Dukung Implementasi Digital Industry, Pupuk Kaltim Raih Penghargaan INDI 4.0 dari Kemenperin

Kompas.com - 17/04/2019, 11:56 WIB

Pupuk Kaltim terima penghargaan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dari Kementerian Perindustrian RI, atas dukungan terhadap implementasi Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan Pemerintah melalui penerapan berbagai inovasi di lingkungan Perusahaan. Penghargaan diterima Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman, dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, didampingi Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, pada pembukaan Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di ICE BSD Tangerang Banten, Senin (15/04).

Menurut Bakir Pasaman, inovasi berbasis Industri 4.0 merupakan salah satu  budaya kerja di Pupuk Kaltim yang terus dikembangkan setiap tahun. Selain kontribusi aktif Perusahaan dalam mendukung Making Indonesia 4.0, pengembangan teknologi berbasis informasi pun digagas sebagai langkah efisiensi sekaligus peningkatan daya saing Perusahaan di kancah nasional maupun global.

Dengan berbagai inovasi yang diterapkan, Pupuk Kaltim mampu meningkatkan kinerja secara signifikan, khususnya tiga tahun terakhir yang sangat berdampak pada pencapaian target serta daya saing Perusahaan. Hingga mengantarkan Pupuk Kaltim sebagai salah satu Industry Leader tanah air dan satu-satunya perusahaan pupuk di Indonesia yang meraih predikat World Class Company. “Penghargaan ini menjadi dorongan bagi Pupuk Kaltim untuk terus meningkatkan kinerja dengan lebih baik. Apalagi Pupuk Kaltim memiliki tugas memenuhi kebutuhan pupuk di 2/3 wilayah Indonesia, perlu dukungan teknologi yang sejalan dengan konsep digitalisasi industri 4.0 untuk mempermudah kinerja Perusahaan,” papar Bakir.

Ditambahkan Bakir, penerapan Industri 4.0 di Pupuk Kaltim telah dimulai sejak 2011, melalui Enterprise Resources Planning (ERP) berbasis System Application and Processing (SAP) bersama induk usaha Pupuk Indonesia, yang terus disempurnakan hingga launching pada 2016. Implementasi ERP-SAP dilaksanakan agar proses bisnis lebih terintegrasi satu dengan lainnya, mulai proses bisnis dan transaksi pemasaran, produksi, pemeliharaan, pengadaan, keuangan dan Human Capital Management, termasuk Employee Self Service.

Melalui ERP-SAP, operasional proses bisnis lebih efisien, informasi yang dihasilkan juga lebih cepat dan akurat, sehingga memudahkan manajemen membuat keputusan bisnis dengan lebih tepat, serta meningkatkan komitmen penerapan tata kelola perusahaan lebih baik.

Gagasan lain dalam mendorong inovasi di lingkungan Perusahaan juga difasilitasi melalui kompetisi antar departemen Pupuk Kaltim terkait inovasi berbasis Industri 4.0, yang mampu menghasilkan tools yang berdampak terhadap efisiensi dan daya saing Perusahaan, seperti Distribution Planning and Control System (DPCS), yang dikembangkan menjadi Distribution Requirement Planning (DRP) untuk memantau kondisi distribusi dan pemetaan kebutuhan pupuk di seluruh wilayah secara realtime, E-Logsheet dan E-Logbook sebagai sistem pengelolaan data pabrik yang berisi indikasi serta instrumentasi alat-alat pabrik, serta aplikasi PKT Exist (Executive Information System), berupa Executive Dashboard berbasis Android yang menyajikan highlight kinerja Perusahaan, dengan beragam konten mulai kinerja produksi, penjualan, hingga SDM.

- -

Selanjutnya aplikasi PKT SIAP (Sistem Aplikasi Pemasaran), merupakan sistem informasi pemasaran terintegrasi berbasis Android, sebagai salah satu sistem untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam bidang pemasaran (Decision Support System) dan aplikasi SIPMANTAP (Sistem Informasi Pendukung Pemasaran dan Pemetaan Pasar), sebagai sistem informasi analisa potensi dan pemetaan pasar, baik untuk pemetaan potensi pasar pupuk Non Subsidi secara Nasional dan Daerah, juga analisa kondisi pasar secara spesifik, hingga marketing dan evaluasi penguasaan pasar dan market share.

“Seluruh inovasi tersebut terus dikembangkan Pupuk Kaltim yang berdampak pada efisiensi dan kinerja dalam beberapa tahun terakhir. Jika Pupuk Kaltim tidak mengikuti Industri 4.0 seperti yang dicanangkan Pemerintah, maka aspek competitiveness Perusahaan akan jauh ketinggalan,” kata Bakir.

Untuk memaksimalkan pengembangan inovasi, Pupuk Kaltim juga bekerjasama dengan berbagai institusi dan lembaga pendidikan maupun riset di Indonesia untuk sejumlah terobosan berbasis digital. Salah satunya teknologi PreciPalm, sebagai konsep pertanian presisi melalui pemetaan kebutuhan pemupukan berdasarkan citra satelit. Kekurangan unsur hara maupun kebutuhan tanaman akan dipetakan untuk menghasilkan rekomendasi pemupukan yang sesuai dalam memacu produktifitas pertanian. “Penerapan PreciPalm tengah dalam uji coba Demonstration Plot (Demplot), bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dengan teknologi ini, proses pemupukan bisa dilakukan secara custom untuk memenuhi kekurangan unsur tanaman berdasarkan citra satelit dan perbandingan manual yang dilakukan,” terang Bakir.

Sementara Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, mengapresiasi seluruh terobosan yang digagas berbagai perusahaan industri di Indonesia, dengan mengimplementasikan konsep Industri 4.0 secara berkesinambungan. Menurut dia, perkembangan revolusi industri ke-4 sangat bergantung kepada teknologi informasi dengan data sebagai penentu, sehingga factor
Big Data sangat berpengaruh terhadap kekuatan maupun kemajuan industri masa kini, dalam meningkatkan daya saing di tengah kompetisi usaha yang semakin ketat.

“Kini industri besar dan kecil tak bisa lagi dipisahkan. Bila sebelumnya perusahaan diukur dari keuntungan, laba dan asset, maka sekarang beralih kepada value (nilai) sebagai tujuan utama industri dan entrepreneurship,” ujar Jusuf Kalla.

Dirinya berpesan agar seluruh perusahaan industri di Indonesia mampu membuat perubahan sistem dan budaya kerja, melalui penguasaan serta pemanfaatan teknologi secara tepat. Sebab perubahan yang dilakukan tidak akan menghilangkan pekerjaan lama, tapi mampu menumbuhkan sektor dan jenis pekerjaan baru yang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. “Apalagi sektor industri saat ini masih menjadi sektor tertinggi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dengan rata-rata 31% pendapatan Nasional, sehingga industri akan tetap berkembang dan maju ke depannya,” tutur Jusuf Kalla. (*/vo/nav)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com