Advertorial

Sitiwinangun akan Menjadi Desa Wisata Berbasis Budaya

Kompas.com - 22/11/2018, 18:40 WIB

CIREBON - Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, segera menjadi desa wisata berbasis budaya. Peresmiannya akan dilakukan oleh Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat, Kamis (22/11).

"Peresmiannya direncanakan tanggal 22 November mendatang. Pada hari itu juga akan diproduksi masal gerabah di rumah gerabah yang ada di desa itu," ujar Arief Natadiningrat, Senin (19/11).

Arief Natadiningrat mengungkapkan, di rumah gerabah ini, dulu pernah bekerja 1000 pengrajin. Tetapi tahun 2016 tinggal 30 pengrajin. Melihat kemerosotan produksi dan tenaga pengrajin ini, Arief berinisiatif menjalin kerjasama dengan Kepala Desa Sitiwinangun.

"Alhamdulillah, Sekarang sudah ada 70 pengrajin dengan produksi yang meningkat 100 persen," tutur Arief Natadiningrat.

Arief Natadiningrat menambahkan, Keraton Kasepuhan akan mengembangkan usaha ini dari segi pemidalan, pembinaan, dan promosi. Nantinya, akan dilakukan pengembangan disain, kepariwisataan, promosi dan publikasi ke seluruh pemangku kepentingan.

"Terutama ke kalangan pengelola hotel dan restoran. Kami juga akan memerkenalkan dan melibatkan lingkungan sekolah untuk mengenal, trampil, dan terlibat dalam pengembangan kerajinan gerabah ini," tambah Arief Natadiningrat.

Dengan upaya ini, diharapkan usaha rumahan membuat gerabah di sentra gerabah Desa Sitiwinangun menggeliat. Dua tahun belakangan ini, rombongan wisatawan mulai banyak yang berkunjung.

"Sebab itu sangat cocok menjadi desa  wisata berbasis budaya. Selain belanja aneka macam jenis produk gerabah, wisatawab juga tertarik untuk sekedar belajar membuat produk gerabah sederhana," ungkapnya.

Desa ini berlokasi sekitar 15 kilometer ke arah barat Kota Cirebon. Sebenarnya sudah ratusan tahun kondang sebagai sentra pembuatan gerabah, jauh sebelum Cirebon dikenal dengan batik atau industri rotannya.

Pembuatan gerabah sudah dilakukan warga sejak hanya berbentuk pedukuhan dan dihuni hanya sedikit penduduk pada ratusan tahun lalu, hingga kini yang dihuni sekitar 4.788 jiwa. Namun serbuan barang-barang rumah tangga yang serba plastik pada tahun 90-an, tanpa ampun langsung menggusur popularitas Sitiwinangun.

Wisata gerabah Desa Sitiwinangun kemudian masuk dalam jalur wisata di wilayah Kabupaten Cirebon. Desa ini melengkapi jalur wisata Desa Trusmi dengan batiknya, Desa Ciwaringin batik pewarna alam, dan Desa Tegalwangi dengan kerajinan rotan.

"Salah satu pemicu dan pemacu pertumbuhan ekonomi adalah pariwisata. Dengan masuknya Desa Sitiwinangun dalam jalur wisata Cirebon, bisa mendongkrak ekonomi masyarakat," ujar Arief Natadiningrat.

Produk kerajinan gerabah yang tersedia sekarang ini beragam. Mulai gantungan kunci yang harganya Rp 3.000 per buah, sampai patung semar yang harganya Rp 3 juta.

Ada dua paket wisata yang ditawarkan di Desa Sitiwinangun. Paket pertama yang hanya berkeliling ke sejumlah perajin dan melihat proses pembuatan gerabah. Sedangkan paket kedua berkeliling kemudian diakhiri dengan belajar membuat gerabah.

“Biasanya wisatawan yang belajar membuat gerabah, menginginkan hasil gerabah buatannya yang sudah kering dan dibakar untuk dikirimkan ke yang bersangkutan, “ kata dia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, salah satu yang menjadi kekuatan di Desa Wisata Sitiwinangun adalah budaya. Dan Desa Wisata Sitiwinangun harus bisa mengemasnya dengan baik.

“Core business kita adalah budaya, dan saya sangat apresiasi Sultan Cirebon gencar melestarikan budaya di desa ini,” kata Menpar Arief Yahya.

Desa wisata Sitiwinangun juga dibalutan konsep wisata budaya dengan ragam potensi alam pedesaan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi desa ini untuk menarik wisatawan.

"Kebudayaan semakin dilestarikan, akan semakin menyejahterakan masyarakat. Apalagi, di desa wisata Sitiwinangun ini juga terdapat spot wisata yang bisa dinikmati," kata Menpar Arief Yahya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com