Advertorial

Tularkan Virus Lari pada Usia Senja

Kompas.com - 27/12/2018, 19:05 WIB

Kehadiran Maria Kristiyanti sebagai salah satu penerima penghargaan dan hadiah Semarang 10 K kategori National - Female Master, Minggu (16/12/2018) di Balaikota Semarang cukup menyita perhatian. Wanita 64 tahun ini berhasil finis pada posisi kelima setelah melahap lintasan sejauh 10,3 kilometer dalam waktu 1 jam 2 menit 40 detik.

Prestasi Maria mengundang decak kagum dari peserta Semarang 10 K lainnya. Seperti kata Florentina, “Ibu ini sangar, sudah tua tapi bisa juara 5. Yang muda-muda kalah.”

Kestabilan menjaga pace menjadi kunci Maria meraih posisi kelima. Ini dia dapatkan dari hasil latihan setiap hari selama 30 menit sejak dua tahun terakhir. “Istirahat juga harus cukup dan mau mendengarkan tubuh. Kalau capek, ya istirahat, jangan dipaksa untuk lari karena bisa cedera,” kata Maria.

Meski mendapatkan hadiah atas prestasinya dalam ajang 10 K, Maria mengaku tak menjadikan hadiah sebagai motivasi. Motivasinya adalah untuk menjaga kesehatan tubuh agar tetap prima di usianya yang tak lagi muda. “Dulu, saya sering sakit-sakitan. Sakit apapun sudah pernah merasakan, termasuk gangguan liver. Semenjak aktif olahraga lari jadi jarang sakit dan badan terasa lebih sehat daripada sebelumnya.”

Agar kesehatan makin terjaga, Maria juga mengatur pola makan. Dia menghindari konsumsi minyak berlebih dalam makanan, dan memperbanyak asupan buah dan sayur. “Minum air putih 2 jam sebelum lari itu wajib supaya ginjal bersih,” ujarnya.

Virus olahraga

Maria mengaku prihatin banyak orang yang sudah mengalami sakit sejak usia muda tapi tak juga tergerak untuk berolahraga. Dia berharap keikutsertaannya dalam ajang Semarang 10 K dapat menginspirasi orang lain untuk aktif berolahraga, berapa pun usianya.

Menularkan virus olahraga kepada teman dan kolega juga menjadi motivasi Radhita Endah Kusumaningtyas mengikuti Semarang 10 K. Meski tak mendapat posisi podium, pehobi olahraga lari asal Semarang ini memanfaatkan foto-foto jepretan panitia untuk menarik minat teman-temannya mengikuti olahraga lari.

“Foto-foto saat kita lari itu kalau di-share ke media sosial bisa menarik orang lain untuk ikutan lari juga. Sudah banyak teman di Semarang yang berhasil saya tulari virus lari berkat unggahan di media sosial,” terang Dhita.

Untuk lebih menyebarluaskan virus olahraga di tengah masyarakat, menurut Dhita, harus didorong dengan keikutsertaan aparatur pemerintah daerah dalam perhelatan sejenis. “Seperti saat Borobudur Marathon, Pak Ganjar ikut lari. Terlepas dari banyaknya pengawalannya, tapi beliau tetap lari bersama peserta lain. Ini kan bisa jadi motivasi ke teman-teman, “Pak Ganjar aja lari, masa kamu enggak?”

“Sportourism”

Gelaran Semarang 10 K yang diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan harian Kompas dan Gets Hotel, Minggu (16/12), sukses diselenggarakan. Sebanyak 2 ribu pelari berpartisipasi dalam lomba berdurasi 2 jam 15 menit ini. Terdapat dua kategori yang diperlombakan, yakni kategori Open/International dan National.

Mengusung konsep sport and heritage tourism, Semarang 10 K mengajak peserta melintasi sejumlah ikon wisata Kota Semarang, di antaranya Lawang Sewu, Gereja Gedangan, Kota Lama dan Jembatan Mberok. Sebelumnya, peserta juga diajak menikmati peninggalan Laksamana Chengho di Kelenteng Agung Sampookong sembari mengambil racepack lomba.

Dalam ajang Semarang 10 K, istri Gubernur Jateng Atiqoh Ganjar Pranowo dan Wakil Pemimpin Umum harian Kompas Budiman Tanuredjo tampak turut berlari bersama peserta lainnya. [LAU]

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com