Advertorial

Siswa SD Perlu untuk Belajar Keberagaman Agama secara Kontekstual

Kompas.com - 13/05/2019, 17:18 WIB

KOMPAS.com – Pendidikan dasar merupakan sarana yang ampuh untuk mengenalkan sikap toleransi dan menghargai perberdaan. Namun, saat ini pendidikan dasar di Indonesia menunjukkan masih kurangnya pengenalan akan keberagaman agama secara kontekstual.

Pelajaran keberagaman saat ini kebanyakan sebatas ditulis dalam buku yang seringkali hanya untuk dihafal. Sementara pemahaman mengenai keberagaman adalah nyata dan penting untuk menerimanya sebagai anugerah.

Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan merupakan tantangan untuk mengajarkan pendidikan keberagaman agama secara kontekstual (langsung di lapangan). Sementara untuk melakukan kegiatan pembelajara tersebut, butuh usaha dan dana yang tidak sedikit.

Sementara ketidakpahaman mengenai keberagaman beragama menyebabkan munculnya kecurigaan, stigma, hingga sikap intoleransi yang mengarah pada diskriminasi, radikalisme, dan kekerasan.

Tentu hal itu bertentangan dengan semboyan Bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Padahal, inilah karakter bangsa Indonesia yang memiliki beragam suku, adat, budaya, hingga agama.

Wujudkan melalui pengabdian masyarakat

Mewujudkan pembelajaran keberagaman agama juga menjadi tugas perguruan tinggi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui kegiatan pengabdian masyarakat sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi.

Oleh karena itu, tim dosen program studi Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menginiasi Progeam Pengabdian Kepada Masyarakat untuk mewujudkan pembelajaran keragaman agama.

Tajuk program itu adalah Pendampingan Pendidikan Nilai-Nilai Keberagaman Kepada Guru, Orang Tua dan Siswa Sekolah Dasar di Ciumbuleuit Bandung: Upaya Pencapaian SDGs #16.

Program ini merupakan hasil kolaborasi tim dosen HI bersama Komunitas Bhinneka, mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Kakak Asuh, juga guru, orang tua, serta para siswa SDN 108 Ciumbuleuit dan SDN 188 Bandung Baru.

- -

Pengabdian masyarakat ini didanai LPPN UNPAR dan Alumni Fisip angkatan 1992, serta melibatkan 150 orang dengan kegiatan pembekalan terhadap guru, orang tua, mahasiswa, dan para siswa terkait nilai-nilai keberagaman.

Selain itu, ada pula kegiatan pendampingan para siswa SD kelas 4 dan 5 untuk berkunjung ke tempat ibadah berbagai agama yang diakui di Indonesia.

Tempat ibadah yang dikunjungi antara lain adalah Pura Wira Chandra Dharna Secapa AD (Hindu), Masjid Sabiilul Iman Secapa AD (Islam), dan Gereja Katedral (Katolik).

Kunjungan juga dilakukan di Gereja Kristen Indonesia Taman Cibunut (Protestan), Vihara Dharma Ramsi (Buddha Tri Dharma), dan Klenteng Kong Miao (Kong Hu Chu).

Belajar memahami perbedaan agama

Setiap kunjungan ke rumah ibadah, para siswa mendapat informasi langsung dari pemuka agama. Informasi itu misal seperti pengetahuan umum, sejarah dan arsitektur tempat ibadah, pengucapan salam, perlengkapan ibadah, hingga simbol-simbol agama.

Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, dapat disimpulkan jika sikap dan karakter toleran bisa terbentuk jika terdapat pendidikan pengenalan mengenai nilai-nilai keberagaman. Selain itu, pengenalan tersebut juga penting untuk para siswa sejak usia dini.

- -

Proses pembelajaran yang menarik dan kontekstual juga dirasa lebih efektif. Itu karena para siswa tidak hanya mendapat pengetahuan secara kognitif, tetapi juga secara akfektif dan psikomotorik.

Diharapkan ke depannya, penghormatan terhadap nila-nilai keberagaman bisa terus disuarakan kepada setiap orang. Hal itu guna mewujudkan dunia yang lebih damai dan harmonis.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau