Advertorial

Penghayatan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi dan Terorisme

Kompas.com - 18/12/2019, 18:40 WIB

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) adakan diskusi bertajuk “Mewujudkan Negara yang Damai dan Toleran untuk Indonesia yang Lebih Maju” di Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Turut hadir pada diskusi tersebut Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia, Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Try Sutrisno, Anggota Dewan Pengarah Andres Anangguru Yewangoe, Sudhamek Agoeng Widodo, dan Said Aqil Siradj.

Pada diskusi tersebut, Doli Kurnia mengatakan merupakan ideologi yang sederhana, namun kaya akan makna. Menurutnya, ideologi ini tidak ada tandingannya di negara manapun.

“Cuma lima sila, tapi bisa membicarakan masalah keindonesiaan bahkan masalah global," ujarnya.

Doli juga mengatakan Indonesia dan masyarakatnya akan rugi besar jika meninggalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila ini. Dirinya menilai, banyaknya kasus korupsi dan terorisme yang terjadi di Indonesia dikarenakan masyarakat mulai menjauhi nilai-nilai Pancasila.

Seandainya masyarakat menghayati nilai yang terkandung dalam Pancasila, Doli yakin kasus korupsi dan terorisme tidak akan menjamur seperti sekarang.

"Ini yang harus dijawab oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ke depan," ungkapnya.

. .

Said Aqil Siradj memaparkan sejak lahir, sejatinya manusia memiliki amanat “insaniah”. Amanat ini berarti manusia dilahirkan untuk membuat harmoni di dunia ini. Karenanya, Islam sebagai agama mengajarkan setiap orang harus bisa memberi rasa aman dan kemaslahatan bagi manusia dan lingkungannya.

“Dalam Alquran, ditegaskan tentang istilah ummatan wasathan, yaitu umat yang berkualitas. Agar berperan membangun masyarakat," ujarnya.

Karena itu, ujar Aqil, pada Muktamar ke-27 pada tahun 1984, di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, NU menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Alasannya, karena nilai-nilai Pancasila itu sudah sesuai dengan ajaran Islam.

Tantangannya saat ini, ujar dia, kita harus memperkuat dan menjaga nilai-nilai luhur Pancasila itu dari serangan ideologi trans-nasional yang tidak jelas.

Sementara itu, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Beni Susetyo mengatakan agar nilai-nilai Pancasila itu bisa membumi salah satunya dibutuhkan contoh dari elit-elit politik.

Beni mendorong agar para elit politik dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu. Seperti sifat humanis, gotong royong, dan berperilaku santun. Jika nilai-nilai itu bisa dicontohkan ke masyarakat, ia yakin ke depan keadaban publik akan terbangun.

"Nah bagaimana nilai-nilai Pancasila itu bisa masuk ke dalam  sendi-sendi politik kita," ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com