Advertorial

Sistem Tata Udara yang Baik Jadi Kunci dalam Pencegahan Penularan Covid-19 melalui Airbone

Kompas.com - 22/07/2020, 22:47 WIB

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan bahwa Covid-19 menular melalui udara. Temuan ini telah menjadi perhatian banyak pihak.

Begitu juga para karyawan yang bekerja di gedung-gedung di kota besar. Pasalnya, ruang tertutup dan ber-AC, seperti ruangan di dalam rumah tinggal, kendaraan, dan ruangan di bangunan komersial, dapat menjadi tempat penularan virus SARS-CoV-2.

“Jenis-jenis ruangan tersebut memungkinkan terjadinya penularan melalui media udara. (Penularan) bukan hanya dari droplet atau percikan, terutama adanya udara yang berputar, karena dorongan dari blower AC,” ujar Jhon Budi dari Green Building Council dalam webinar “Peranan Sistem Tata Udara dalam Pencegahan Penularan Covid-19”, Rabu (22/7/2020).

Dalam webinar yang diadakan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE), Jhon Budi menyarankan bahwa tatanan udara di dalam bangunan sudah seharusnya dibuat dengan mempertimbangkan sirkulasi udara yang bagus.

Webinar yang diadakan melalui aplikasi Zoom, Live Streaming You Tube, dan Facebook PPSDM KEBTKE ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lain, di antaranya Kepala Badan Pengembangan SDM Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) IGN Wiratmaja Puja dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam.

Selain tatanan udara, IGN Wiratmaja juga menekankan pentingnya penggunaan energi terbarukan di gedung. Sebab, energi terbarukan yang lebih alami dan ramah lingkungan secara tidak langsung mampu membuat orang lebih sehat.  

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan energi terbarukan di negara-negara dunia dengan tingkat kebahagiaan tinggi.

Negara-negara tersebut, kata Wiratmaja, rerata menggunakan bauran energi nasional dengan energi terbarukan sebanyak 50 persen. Sementara itu, berdasarkan data 2019, Indonesia baru menggunakan 9,15 persen energi terbarukan.

 “Untuk itu, kami dorong terus dengan berbagai upaya sehingga menerbitkan berbagai regulasi supaya energi terbarukan semakin dimanfaatkan,” imbuh Wiratmaja.

Webinar ini diikuti oleh kurang lebih 1.198 yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari aparatur sipil negara, perguruan tinggi Indonesia, Polandia, Brunei, badan usaha atau industri, hingga masyarakat umum.

Webinar Peranan Sistem Tata Udara dalam Pencegahan Penularan Covid-19, Rabu (22/7/2020). (Dok. ESDM) Webinar Peranan Sistem Tata Udara dalam Pencegahan Penularan Covid-19, Rabu (22/7/2020). (Dok. ESDM)

Tak ketinggalan Ari Fahrian Syam juga menyampaikan bahwa wabah Covid-19 dapat menginfeksi organ tubuh lain selain paru-paru, seperti jantung, ginjal, hati, dan bisa mengakibatkan kerusakan organ tubuh.

Ia pun menjelaskan gejala paling sering dialami oleh orang yang terinfeksi adalah demam dan batuk. Selain itu, ada flu dan sesak napas yang juga menjadi gejala penyakit tersebut.

Seseorang patut diduga tertular Covid-19 jika suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celcius ke atas. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa nyeri perut dan diare juga menjadi gejala awal dari virus yang berasal dari Wuhan ini.

“Lonjakan kasus virus Corona di Indonesia dalam pekan terakhir menjadi perhatian para ahli kesehatan. Diprediksi bahwa Indonesia akan memiliki 100.000 kasus Covid-19 pada akhir Juli 2020,” ujar Ari Fahrial.

Maka dari itu, ia mengimbau masyarakat untuk tetap menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah dan menjaga jarak lebih dari satu meter. Selain itu, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mematuhi protokol kesehatan juga harus dilakukan.

PPSDM KEBTKE akan hadir kembali melalui webinar selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2020 “Overview of Geothermal Energy”. PPSDM KEBTKE siap melayani kebutuhan pengembangan sumber daya manusia bidang ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan, dan konservasi energi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau