Advertorial

Pesona “Jogja Istimewa” dari Kacamata Juara Jogmar 2019, Olivia Sadi

Kompas.com - 12/05/2019, 22:39 WIB

Suara hembusan angin dan sayup-sayup suara beberapa orang lain terdengar di ujung telepon saat Olivia Sadi menjawab panggilan dari Kompas.com. Olivia memang berbaik hati menyetujui permintaan wawancara di tengah aktivitasnya melatih atlet muda di Stadion Oepoi Kupang Senin (6/5) sore itu. Menapaki karirnya sebagai atlet nasional sejak tahun 1999, Olivia kini turut memupuk bibit-bibit atlet lari masa depan dengan menjadi mentor bagi mereka.

Atlet kelahiran 1 Juni 37 tahun silam ini mengakui bahwa berlari telah mendarah daging dalam dirinya. Karenanya, usai membela NTT di panggung olahraga tingkat nasional pun hasrat untuk mencapai garis finis masih menggebu. Dorongan ini pula yang mengantarkannya menjemput medali dari berbagai reli nasional bergengsi.

Baru-baru ini, Olivia mengantongi medali emas pada gelaran tahunan Mandiri Jogja Marathon 2019. Ia berhasil finis pertama dalam kategori full marathon dengan catatan waktu 3 jam 24 menit 58 detik. Prestasi ini merupakan buah dari konsistensinya menjaga kondisi fisik yang prima di sela-sela kegiatannya mempersiapkan para atlet muda untuk mengikkuti Pekan Olahraga Nasional (PON) mendatang.

“Saya ngelatih dulu, setelahnya baru saya latihan. Jadi kondisinya tetap terjaga, tidak istirahat total,” kata Olivia.

- -

Mandiri Jogja Marathon 2019 merupakan salah satu acara sport tourism bergengsi yang diadakan setiap tahunnya. Pesona kota Yogyakarta, baik alam maupun budayanya, jelas menjadi daya tarik utama bagi para pelari untuk mengikuti acara ini, tak terkecuali bagi Olivia.

“Cuacanya dan pemandangannya bagus, water station juga banyak. Sehari sebelum race itu kita bisa ke Prambanan, refreshing dulu, jadi tidak terlalu terbebani besok mau race. Ketika lomba pun saya menikmati,” tuturnya.

Reli full marathon sepanjang 42 kilometer yang ditempuh Olivia dimulai dan diakhiri di area Candi Prambanan. Sepanjang rute, para pelari pun disambut oleh kehangatan dan persembahan kesenian dari warga lokal. Diperkirakan sekitar 8 ribu warga Yogyakarta ambil bagian unutk turut meramaikan gelaran ini di race village yang berada di area Candi Prambanan.  Secara keseluruhan, tak kurang dari 7.500 pelari dari 9 negara mengikuti acara ini.

Jejak Olivia untuk menjadi juara di berbagai ajang sport tourism seperti Mandiri Jogja Marathon 2019 lalu memang menjadi inspirasi bagi para pelari. Namun, Olivia pun berpesan kepada para runner untuk mengimbangi semangat mengejar garis finis dengan persiapan yang matang.

“Harus benar-benar mengatur waktu latihan. Full marathon itu sulit, daya tahan harus bagus. Kadang runner tidak membaca apakah dirinya sanggup atau tidak. Harus bisa membaca kemampuan kita sendiri. Apakah saya sanggup? Istirahat saya bagaimana? Asupan makan saya bagaimana? Seperti itu,” pesannya.

Seiring dengan semakin berkembangnya sport tourism di Indonesia, gelaran reli marathon ini diprediksi masih akan populer. Ditambah dengan nominal hadiah yang besar serta keistimewaan Yogyakarta yang kaya akan keindahan alam dan keramahtamahan budaya, podium Mandiri Jogja Marathon 2019 masih akan menjadi incaran para runner nasional maupun internasional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau