Advertorial

Kata Ahli soal Menjaga Ketahanan Pangan...

Kompas.com - 20/05/2019, 14:41 WIB

KOMPAS.com – Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan juga ikut bertambah. Namun, kenaikan jumlah penduduk dan ketersediaan pangan tidak selalu berjalan beriringan.

Dikutip dari laman LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) 25 September 2017, Indonesia dapat terancam mengalami krisis pangan dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.

Banyak hal yang menyebabkan suatu wilayah terancam mengalami krisis pangan seperti berkurangnya petani, keterbatasan sumber pangan, keterbatasan lahan, hingga keamanan pangan agar layak dikonsumsi masyarakat.

“Ketahanan pangan tujuannya adalah untuk memungkinkan atau memperoleh suatu kondisi di mana setiap individu, semua penduduk itu mampu hidup aktif, sehat, produktif secara berkelanjutan,” tutur Guru Besar Food Processing Engineering Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi (13/05/2019).

Menurut dia, ketahanan pangan tidak bisa dirata-rata dan harus dilihat secara cermat. Selain itu, ketahanan pangan dapat dipenuhi dengan jumlah, mutu, dan keamanan pangannya.

“(Pangan) Memang harus tersedia dari waktu ke waktu, daerah ke daerah, dan itu bisa diakses oleh setiap individu,” tegas Purwiyatno mengenai ketersediaan pangan.

- -

Faktor yang pengaruhi ketersediaan pangan

Purwiyatno juga mengatakan, ada faktor lain yang memengaruhi ketersediaan pangan seperti ketersediaan lahan, perubahan iklim, dan keamanan pangan. Semua itu saling berkaitan.

Terkait penelitian, pengembangan, dan inovasi untuk memungkinkan penguatan ketahanan pangan, akademisi yang juga aktif di Codex National Committee ini juga mengatakan jika upaya itu harus didukung dan disambut baik, selama membawa manfaat dan nilai positif.

“Setiap prakarsa atau inisiatif untuk bisa memperbaiki atau meningkatkan ketersediaan (pangan) itu harus dieksplor, digali, dan dikembangkan,” ujar Purwiyatno.

Ia melanjutkan, pemanfaatan maksimal dan pengurangan bagian yang terbuang dari bahan baku pangan bisa berkontribusi terhadap penguatan ketahanan pangan. Hal ini pun dapat dilakukan dengan kerja sama antara pemerintah, industri pangan, serta masyarakat.

Upaya atasi krisis pangan

Di bidang industri terkait hal itu, Ajinomoto juga melakukan upaya serupa untuk mengatasi ancaman krisis pangan ke depannya.

Beberapa hal yang dilakukan perusahaan produsen umami ini adalah penggunaan dan pemanfaatan kembali sumber daya alam dengan cermat.

- -

Salah satu contohnya adalah pemanfaatan hasil samping proses fermentasi dengan mendaur ulangnya menjadi pupuk organik untuk tanaman tebu yang menjadi bahan bakunya. Pemanfaatan ini lebih dikenal dengan Siklus Bio (Bio-Cycle).

Di Thailand, Ajinomoto juga memanfaatkan sumber bahan baku lain seperti jerami untuk menggantikan singkong sebagai bahan baku produksi asam amino. Menurut Ajinomoto, pemanfaatan jerami dapat menekan dampak air dalam produksi hingga 75 persen.

Selain itu, penggunaan lahan juga akan berkurang dari 3.000 hektar menjadi nol. Dengan langkah ini, lahan untuk tanaman produksi bisa dialihkan menjadi lahan pertanian pangan yang produktif.

- -

Banyak yang perlu diperbaiki

Terlepas dari itu, Purwiyatno mengatakan ada banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan, mulai dari penanganan masa panen, pengolahan, mutu dan keamanan pangan, distribusi pangan, hingga ketersediaan bahan bakunya.

“Hal-hal semacam itu perlu dikembangkan, mulai awal sampai akhir, mulai hulu sampai hilir dalam rangka ketersediaan, tetapi juga memastikan hal-hal yang berhubungan dengan keamanan dan mutu pangannya juga,” tegas dia.

Purwiyatno melanjutkan, beberapa hal secara industri bisa lakukan. Pertama adalah mampu membangun keterkaitan hulu-hilir dan harus difasilitasi pemerintah, serta bagaimana mengembangkan proses industri terkait dengan bahan baku di Indonesia.

Pernyataan tersebut juga menggarisbawahi bahwa proses industri harus mengakar kepada sumber daya yang ada di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com