Advertorial

Menelusuri Guangzhou, Menemukan Jejak Peradaban Islam di China

Kompas.com - 18/12/2019, 20:52 WIB

Guangzhou, ibukota dari Provinsi Guangdong merupakan salah satu dari tiga kota terbesar di China. Kota ini dikenal sebagai tuan rumah ajang olahraga Asian Games 2010 dan Canton Fair, pameran perdagangan tahunan terbesar di China.

Selain itu, kota ini juga dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan bisnis di China bagian selatan dan terus berkembang sebagai kota metropolis. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Guangzhou juga merupakan salah satu kota yang penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di China dan seluruh Asia. Jejak sejarah penyebaran agama Islam dimulai dari kota ini.

Jumat, (13/12/2019) lalu Kompas.com berkesempatan untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan muslim di sana.

Mengunjungi makam sahabat Nabi Muhammad di Guangzhou

Makam Abu Waqqas di Guangzhou. Makam Abu Waqqas di Guangzhou.

Setelah melalui perjalanan lebih kurang setengah jam, akhirnya bus yang membawa rombongan tur di mana tim Kompas.com ikut serta, tiba di pusat kota Guangzhou. Bus berhenti di tepi Jiefang Road, sebuah jalan utama di distrik Yuexiu.

Tempat yang kami tuju berjarak sekitar 300 meter dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari jalan tersebut. Tiba di ujung jalan, tempat tujuan kami mulai terlihat.

Gapura bergaya arsitektur Dinasti Tang menyambut kami. Pada gapura tersebut terlihat tulisan dalam aksara China, yang menurut pemandu wisata, menunjukkan bahwa di tempat tersebut bersemayam Saad bin Abu Waqqas.

Saad bin Abu Waqqas adalah tokoh penting dalam penyebaran agama Islam. Pada 651 Masehi, Abu Waqqas yang dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad datang ke China untuk mengajarkan agama Islam. Pada saat itu China berada di bawah pemerintahan Kaisar Gao Zong.

Area makam murid-murid Abu Waqqas Area makam murid-murid Abu Waqqas

Memasuki area makam Abu Waqqas, suasana teduh dan hening begitu terasa. Pepohonan rindang memayungi area seluas 5 hektare tersebut. Usai melewati gapura utama sebuah jalan setapak menuntun kami ke sebuah pelataran luas di mana Masjid Huaisheng berdiri.

Masjid Huaisheng yang bergaya arsitektur China kuno dibangun oleh Abu Waqqas. Wisatawan yang datang untuk berziarah ke makam Abu Waqqas dan 40 muridnya harus melalui sebuah jalan setapak di area samping masjid.

Makam Abu Waqqas sendiri ditempatkan di dalam sebuah ruangan yang dibuat seperti gua dengan celah untuk keluar dan masuk peziarah. Lantunan doa terdengar dari dalam makam, disertai dengan aroma dupa.

Tidak jauh dari makam terdapat sumber air yang dibuat untuk menghormati Abu Waqqas. Banyak peziarah percaya air dari sumber tersebut dapat langsung diminum tanpa dimasak dan dapat menyegarkan tubuh.

Situs makam Abu Waqqas dan Masjid Huaisheng dapat didatangi hampir setiap hari mulai dari pukul 8.30 hingga 17.00 waktu setempat. Lokasinya pun cukup mudah ditemukan. Situs makam ini terletak di dekat Guangzhou Orchid Garden dan Yuexiu Park Subway Station.

Mengagumi keindahan masjid tertua di Guangzhou

Tidak jauh dari makam Abu Waqqas terdapat masjid tertua di Guangzhou yaitu Masjid Guangta yang dibangun pada Dinasti Tang, tepatnya 1.300 tahun lalu. Masjid ini menjadi tempat beribadah bagi umat muslim dari seluruh dunia. Termasuk warga muslim Indonesia yang bermukim di China.

Masjid ini diberi nama Guangta karena memiliki bangunan menara setinggi 36 meter yang berdiri berdampingan dengan bangunan masjid. Pada masa lalu menara tersebut berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal dagang yang singgah di Guangzhou.

Jika dilihat sekilas bangunan masjid ini lebih terlihat seperti klenteng. Nuansa Timur Tengah baru terasa ketika memasuki aula tempat beribadah. Sejumlah tulisan kaligrafi menghiasi dinding dan lantai dilapisi karpet dengan corak Timur Tengah.

Masjid Guang Ta, masjid tertua di Guangzhou Masjid Guang Ta, masjid tertua di Guangzhou

Untuk memasuki bangunan utama masjid ini pengunjung harus melalui sebuah gerbang kecil dan lorong. Kemudian di ujung lorong terdapat sebuah halaman terbuka di mana area untuk beribadah berada.

Masjid Guangta dapat dikunjungi mulai pukul 8.30-17.00 waktu setempat. Siapa saja boleh datang ke masjid ini, baik untuk beribadah atau sekedar menikmati keindahan arsitekturnya.

Usai kunjungan ke Masjid Guangta jangan lupa untuk mampir ke lapak-lapak pedagang di area luar gerbang masjid. Kebanyakan pedagang menjual camilan yang unik dan pastinya halal. Misalnya saja manisan buah. Semua dapat dibeli dengan harga cukup terjangkau.

Menemukan destinasi wisata ramah muslim di Guangzhou

Jumlah penduduk muslim di China memang tidak sebanyak di Indonesia. Saat ini jumlahnya hanya berkisar antara 0,45 persen hingga 2,85 persen dari total populasi penduduknya. Sebagian besar adalah penduduk etnis Hui yang tinggal di Xinjiang, Ningxia, Gansu, dan Qinghai.

Namun, hal tersebut tidak membuat China kehilangan pesona di mata wisatawan muslim. Termasuk yang berasal dari Indonesia. Hal ini pun dipandang sebagai peluang oleh pelaku usaha wisata di Indonesia. Salah satunya Garnis Tour and Travel (G-tour) yang berencana membuat paket wisata ramah muslim ke China.

“Saat ini wisata ramah muslim sedang jadi tren. Kami memandang tur ramah muslim di China belum tereksplorasi. Kami saat ini perkenalkan dulu Guangzhou. Nati kami coba eksplorasi ke daerah Ningxia, Xinjiang, dan masih banyak lagi. Kami yakin ini akan jadi satu gebrakan baru,” ujar Ronald R Tambunan, Direktur Operasional G-tour pada kesempatan wawancara di sela Fam Trip China Muslim di Guangzhou, Jumat (13/12/2019) lalu.

Fam Trip China Muslim G-tour diikuti sejumlah pemilik usaha tour dan travel Fam Trip China Muslim G-tour diikuti sejumlah pemilik usaha tour dan travel

Rencananya, lanjut Ronald, G-tour akan meluncurkan paket wisata ramah muslim di China pada Astindo Travel Fair 2020. Pada paket wisata tersebut akan dapat ditemukan destinasi-destinasi  wisata seperti situs makam Abu Waqqas dan Masjid Guangta.

G-tour bekerja sama dengan YouQian Holiday sebagai operator tur di China. Yu Wen Hui, Direktur YouQian Holiday mengatakan saat ini China terus membenahi destinasi-destinasi wisatanya agar nyaman bagi semua wisatawan dari seluruh dunia.

Ia mengatakan saat ini setiap destinasi wisata harus memenuhi syarat dari pemerintah sebelum dapat dibuka untuk wisatawan. “Masyarakat muslim bisa datang ke China dengan rasa aman dan nyaman. Restoran halal dan ramah muslim pun dapat ditemui di negara ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Ronald Tambunan juga mengatakan selain kenyamanan, kelebihan berwisata ramah muslim ke China bersama G-tour juga terletak pada harga yang ditawarkan. Saat ini G-tour bekerja sama dengan maskapai penerbangan China Southern sehingga harga tiket lebih terjangkau.

Kunjungi https://g-tour.id/ untuk informasi lebih lanjut mengenai paket-paket tur lainnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com