KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang menyerang hampir seluruh negara di dunia dinilai merugikan banyak pihak, salah satunya dalam sektor ekonomi. Bank Dunia pada Juni 2020 pun telah memprediksi akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 5,2 persen akibat pandemi pada tahun ini.
Demi memitigasi hal tersebut, banyak negara telah melakukan percepatan transformasi digital. Hal ini dilakukan untuk membantu pengusaha beradaptasi dengan perubahan pola kebiasaan konsumen agar bisnis dapat tetap berjalan.
Beberapa negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, telah menyerukan transformasi digital dengan berbagai stimulus bantuan kepada pengusaha.
Tidak berbeda dari Singapura dan Malaysia, Presiden Joko Widodo pun meminta para pengusaha menjadikan pandemi sebagai momentum percepatan transformasi digital.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas “Perencanaan Transformasi Digital” di Istana Merdeka pada Senin (3/8/2020). Presiden Jokowi juga menyinggung hasil survei IMD World Digital Competitiveness pada 2019 yang menyatakan Indonesia masih berada di peringkat ke-56 dari 63 negara.
Ia mengatakan bahwa peringkat Indonesia masih berada di bawah beberapa negara ASEAN lainnya. Sebut saja Singapura berada di posisi ke-2, Malaysia di posisi ke-26, dan Thailand di posisi ke-40.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi meyakini bahwa transformasi digital yang masif dapat meningkatkan level daya saing Indonesia.
Dampak bagi bisnis
Harus diakui, pandemi Covid-19 berdampak besar pada bisnis, baik bisnis skala kecil, menengah, dan besar. Beberapa dampaknya mulai dari penutupan kantor, outlet, pabrik hingga pemutusan hubungan kerja.
Plt Direktur Utama PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra) Roby Roediyanto mengatakan, dampak tersebut akan lebih terasa bagi usaha yang belum melakukan transformasi digital.
“Sebab, berbagai kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan membuat operasional bisnis harus ikut menyesuaikan. Ini dilakukan untuk menjaga produktivitas kinerja tetap optimal dan melindungi kesehatan pekerja dari paparan Covid-19,” jelas Roby.
Dengan pemberlakuan work from home (WFH) di banyak perusahaan, manajemen membutuhkan sistem yang dapat membantu seluruh tim berkoordinasi guna memastikan operasional bisa berjalan dengan baik.
Bagi perusahaan yang menerapkan work from office (WFO), perusahaan pun disarankan untuk menyiapkan protokol kesehatan untuk melindungi karyawan dari bahaya Covid-19, mulai dari melakukan deteksi suhu, penyemprotan disinfektan, hingga penyediaan masker bagi karyawan.
Bahkan, sejumlah perusahaan melakukan rapid/swab test untuk memastikan karyawan bekerja di lingkungan yang aman dari penularan Covid-19.
Tidak hanya perusahaan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat, sekitar 45 persen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kini mulai menggunakan platform niaga elektronik sejak pandemi Covid-19 melanda.
“Dengan perubahan pola konsumen dalam mencari informasi dan membeli produk, seperti melonjaknya penggunaan layanan e-commerce, pesan antar, dan pembayaran digital, membuat transformasi digital dirasa akan membantu pengusaha beradaptasi terhadap perubahan ini,” ujar Roby.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat, sekitar 45 persen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kini mulai menggunakan platform niaga elektronik sejak pandemi Covid-19 melanda.
Tahapan transformasi digital
Roby menjelaskan bahwa sebelum menuju ke tahap digitalisasi, penguatan mental dalam bertahan menghadapi krisis dibutuhkan perusahaan.
Data McKinsey menunjukkan bahwa sekitar 10 persen perusahaan yang berhasil keluar dari krisis dengan lebih kuat menerapkan mentalitas bertahan dari krisis. Mentalitas ini dinilai mampu menempatkan perusahaan pada posisi terbaik untuk mengatasi krisis.
Berdasarkan analisis McKinsey, salah satu kunci utama perusahaan bisa bertahan dari krisis adalah kemampuan merespons krisis ekonomi lebih awal dengan pendekatan yang terukur. Perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut ternyata menunjukkan kinerja terbaik, bahkan setelah krisis berakhir.
Selain itu, Roby mengatakan bahwa transformasi digital juga harus dilihat sebagai perjalanan sehingga para chief executive officer (CEO) perlu mengembangkan roadmap yang jelas dengan mempertimbangkan pola perilaku pelanggan dan supplier.
“CEO tidak hanya diharapkan untuk menetapkan arah bisnis baru, tetapi dapat menyesuaikan struktur untuk membangun bisnis di dalam bisnis agar perusahaan dapat berkelanjutan dan mendiversifikasi sumber potensial untuk pertumbuhan di masa depan,” kata Roby.
Dengan kata lain, pada tahapan ini perusahaan memerlukan tim teknologi yang mumpuni guna mendukung upaya transformasi perusahaan secara digital.
Kendati demikian, untuk memulai transformasi digital dibutuhkan pula waktu dan sumber daya manusia yang tidak sedikit. Belum lagi ada risiko kegagalan dalam mengembangkan sistem.
Data Deloitte menunjukkan bahwa 31 persen pengusaha yang disurvei menemukan masalah keamanan dan privasi dalam transformasi digital.
Namun, menurut Roby permasalahan itu masih bisa diatasi asalkan punya perhitungan yang efisien, pemilihan partner yang tepat, serta memiliki portofolio jelas dengan proyek skala besar.
“Dengan begitu, potensi kecemasan yang mungkin terjadi bisa diminimalisasi agar manajemen bisa terus fokus pada pengembangan perusahaan,” ujar Roby.
Masalah keamanan dalam data siber juga bisa dihindari dengan pemilihan cloud computing dan data center yang terpercaya.
Dalam transformasi digital, cloud computing dan data center adalah enabler utama yang membantu perusahaan menghasilkan inovasi teknologi, seperti big data analytics, machine learning, augmented reality, chatbots, internet of things (IoT), dan banyak lagi.
Cloud computing kini tengah populer dalam membantu perusahaan mengembangkan teknologi software as a service (SaaS) agar bisa diakses kapan dan dari mana saja.
Flou Cloud, misalnya. Sebuah cloud services dari Telkomsigma ini telah memadukan solusi Infrastructure as a Service (IaaS) seperti compute, storage, network, dan security serta berbagai Software as a Service (SaaS) yang ditujukan untuk mendukung UMKM dan startup dalam pengembangan teknologi perusahaan.
Digitalisasi sebagai pencegahan Covid-19 di tempat kerja
Transformasi digital ternyata juga ikut membantu operasional bisnis dalam menerapkan protokol kesehatan dengan lebih baik.
Berbagai solusi bisa digunakan, mulai dari self-assessment system untuk menentukan kesiapan WFO, fasilitas touchless di area elevator dan pintu, hingga thermal camera yang terintegrasi dengan face detection untuk mengenali penggunaan masker.
Adapun salah satu produk thermal camera yang telah hadir di Indonesia dan menawarkan solusi teknologi canggih adalah Nutech Thermal Camera.
Sistem kamera pendeteksi suhu ini dapat diintegrasikan dengan sistem human resources (HR) perusahaan menggunakan application programming interface (API). Dengan begitu, sistem kamera dapat memindai dan merekam data hingga 30.000 wajah ke dalam satu perangkat yang terhubung dengan database pegawai di sistem HR, lengkap dengan nama.
Optimalisasi kegiatan operasional jarak jauh
Komunikasi dan koordinasi harus tetap berjalan selama bekerja dari rumah. Untuk menunjang hal tersebut, pengusaha bisa memilih layanan video conference, seperti Microsoft Teams dan CloudA, sesuai kebutuhan tim.
Selain itu, untuk membantu proses operasional dan monitoring performa produktivitas, perusahaan bisa menggunakan sistem enterprise resource planning (ERP).
