kabar mpr

Zulkifli Hasan Ajak Pemuda Muhammadiyah jadi Pelopor Perubahan Kualitas SDM di Indonesia

Kompas.com - 26/11/2018, 16:05 WIB

Pada era internet ini, ketika batasan geografis dan kultural mulai meluntur, tiap negara dituntut untuk terus menyesuaikan diri agar tetap relevan terhadap perubahan zaman. Penyesuaian ini tidak hanya sebatas pada aspek regulasi, tetapi juga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. 

Dalam hal tersebut, Singapura menjadi contoh konkret bagaimana kualitas SDM memegang peran utama dalam kemajuan sosial ekonomi tanpa mengandalkan sumber daya alam. Kualitas ini dibangun dengan mengedepankan beberapa aspek, yakni kemampuan membaca, sains, dan matematika. 

"Indonesia berada di posisi 62 untuk soal sains, matematika, dan kemampuan membaca. Jadi jangan heran kalau pihak asing makin lama makin banyak masuk ke negara ini. Seharusnya, kita mulai intropeksi diri dan mengejar ketertinggalan kualitas ini. Jadi, jangan hanya bersikap marah saja," ujar Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar di acara Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (26/11/18).

Zulkifli juga mengajak para pemuda Muhammadiyah untuk memanfaatkan acara Muktamar ini sebagai momentum dalam memperkokoh kebersamaan dan jati diri bangsa.

Melalui dakwah-dakwah yang dapat membawa rasa gembira dan memiliki nilai-nilai luhur, Zulkifli yakin bahwa pemuda Muhammadiyah dapat menjadi model organisasi yang membawa arus perubahan di Indonesia. 

"Saya berharap muktamar ini tidak hanya menjadi momen pemilihan ketua semata, tetapi juga menghasilkan konsep gagasan konkret yang relevan untuk menghadapi segala perubahan yang ada pada masa ini dan masa depan," tuturnya.

Terkait politik, Zulkifli menekankan demokrasi pancasila yang telah disepakati sejak Indonesia merdeka. Pada sistem ini, kedaulatan ada di tangan rakyat.

Agenda pemilihan umum setiap lima tahun sekali adalah pesta rakyat yang bertujuan untuk menjaga persatuan, kedaulatan, dan keadilan. Oleh karena itu, perbedaan mengenai pilihan adalah hal lumrah yang tidak seharusnya menimbulkan pertikaian. 

"Lebih baik kita sekarang fokus ke pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Dengan begitu pula, isu-isu sosial dan politik yang bertujuan memecah belah dapat kita hindari," pungkas Zulkifli.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com