Perusahaan spesialis pemrosesan dan pengemasan makanan serta minuman, Tetra Pak Indonesia kembali merilis laporan survei tahunan bertajuk Tetra Pak Index 2019. Survei ini dilakukan di lima negara sekaligus, di antaranya adalah Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi, Brazil, dan Indonesia. Berkolaborasi dengan Ipsos, riset ini mengambil 1.000 responden dari masing-masing negara.
Di Indonesia sendiri, mayoritas responden berasal dari kawasan padat penduduk, khususnya di wilayah Jawa. Secara garis besar, survei ini menunjukkan bahwa saat ini konsumen telah memahami bahwa kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Pemaparan riset Tetra Pak Index 2019 ini berlangsung di talkshow bertajuk “The Convergence of Health & Environment” yang dihelat pada Kamis (31/10/2019), di Grand Balroom Hotel AYANA Midplaza, Jakarta.
Beberapa pembicara yang hadir di acara ini di antaranya adalah Communication Manager Tetra Pak Malaysia, Singapore, Philippines, Indonesia - Gabrielle Angriani; Managing Director Ipsos Indonesia – Soeprapto Tan; dan Co-Founder Burgreens Organic Eatery dan Home Delivery – Helga Angelina Tjahyadi.
Adapun salah satu temuan menarik yang ada di survei ini antara lain adalah 82 persen konsumen Indonesia setuju bahwa kerusakan lingkungan dapat tertangani jika mampu mengubah kebiasaan yang ada saat ini. Kemudian lebih dari 80 persen konsumen setuju akan pentingnya gaya hidup sehat dan hidup dengan dampak yang minimal.
Senada dengan survei tersebut, Gabrielle Angriani pun memaparkan bahwa lebih dari 80 persen konsumen Indonesia memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan.
“Di Indonesia, terdapat lima karakteristik makanan dan minuman yang dapat menjawab kebutuhan kesehatan konsumen, di antaranya dalah bahan-bahan alami, tanpa bahan pengawet, organik, kemasan yang dapat di daur ulang, dan kemasan yang dapat digunakan atau diisi kembali,” paparnya.
Meski memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, faktanya hanya 42 persen konsumen Indonesia yang mendaur ulang produk yang telah dipakai. Kemudian hanya 45 persen konsumen Indonesia yang berkeinginan untuk mengurangi pembelian dan pemakaian plastik.
“Karenanya, selama 15 tahun terakhir ini kita tidak henti-hentinya mengedukasi masyarakat, mulai dari sekolah-sekolah hingga ke retail agar terbiasa untuk melakukan segregasi (pemilahan sampah),” tambahnya.
Soeprapto Tan sendiri memaparkan bahwa jumlah penduduknya yang besar adalah salah satu alasan terpilihnya Indonesia menjadi salah satu negara kunci. Selain itu “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi karakteristik unik budaya pun menjadi alasan pendukung lainnya.
“Secara aspek kesehatan, Indonesia menempati satu dari lima negara penderita diabetes tertinggi. Sedangkan secara lingkungan, permasalahan sampah plastik juga telah menjadi sorotan internasional,” ujarnya.
Sedangkan di tempat terpisah, Managing Director Tetra Pak Malaysia, Singapore, Philippines, Indonesia – Michael Wu mengatakan bahwa laporan Tetra Pak Index 2019 ini menunjukkan industri makanan dan minuman adalah salah satu industri pertama yang melihat adanya konvergensi antara kesehatan dengan lingkungan.
“Hal ini memberikan peluang baru bagi industri makanan dan minuman untuk menciptakan hubungan personal dengan konsumen, serta mengatasi kedua hal ini secara bersamaan,” ujarnya.
Dirinya pun menambahkan bahwa peluncuran Tetra Pak Index 2019 ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia, sehingga dapat memenangkan tren konvergensi kesehatan dan lingkungan di masa depan.
Tetra Pax Index 2019 pun menekankan peran penting aspek kemasan di setiap aktivitas konsumsi masyarakat. Pemilihan kemasan sebaiknya memerhatikan pemanfaatan sumber daya alam secara bertanggung jawab dan memastikan proses daur ulang pasca konsumsi dilakukan secara tepat.
Agustus silam pun Tetra Pak Indonesia meluncurkan laporan berkelanjutan dengan beberapa pencapaian daur ulang di tahun 2018. Hal ini diwujudkan dengan menambah nilai investasi untuk peningkatan kapasitas hingga 1.500 ton per bulan, mencapai tingkat daur ulang sebesar 21,2 persen (10.338 ton), serta meningkatkan fasilitas pemilahan mitra pengumpul.
Tahun ini, Tetra Pak Indonesia pun telah menambah mitra pengumpul baru yang bertanggung jawab untuk wilayah Bali, Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jabodetabek demi mencapai kenaikan 22,5 persen dalam tingkat daur ulang. Hal ini dilakukan guna menjawa tantangan ekosistem daur ulang di Indonesia, terutama pengelolaan sampah karton kemasan minuman.
Simak laporan lengkap Tetra Pak Index 2019 dengan mengunjungi halaman ini.