Namun demikian, ada tantangan lain yang muncul dari penerapan WFH, yakni terkait persetujuan dari sebuah kesepakatan. Biasanya, persetujuan membutuhkan tanda tangan sebagai bukti kesepakatan. Oleh karena itu, operasional perusahaan secara jarak jauh ini membutuhkan teknologi digital signature atau tanda tangan digital.
“Dengan adanya teknologi itu, sistem administrasi perkantoran bisa beroperasi secara digital tanpa terkendala oleh dokumen yang belum ditandatangani atau pengiriman yang tertunda,” jelas Roby.
Di dalam tanda tangan digital, terdapat kunci publik dan kunci privat yang dikeluarkan oleh sebuah badan yang bernama Certification Authority (CA). Kedua kunci ini mengoptimalkan tingkat keamanan dengan meniadakan resiko pemalsuan dokumen dan tanda tangan, serta meminimalisir dokumen rusak dan hilang.
Untuk meningkatkan fungsi operasional dalam situasi pandemi, perusahaan bisa pula menerapkan resource sharing. Penerapan ini berfungsi untuk mengurangi beban biaya operasional. Layanan shared services merupakan layanan yang membagi tugas untuk mengatasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Infomedia melalui produk SharedVis, misalnya, bisa membantu penerapan shared services di area Human Resources, Finance & Accounting, dan General Affairs yang diharapkan dapat membantu efisiensi operasional perusahaan.
Digitalisasi layanan perpajakan
Transformasi digital juga dibutuhkan pada layanan publik untuk membantu masyarakat tetap bisa melakukan transaksi di tengah pandemi Covid-19.
Saat pandemi terjadi, keengganan masyarakat bertransaksi secara tunai akan mendorong digitalisasi keuangan. Transaksi digital juga membantu masyarakat mendapatkan solusi yang aman dan cepat dalam bertransaksi.
Robby mencontohkan, Telkompajakku, salah satu unit bisnis TelkomMetra yang memberi solusi digitalisasi sistem perpajakan. Telkompajakku dihadirkan guna memberikan pelayanan bagi wajib pajak dengan solusi e-Faktur Host to Host.
Adapun layanan ini akan membantu wajib pajak mempersingkat proses pembuatan e-Faktur secara otomatis dan meminimalisasi kesalahan dalam pelaporan SPT.
Solusi tersebut ternyata sangat membantu wajib pajak untuk bisa mengurus perpajakan dari rumah dan terhindar dari bahaya Covid-19. Mereka juga bisa berkonsultasi dan mengirim laporan pajak tanpa harus repot datang ke Kantor Pelayanan Pajak.
Tingkatkan marketing digital
Bisnis tentunya tidak hanya mengenai operasional saja, tetapi juga marketing. Khusus untuk membantu kegiatan marketing di era digital, Roby mengatakan bahwa saat ini Telkom Indonesia memiliki layanan pemesanan iklan digital yang bernama Adsqoo.
“Selama adaptasi kebiasaan baru diberlakukan, Adsqoo bisa menjadi pilihan untuk melakukan kegiatan marketing yang memungkinkan pemilik usaha mengelola pemasangan iklan digital secara mandiri,” jelas Roby.
Setelah mendaftar layanan tersebut, pelaku bisnis akan mendapatkan akses untuk memilih produk iklan digital, seperti SMS Broadcast, SMS LBA, Google Ads, Facebook Ads, dan Digital Out Of Home (DOOH).
Seluruh tahapan pemasangan iklan sampai pembayaran pun bisa dilakukan dalam satu platform sehingga memudahkan pelaku usaha.
Dengan demikian, transformasi digital punya banyak manfaat dalam membantu masyarakat Indonesia beradaptasi pada kebiasaan baru. Selain itu, masyarakat juga telah ikut serta dalam pengembangan teknologi di Tanah Air dalam berbagai sektor strategis, terutama bisnis dan ekonomi.