KOMPAS.com – Tahun 1336 masehi silam, patih Amangkuhumi Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang fenomenal untuk bisa mempersatukan nusantara.
Bagian sejarah kejayaan Majapahit itulah yang menjadi inspirasi pemilihan nama Tol Langit Palapa Ring yang kini sedang dikembangkan pemerintah. Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Anang Latif.
“Sebenarnya bukan (proyek satelit), kita menggunakan istilah Palapa Ring karena sumpahnya Patih Gajah Mada yang mencoba menyatukan Indonesia,” ujar Anang pada Selasa (19/3/2019) lalu.
Nama Palapa mencerminkan tekad Mahapatih Gadjah Mada untuk menyatukan Nusantara. Dengan tekad yang sama, diharapkan pembangunan telekomunikasi dapat menyatukan seluruh Indonesia.
Hal itu diwujudkan dengan pembangunan total kabel serat optik yang mencapai panjang hingga 12.148 kilometer. Panjang itu terdiri dari 7.862 kilometer kabel laut dan 4.286 kabel darat.
“Konsep inilah juga yang sebenarnya melalui jaringan-jaringan serat optik, yaitu dengan menyatukan Indonesia, tetapi melalui jaringan serat optik. Karena menurut hemat kami, ini teknologi terbaik untuk memberikan layanan internet kecepatan tinggi,” imbuh Anang.
Sementara kata ring berarti cincin. Menurut Anang, cincin yang berbentuk bulat mencerminkan makna persatuan dari seluruh elemen.
Frasa Tol Langit juga mengundang banyak keingintahuan. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara menjelaskan, Tol Langit adalah analogi kehadiran sinyal yang membuat masyarakat Indonesia bisa saling berkomunikasi dengan lebih mudah.
Hal itu juga berlaku bagi masyarakat di perdesaan berkat eksistensi infrastruktur, antara lain melalui kombinasi serat optik dan satelit.
Pembangunan Proyek Palapa Ring di Indonesia
Backbone serat Optik Palapa Ring sendiri adalah proyek pembangunan serat optik nasional yang akan menjangkau seluruh provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Total panjang kabel laut akan mencapai 35.280 kilometer dan kabel darat hingga 21.807 kilometer. Proyek ini dibangun melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Non-KPBU.
Skema KPBU dilakukan oleh Bakti Kemkominfo dengan Badan Usaha terpilih dan dilakukan di 57 kabupaten/kota yang belum dibangun pihak swasta. Sementara PT Telkom telah membangun backbone serat optik di 457 kabupaten/kota melalui skema Non_KPBU.
Skema KPBU adalah wujud afirmasi pemerintah untuk membangun telekomunikasi di wilayah yang tidak layak dibangun pihak swasta secara komersial ( not commercially viable).
Palapa Ring untuk internet yang merata
Nantinya, Palapa Ring akan meratakakan kecepatan internet di seluruh Indonesia secara bertahap dengan disparitas harga yang semakin kecil antara Jawa dengan pulau lainnya.
Infrastruktur telekomunikasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk iklim investasi di Indonesia.
Backbone Palapa Ring akan dihubungkan dengan jaringan akses untuk pelayanan masyarakat, antara lain sekolah, puskesmas, rumah sakit, pusat keamanan, dan pertahanan.
Internet cepat juga akan mempercepat keterlibatan masyarakat ke dalam aktivitas ekonomi digital. Seluruh anggaran pembangunan itu berasal dari 1,25 persen pendapatan kotor penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia sebagai kontribusi pelayanan universal.
Pembangunan Palapa Ring khusus Kalimantan
Menteri Rudiantara juga memberikan argumen terkait proyek Palapa Ring di Kalimantan. Hal itu karena Kalimantan sebagai lokasi ibu kota negara yang baru diharapkan memiliki akses komunikasi dan internet nan stabil.
“Jadi, kalau kita punya Palapa Ring untuk Indonesia, untuk punya Kalimantannya sendiri harus punya banyak Palapa Ring,” ujar dia.
Menurut Rudiantara, jaringan Palapa Ring khusus Kalimantan akan menjadi gerbang untuk akses internet ke dunia internasional.
“Mungkin 5-10 tahun lagi akan ada direct gateway ke internasional dari Kalimantan. Kalau sekarang, kan trafiknya dari Kalimantan dibawa ke Jakarta, baru ke Singapura, atau dibawa dari Manado, baru ke Pasifik,” ujar dia.
Menkominfo melanjutkan, jika trafik internasional tinggi, tidak ada salahnya dipikirkan untuk suatu saat mengadakan direct gateway dari Kalimantan ke Internasiona.
Namun, saat ini pembangunan tol langit di Kalimantan masih didiskusikan secara khusus dan harus mendapat persetujuan dari beberapa stakeholder. Rencanaya, akan ada pertemuan khusus untuk membahas hal itu bersama penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia.
“Jadi, ini haru dibicarakan dengan operator seluler, apakah mereka akan menggelar jaringan di sana atau tidak? Tapi dengan syarat, kalau operator mau bangun, harus dibuka kepada operator lain (sharing). Iya konsepnya harus sharing.” Pungkasnya.
Infrastruktus telekomunikasi akan dibangun di bahu jalan perbatasan yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).