalam kegiatan ini, para peserta mengikuti serangkaian kegiatan ilmiah, berupa Focus Group Discussion (FGD), seminar dan technical tour yang diharapkan diakhir kegiatan para peserta mampu menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang bernilai inovasi. Seperti memiliki ciri kekhasan, unik, khusus, unsur kebaruan atau orisinalitas, dilakukan melalui proses terencana dan memiliki tujuan serta arah jelas untuk dicapai.

Pemilihan Kota Batam sebagai pemantik inovasi melalui kegiatan Seminar Nasional di tahun 2018 ini bukan tanpa alasan. Kota Batam yang saat ini tercatat memiliki delapan bendungan eksisting selain bendungan Sei Gong yang sedang dibangun, di dalam hal bendungan dapat dikatakan salah satu center of innovation.

Setidaknya ada empat hal bernilai inovasi yang dapat menjadi referensi. Pertama, sebagai pulau yang sumber airnya mengandalkan air hujan dan dihadapkan pada kebutuhan air untuk pusat-pusat industri dan permukiman yang mulai berkembang. Salah satu contoh pembangunan bendungan Sei Baloi di Batam pada tahun 1974, merupakan inovasi pemenuhan kebutuhan air baku di jaman itu.

Kedua, pembangunan bendungan Duriangkang pada akhir tahun 1990 merupakan pembangunan bendungan muara (estuary dam) pertama di Indonesia. Ketiga, bendungan Duriangkang memiliki panjang 952 meter, tinggi 10 meter, dan lebar 11 meter dengan luas daerah tangkapan air mencapai 7.259 hektar, luas permukaan 1.284 hektar, luas genangan 874 hektar dengan suplai air baku mencapai 3.000 liter/detik. Dan ini merupakan bendungan muara terbesar di Asia Tenggara.

- -

Kemudian keempat, konstruksi bendungan Duriangkang menggunakan struktur "Cut off Walls", dimana struktur ini juga terbesar di Asia Tenggara. Tidak heran organisasi KNI-BB yang sudah berumur 46 tahun, selalu merasa tertantang untuk berpartisipasi dan ber-inovasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama di bidang pembangunan bendungan.

Untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kota Batam yang kondisinya saat ini defisit 490 liter/detik, pembangunan bendungan masih merupakan inovasi yang paling andal. Tanpa pembangunan bendungan dan tanpa adanya inovasi penyediaan air baku lainnya, maka pada tahun 2023 diperkirakan deficit meningkat menjadi 1.980 liter/detik.

Di era teknologi informasi ini, KNI-BB berusaha mendorong inovasi dengan memanfaatkan teknologi yang membantu kita antara lain dalam hal kalkulasi aliran masuk/keluar waduk, sehingga meningkatkan kinerja waduk dan mengontrol pelepasan air yang lebih baik. Kemudian analisa kondisi bendungan, sehingga mengoptimalkan Operasi dan Pemeliharaan (O & P), serta Quick Assessment berbasis risiko terhadap keamanan bendungan, sehingga informasi untuk tanggap darurat dan pengurangan risiko menjadi lebih baik.

Terkait resiko keamanan bendungan, baru-baru ini marak didiskusikan tentang Likuifaksi, yaitu fenomena ketika tanah kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan (gempa), sehingga berubah wujud menjadi cair. Kejadian Likuifaksi sebenarnya relatif bisa diantisipasi dengan peta, namun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyatakan bahwa peta zona Likuifaksi di Indonesia masih minim.

Menyadari pentingnya peta zona Likuifaksi sebagai pertimbangan di dalam perencanaan pembangunan bendungan, sedangkan kita di KNI-BB memiliki banyak ahli peta, ahli Sistem Informasi Geografis (GIS), ahli geologi bahkan ahli geomorfologi, maka sudah saatnya anggota KNI-BB mulai melakukan inovasi berupa pemetaan zona Likuifaksi di kawasan sekitar bendungan yang akan di bangun di Indonesia.

Menteri PUPR RI M. Basuki Hadimuljono yang juga hadir dalam pembukaan Seminar Nasional Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 2018 mengaku sebagai Kementerian yang mengemban tugas dalam pembangunan infrastruktur, pihaknya tentunya harus terus mempersembahkan infrastruktur yang lebih baik kepada masyarakat.

Untuk infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan dan air, PUPR patut bersyukur bahwa sedikit lagi pihaknya mampu mewujudkan impian masyarakat Indonesia untuk memiliki 65 bendungan baru, yang saat ini PUPR telah membangun 78 persen dari rencana tersebut.

Bahkan hingga akhir tahun 2019 nanti, diharapkan pembangunan bendungan yang cukup signifikan ini mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan di negara kita. Dari 231 bendungan yang ada di negara kita, 199 bendungan selesai dibangun sebelum tahun 2004, dimana 37 diantaranya dibangun di jaman penjajahan Belanda dalam kurun waktu 2004-2014 terdapat 22 bendungan yang telah selesai.

Dalam tiga tahun terakhir, PUPR telah menyelesaikan sembilan bendungan dan InsyaAllah sampai akhir tahun 2022 akan menyelesaikan 55 bendungan lagi.

Untuk tahun 2018, terdapat delapan bendungan yang akan selesai yakni Bendungan Rotiklot di NTT, Logung di Jawa Tengah, Sindang Heula di Banten, Sei Gong di Batam, Kuningan di Jawa Barat, Mila di NTB, Gondang di Jawa Tengah dan Paselloreng di Sulawesi Selatan.

Selain sebagai sumber energi (PLTA), bendungan juga dapat menjadi icon atau landmark kawasan, sehingga mampu membangkitkan destinasi wisata baru dan memicu pertumbuhan ekonomi lokal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau