Advertorial

Bank Indonesia Ajak Masyarakat Berkontribusi Jaga SSK melalui Pemanfaatan Produk Keuangan

Kompas.com - 24/07/2020, 20:46 WIB

KOMPAS.com – Bank bukanlah satu-satunya elemen di dalam sistem keuangan. Selain bank, ada juga yang disebut dengan Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB).

Contohnya seperti perusahaan pembiayaan dan asuransi, infrastruktur keuangan, korporasi atau badan usaha non-keuangan, pasar keuangan, dan rumah tangga.

Lembaga-lembaga selain bank tersebut juga diawasi dan diatur oleh Bank Indonesia melalui kebijakan makroprudensial. Sebab, semuanya saling terkoneksi dan dapat memunculkan potensi menularnya risiko sistemik yang bisa berdampak luas dan tidak hanya pada sektor keuangan saja.

Dengan banyaknya lembaga yang ada, maka produk keuangan bukanlah hanya dari bank saja, termasuk di antaranya perusahaan pembiayaan, pasar modal, koperasi simpan pinjam, perusahaan asuransi, dana pensiun, fintech, dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkembangan ekonomi dan era digitalisasi, produk-produk keuangan kini semakin beragam dan saling terhubung sehingga menjawab kebutuhan masyarakat modern saat ini. Apabila dimanfaatkan secara optimal, maka dapat mendukung aktivitas dan produktivitas.

“Di era digital sekarang ini, apa yang ditawarkan oleh aplikasi-aplikasi sangat mempermudah kita, baik untuk konsumtif maupun untuk menabung,” kata Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Ita Rulina pada acara diskusi daring yang disiarkan langsung di YouTube Kompasiana.com, Selasa (21/7/2020).

Ita juga mengatakan bahwa dengan kemudahan yang ada sekarang, baik belanja, melakukan pinjaman uang, juga termasuk fasilitas paylater yang disediakan oleh beberapa aplikasi, sebaiknya digunakan untuk sesuatu yang produktif supaya bisa menghasilkan cash yang kemudian bisa ditabung atau diputar kembali.

“Pilihannya kembali pada kita, apakah kita bisa cerdik dalam memilihnya? Apakah kita mau menabungnya saja atau akan kita konsumsi sekarang? Atau keduanya, dengan porsi yang kita atur sedemikian rupa?” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, aktor sekaligus entrepreneur Chicco Jerikho mengaku mulai menginvestasikan hasil dari usahanya atas rekomendasi dari sang teman dan ternyata investasi yang telah dilakukannya selama lima tahun ini mulai terasa manfaatnya di saat pandemi.

“Awalnya dana investasi ini akan dialokasikan untuk ekspansi usaha, tapi karena pandemi akhirnya ditunda dan digunakan untuk meng-cover biaya operasional,” jelasnya.

Mengenai investasi, menurutnya jika keuntungan yang ia dapatkan nilainya fluktuatif, maka ia akan memilih untuk memutarkan uangnya atau ditempatkan di tempat yang aman, contohnya obligasi yang dijalankan negara dan terjamin keamanannya.

“Saya sendiri lebih memilih investasi yang low risk, terutama untuk yang baru memulai usaha,” kata Chicco.

Produk keuangan lain

Salah satu produk keuangan yang sedang berkembang di era digital ini adalah fintech. Produk ini bisa dimanfaatkan untuk transaksi investasi, peminjaman uang, jual beli, pembayaran, menabung, dan masih banyak lagi keunggulannya.

Menjawab permasalahan keuangan yang dialami usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di masa pandemi, Ita Rulina mengatakan bahwa pemerintah sangat menaruh perhatian pada UMKM karena merupakan basis dan soko guru perekonomian Indonesia.

“Jika belajar dari krisis 1998 dan 2008, UMKM-lah yang menyelamatkan perekonomian kita,” jelas Ita.

Ia juga mengatakan jika program pemerintah sekarang ini memang memprioritaskan UMKM dengan program restrukturisasi yang masih berlangsung sampai sekarang. Seluruh bank bersama dengan pemerintah pun sudah berkomitmen untuk membantu UMKM yang mengalami permasalahan.

“Untuk teman-teman UMKM yang belum mengerti, jangan khawatir, bisa datang ke bank yang bersangkutan atau ke pemerintah lokalnya karena ini sudah menjadi program nasional,” tegasnya.

Demi menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia memberikan insentif bagi bank yang menyalurkan kredit kepada ekspor impor, UMKM, sektor pariwisata, dan sektor-sektor yang didukung lainnya.

Dengan menjaga likuiditas perbankan melalui kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berharap perbankan tidak mengalami kesulitan untuk memberikan kredit yang terukur terhadap debiturnya.

“Di situasi saat ini, yang dikhawatirkan adalah orang kesulitan untuk menabung, sehingga perbankan sulit mendapatkan uang untuk memberikan kredit, inilah yang dijaga oleh Bank Indonesia, agar bank tidak kesulitan likuiditasnya,” kata Ita Rulina.  

Saat ini, Bank Indonesia dan Kompasiana bekerja sama menyelenggarakan Blog Competition yang berfokus pada bagaimana masyarakat bisa berkontribusi secara langsung dalam menjaga stabilitas sistem keuangan melalui pemanfaatan produk keuangan.

Info selengkapnya, silakan klik di sini. (LKE)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com