Pandemi Covid-19 yang tengah melanda Indonesia saat ini membuat pemerintah mengimbau masyarakat untuk tinggal dan beraktivitas dari rumah. Tak terkecuali kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberlakukan kebijakan belajar dari rumah untuk seluruh siswa mulai dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sesuai namanya, proses belajar yang biasa dilakukan secara tatap muka di sekolah dialihkan menjadi belajar jarak jauh dengan memanfaatkan internet.
Namun demikian, proses belajar daring merupakan hal baru bagi sebagian besar sekolah formal di Tanah Air. Alhasil, banyak sekolah, guru, dan siswa kesulitan untuk beradaptasi dan menjalankannya.
Contohnya, dialami Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh. Sebagai sekolah yang berada di daerah pesisir pantai, mereka kesulitan untuk mengadakan kegiatan belajar secara daring.
Kepala SMP N 1 Krueng Sabee Viza Suhanna menjelaskan, salah satu kendala terbesar yang dialami adalah terbatasnya siswa yang memiliki handphone. Padahal, handphone menjadi salah satu sarana utama pelaksanaan belajar dari rumah tersebut.
Melalui sambungan telepon, Senin (6/4/2020), Viza menceritakan, sekolahnya telah menerapkan sistem belajar dari rumah sejak 16 Maret 2020 lalu. Di minggu pertama pelaksanaan, mereka masih belum menemukan cara yang tepat untuk melaksanakan proses belajar.
“Karena kami di desa dan kebanyakan orangtua murid itu petani dengan pendapatan harian. Hanya sebagian kecil yang punya handphone. Banyak juga siswa yang rumahnya tidak terjangkau koneksi internet,” ucapnya.
Keterbatasan itu pula yang membuat guru kesulitan untuk menjangkau siswa-siswanya. Pasalnya, dari 134 siswa, banyak yang tinggal cukup jauh dari sekolah. Sementara itu, gurunya hanya berjumlah 12 orang.
Setelah mendiskusikan berbagai cara yang dapat dilakukan. Viza dan guru-guru SMP N 1 Krueng Sabee akhirnya menggunakan fasilitas Facebook Messenger.
“Aplikasi Whatsapp masih banyak orangtua dan siswa yang tidak kenal. Mereka malah lebih paham Facebook,” cerita Viza.
Melalui aplikasi itu Viza kemudian membuat grup-grup untuk para wali kelas dan siswa yang memiliki akses handphone. Total ada 6 grup kelas yang digunakan untuk belajar.
Grup itu menjadi tempat guru akan memberikan materi dan tugas pada siswa. Siswa pun akan mengumpulkan tugas lewat tempat yang sama.
Saling berbagi dan gotong royong
Viza juga meminta siswa yang tergabung dalam grup untuk menyampaikan tugas dan materi tersebut kepada teman-temannya yang tidak memiliki handphone.
“Semacam pesan berantai. Begitu juga ketika pengumpulan tugas. Dilakukan bersama oleh siswa yang memiliki handphone. Sistemnya saling membantu,” papar Viza yang telah menjabat sebagai Kepala Sekolah sejak akhir tahun 2015.
Cara tersebut menurut Viza, cukup efektif untuk terus melaksanakan proses belajar dari rumah. Para guru dan siswa saling membantu memberikan informasi untuk siswa yang tidak memiliki akses internet.
Selain itu, Viza mengatakan, dia dan guru-guru SMP N 1 Krueng Sabee sempat kebingungan terkait model pembelajaran apa yang harus digunakan. Apalagi, sistem belajar dari rumah secara daring belum pernah dilakukan.
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan laman Guru Berbagi, pada Senin (31/3/2020). Laman ini merupakan wadah bagi guru untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Plt. Dirjen GTK) Kemendikbud, Supriano mengungkapkan, laman tersebut dirilis demi mendukung proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan saat ini.
“Pembelajaran jarak jauh berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Ada guru yang sudah terbiasa, namun ada juga yang belum terbiasa,” ujar Supriano dikutip dari laman resmi gtk.kemdikbud.go.id.
Melalui laman itu, Kemendikbud mengajak guru-guru untuk berpartisipasi, bergotong royong, dan berbagi pengalaman baik. Para guru pun bisa menyalurkan kreativitas serta inovasi yang dimiliki.
“Ini yang akan menjadi kekuatan bagi kita, karena guru dapat mengunggah atau melihat baik itu mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hingga bagaimana menggunakan teknologi,” terang Supriano.
Ada tiga fitur utama yang ditawarkan laman Guru Berbagi. Pertama, fitur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memungkinkan para guru berbagi RPP mereka yang sesuai dengan proses pembelajaran di rumah.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (Direktur GTK Dikmen dan Diksus) Kemendikbud, Praptono menjelaskan, siapa saja bisa mengunggah RPP ke laman tersebut. Namun, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan.
Misalnya, file harus dalam bentuk PDF, isinya harus kontekstual untuk pembelajaran di rumah, menyesuaikan dengan lingkungan rumah, dan pihak pengunggah bertanggung jawab dengan isinya.
Selanjutnya ada fitur artikel, yang berisi konten pembelajaran, seperti modul dan kumpulan materi. Terakhir ada fitur aksi. Fitur ini berisi aksi-aksi baik yang dilakukan untuk mendukung belajar dari rumah. Di antaranya materi pelatihan, video-video pembelajaran, atau tutorial pengunaan teknologi.
Melalui sambungan telepon, Senin (6/4/2020), Praptono mengatakan, laman Guru Berbagi bisa diakses siapa saja. Tidak hanya guru, tapi juga kepala sekolah, organisasi penggerak, dan pihak-pihak yang peduli pendidikan.
“Saat ini, jumlah RPP yang diunggah sudah lebih dari 300 judul dan sekitar 8.000 orang mengunduh file-nya. Sudah sekitar 20.000 orang yang mengakses lamannya,” papar Praptono.
Dengan diluncurkannya laman Guru Berbagi, diharapkan dapat memperlancar proses kegiatan belajar dari rumah dan meningkatkan kualitas guru serta pendidikan Indonesia.