Advertorial

Cegah Penyakit Karies Gigi Sejak Dini

Kompas.com - 30/10/2019, 16:31 WIB

Penyakit karies gigi seringkali menjadi momok bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di Surabaya, penyakit ini terus “diperangi”. Berbagai program dan pemeriksaan rutin terus dilakukan untuk mencegahnya. Namun, butuh kerjasama semua pihak untuk bersama-sama menjaga kesehatan rongga mulut.

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi yang ditandai dengan adanya gigi berlubang. Penyakit ini sering ditemukan pada anak usia dibawah lima tahun karena pola asuh yang kurang tepat, seperti memberi makan atau minum di malam hari saat mendekati waktu tidur, dan mengkonsumsi makanan atau minuman yang sifatnya manis dan lengket.

- -

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, terutama pada anak usia dini. Sebab, jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, kematian saraf gigi (nekrose) dan infeksi periapikal serta infeksi sistemik yang bisa membahayakan penderitanya. “Penyakit ini juga sangat rentan menyebabkan stunting. Yakni, suatu kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya,” kata Febria.

Sebaliknya, jika penyakit ini ditangani, maka dapat membantu mempercepat proses bicara pada anak dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Bahkan, akan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan gigi anak secara permanen. “Makanya, kami melakukan berbagai program untuk menanggulangi penyakit ini,” kata dia.

Berbagai program itu adalah semakin gencar melakukan sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut melalui poster, leaflet, lembar balik gigi dan phantom. Selain itu, terus melakukan sosialisasi dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umum, orang tua siswa, kader balita, guru Paud, kelompok bermain (KB), TK dan SD. “Kami juga membuat program jejaring dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Biasanya dalam bentuk pelatihan kesehatan gigi dan mulut secara visual, sesuai standart bagi guru Paud, KB, TK, dan SD,” ujarnya.

Febria memastikan dinas kesehatan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Baik dalam rangka memasuki tahun ajaran baru bagi peserta didik baru, maupun rutin dilaksanakan setahun sekali untuk kelas yang sedang berjalan. Selain pelajar, ibu hamil juga menjadi sasaran pemeriksaan gigi, karena pemkot ingin mencegah penyakit karies sejak dini.

Apabila dalam pemeriksaan itu ditemukan ada anak yang menderita penyakit Karies Gigi, maka gurunya harus mendampingi dan mengantarkan anak didiknya itu ke puskesmas terdekat. Di Puskesmas, anak tersebut akan mendapatkan pengobatan gigi dan mulut secara gratis.

Selain itu, Dinas Kesehatan juga membuat inovasi pemicuan karies gigi bagi anak-anak TK A. Ada pula lomba poster dan yel-ye1 gigi sehat pada anak sekolah dasar (SD). Hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak SD atau yang sederajat tentang kesehatan gigi dan mulut. “Lomba ini juga untuk meningkatkan kreatifitas anak didik dalam membuat alat peraga, khususnya poster dan Yel-Yel (gerak dan lagu) kesehatan gigi dan mulut. Acara ini sudah kami gelar beberapa waktu lalu,” tegasnya.

Sebagai informasi, berdasar data Dinkes Surabaya, karies gigi menempati posisi ke-7 dari 10 penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat di puskesmas. Dengan upaya Pemkot Surabaya, serta dukungan para pihak dan masyarakat, angka penyakit karies gigi diharapkan terus menurun. (adv)

-Mastodon -

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau