Advertorial

Jaga Kesehatan Keluarga, Mulai Dari Udara Berkualitas di Rumah

Kompas.com - 14/01/2020, 14:33 WIB

Buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya membuat permasalahan polusi menjadi topik yang hangat diperbincangkan belakangan ini.

Akan tetapi, tahukah Anda jika polusi di dalam ruangan ternyata 2-5 kali lipat lebih tinggi ketimbang yang ada di luar sana?

Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Menurut The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), salah satunya adalah asap rokok.

Asap rokok dapat menempel di perabotan-perabotan yang ada di rumah selama bertahun-tahun. Hal ini membuat kualitas udara di rumah menjadi buruk karena mengandung zat kimia beracun.

Berbagai faktor lain seperti mikroba, gangguan ventilasi, dan polusi dari luar yang terperangkap turut memperparah kualitas udara di dalam rumah.

Rendahnya kualitas udara pun mengundang berbagai permasalahan kesehatan. Mulai dari sakit kepala, gejala alergi, asma, sertta ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang menjadi penyakit terbanyak di Indonesia.

Partikel debu

Salah satu parameter pencemar udara adalah debu-debu yang melayang di udara. Sebagian besar, debu yang ada di dalam ruangan berasal dari kulit mati, serbuk sari, rambut, hingga serat tekstil dan kertas.

Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Agus Dwi Susanto, salah satu polutan paling terkenal adalah PM2.5 yang ukurannya 1/30 dari diameter rambut.

“Baik di luar maupun dalam ruangan, PM2.5 dapat memiliki dampak yang sama terhadap kesehatan jika dihirup secara berlebihan,” ujarnya.

Ukurannya yang sangat kecil membuat partikel tersebut sangat mudah masuk ke dalam paru-paru dan pembuluh darah.

Paru-paru menjadi salah satu organ yang paling rentan terkena dampak buruknya kualitas udara di dalam ruangan.

Sayangnya, menurut Pokja Paru Kerja dan Lingkungan PDPI, Feni Fitriani Taufik, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap kesehatan paru masih kurang.

“Padahal penyakit paru bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, memperhatikan kualitas udara yang kita hirup, dan menggunakan alat yang bersifat purifier untuk menghilangkan virus dan bakteri di udara dalam ruangan,” ujarnya.

Solusi nyata

Terdapat beberapa hal sederhana yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kualitas udara di rumah.

Mulai dari membersihkan karpet-karpet dengan penyedot debu 1-2 minggu sekali dengan penyedot debu, hingga membersihkan tempat tidur, sofa, dan barang-barang lain yang rentan terhadap berkembangnya tungau debu dan bulu hewan peliharaan.

Anda juga dapat menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai serta meletakkan tanaman hijau di luar ruangan untuk menghindari berkembangbiaknya jamur.

Selain itu, Anda dapat menggunakan AC berteknologi nanoe seperti yang dimiliki oleh Panasonic.

Teknologi revolusioner tersebut mampu mengubah partikel air di udara menjadi berukuran nano meter secara elektrostatis, sehingga mampu melindungi rumah Anda dari polusi hingga partikel terkecil.

Saat ini Panasonic telah memiliki dua teknologi nanoe, yaitu nanoe-G dan nanoe™ X.

Teknologi pemurnian nanoe-G sangat efektif untuk menghilangkan debu di udara hingga PM2.5. Sehingga teknologi ini cocok untuk pencegahan resiko ISPA yang menghantui.

Sementara itu, nanoe™ X adalah pengembangan teknologi pemurnian udara terbaru dari Panasonic yang mampu mengurangi bau tidak sedap, bakteri dan virus, jamur, alergen, dan partikel debu lainnya.

Uniknya, teknologi nanoe dapat bekerja meski pendingin dalam keadaan mati. Cukup aktifkan mode nanoe, AC Panasonic dapat memurnikan udara dari polutan.

Terlebih, mode ini dapat dinyalakan selama 24 jam penuh. Anda pun tak perlu khawatir mengenai biaya listrik, karena konsumsi listrik perangkat ini hanya 25 watt per jam.

Beberapa AC Panasonic yang telah dilengkapi dengan teknologi nanoe di antaranya adalah Premium Inverter (XU-VKP), Deluxe Low Watt (XN-TKJ), dan si-Biru Deluxe (PN-UKJ Series).

Jaga kesehatan keluarga dengan menjaga kualitas udara di rumah, mulai dari mengganti AC berteknologi nanoe yang dapat memurnikan udara dari partikel-partikel debu.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan kunjungi halaman ini

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com