Data World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kecelakaan lalu lintas masih menjadi satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok usia produktif di Indonesia. Setiap hari tercatat lebih dari 3.000 orang mengalami cidera hingga meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Kebanyakan korban berusia 15-24 tahun. Kenyataan tersebut memprihatinkan karena penduduk usia produktif seharusnya menjadi aset berharga untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Oleh sebab itu, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) terus melakukan upaya untuk menekan angka kecelakaan dengan menanamkan budaya keselamatan berlalu lintas bagi penduduk usia produktif. Salah satunya adalah program Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Melalui program yang sudah diselenggarakan Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Darat sejak 2007 ini, pelajar dilibatkan sebagai duta keselamatan lalu lintas.
Tahun ini para pelajar dari 25 provinsi ikut serta dengan total 73 Pelajar Pelopor terpilih dari provinsi-provinsi tersebut. Mereka kemudian diseleksi kembali dalam pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019 tingkat nasional yang diselenggarakan di Jakarta.
Jumat (11/10/2019) lalu, rangkaian program pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019 tingkat nasional pun mencapai puncaknya. Pada acara puncak yang diselenggarakan di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat tersebut dipilih tiga pemenang Pelajar Pelopor dan dua Pelajar Pelopor Favorit yang akan bertugas sebagai duta keselamatan.
“Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini adalah upaya edukasi dari Kemenhub untuk menanamkan kesadaran berlalu lintas, terutama untuk generasi muda. Diharapkan para Pelajar Pelopor dapat memberi dampak positif dalam perkembangan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di provinsi tempat mereka tinggal,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai menyerahkan piala pada Pelajar Pelopor terpilih.
Menhub Budi Karya Sumadi juga berharap para Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat menjadi agen perubahan. Terutama dalam hal peningkatan keselamatan berlalu lintas. Ini karena salah satu tugas dalam program kerja mereka ke depan adalah memberi edukasi kepada sesama pelajar mengenai keselamatan berkendara.
Selain itu mereka juga akan didorong untuk bekerja sama dengan pihak terkait dengan bimbingan Dinas Perhubungan provinsi tempat mereka tinggal dalam mencapai target penurunan angka fatalitas akibat kecelakaan di usia produktif.
Ada beberapa indeks penilaian yang digunakan untuk pemilihan pemenang antara lain adalah pengetahuan keselamatan berlalu lintas, perilaku, kemampuan public speaking, kepemimpinan dan karya tulis atau karya inovasi yang memberi manfaat dalam peningkatan keselamatan berlalu lintas.
Juara I Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2019 diraih oleh Muhammad Faturrahman Marsuki dari SMAN 1 Tarakan, Kalimantan Utara. Fatur, berhasil meraih gelar juara dengan karya tulis CC-DESTRA ( Control CO and Distance Detector for Traffic Accidents and Healthy) .
“Karya saya adalah sebuah sistem yang dapat membantu kendaraan, khususnya sepeda motor, untuk menjaga jarak aman, pendeteksi asap knalpot dan dapat mengaktifkan lampu sein otomatis. Jadi selain kendaraan yang berkeselamatan, juga bisa menjaga kesehatan pengendara,” ujar Muhammad Faturrahman Marsuki.
Ia mengatakan ide membuat karya inovasi tersebut didasari data WHO mengenai bahayanya polutan bagi pengendara roda dua. Selain itu kenyataan bahwa saat ini banyak pengendara motor hanya mengenal safety riding. Sementara pengetahuan soal defensive riding atau kehati-hatian untuk keselamatan sesama pengguna jalan belum terbentuk.
Sementara Juara II diraih oleh Saffana Rizqi Qinthara dari SMAN 1 Pontianak, Kalimantan Barat dengan karya WEMOS (Website Monitoring Sepeda Motor). Sebuah alat untuk memberi peringatan bagi pengendara ketika mereka melampaui batas aman kecepatan berkendara.
Sementara Juara III diraih oleh Aminudin Zakaria dari SMAN 1 Jombang, Jawa Timur dengan karya Rancang Bangun Sein Otomatis Berdasarkan Derajat Kebebasan dan GNSS Simulator. Inovasi yang dibuatnya ini merupakan sistem yang dapat mengoreksi ketidakselarasan arah kendaraan dengan arah lampu sein secara otomatis.
Ketiga Pelajar Pelopor ini ke depannya memiliki tugas sebagai duta keselamatan berlalu lintas. Bekerjasama dengan berbagai pihak, mereka akan memberi edukasi pada teman-teman seusianya mengenai keselamatan berlalu lintas dan menciptakan budaya keselamatan di provinsi tempatnya tinggal.
“Saya berencana untuk membantu edukasi keselamatan berlalu lintas kepada teman-teman sesama pelajar dulu. Semoga ketertiban lalu lintas bisa tercipta karena ini penting untuk keselamatan mereka. Hidup masih panjang, masa depan mereka masih panjang,” ujar Saffana Rizqi Qinthara.
Pembinaan untuk lima pemenang
Inovasi yang dibuat oleh para Pelajar Pelopor terpilih tidak hanya menjadi syarat penilaian saja melainkan ke depannya akan dikembangkan. Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan nantinya lima pemenang Pelajar Pelopor Keselamatan Jalan dan Angkutan Darat 2019, akan diundang kembali oleh Litbang Kementerian Perhubungan untuk memperdalam kembali karya inovasi mereka.
“Mereka akan diundang untuk memperdalam apa yang mereka buat dengan pendampingan mentor-mentor. Selain itu juga mereka akan dibina kembali untuk meningkatkan pemahaman terhadap keselamatan berlalu lintas agar bisa bekerja sama dengan stakeholder melakukan edukasi terhadap sesama dan membangun komunitas-komunitas di kalangan pelajar,” ujar Budi Karya Sumadi.
Kemenhub mengapresiasi prestasi dan antusiasme para Pelajar Pelopor yang terpilih. Harapannya karya yang mereka buat dan program yang mereka lakukan akan berdampak masif terhadap budaya keselamatan berlalu lintas di Indonesia.
Membudayakan keselamatan berlalu lintas sejak dini
Program Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Darat dilatar belakangi oleh pandangan bahwa budaya tertib lalu lintas dan keselamatan berlalu lintas harus ditanamkan sejak usia dini.
“Melihat proporsi kecelakaan sangat tinggi di usia produktif sebaiknya memang kita kenalkan sejak dini mengenai keselamatan di jalan. Kalau tidak kita akan kehilangan penduduk usia produktif dengan tingkat kecelakaan yang terus meningkat,” ujar Avi Mukti Amin, Kasubdit Manajemen Keselamatan Ditjen Perhubungan Darat saat diwawancarai pada kesempatan terpisah, Senin (23/9/2019) lalu.
Avi Mukti mengatakan, program-program seperti ini memang tidak memberi dampak langsung terhadap penurunan angka kecelakaan. Ini karena faktor penyebab kecelakaan tidak selalu dari perilaku pengendara. Namun, setidaknya program seperti Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat memberi stimulus sehingga kepedulian akan budaya keselamatan semakin meningkat. “Pengaruhnya secara langsung terhadap angka kecelakaan memang tidak begitu terlihat. Mungkin lebih kepada pencegahan. Namun program semacam ini akan memberi dampak berkelanjutan budaya keselamatan berlalu lintas yang lebih baik,” tutup Avi.