Advertorial

Merawat Warisan Budaya Indonesia di Tengah Pandemi

Kompas.com - 24/09/2020, 16:15 WIB

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang melanda saat ini membuat berbagai kondisi perekonomian Indonesia babak belur. Seperti diberitakan Kompas.com (5/8/2020), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 minus hingga 5,32 persen.

Di antara berbagai sektor yang terdampak, pariwisata dan ekonomi kreatif menanggung kerugian paling besar. Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), total kerugian industri pariwisata Indonesia mencapai Rp 85,7 triliun hingga April 2020.

Dampak pandemi Covid-19 juga turut dirasakan oleh para seniman tenun di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Banyak di antara mereka yang kehilangan pendapatan karena jumlah turis turun drastis. Padahal, tuntutan kebutuhan sehari-hari tetap harus dipenuhi.

Menyikapi situasi tersebut, salah satu pemerhati tenun Indonesia, Yonathan Hani, menggagas sebuah gerakan sosial bertajuk “Kayaka Humba”. Nama ini berasal dari teriakan khas orang Sumba yang memberikan semangat bagi sesama, baik dalam keadaan suka maupun duka.

Kayaka Humba bertujuan untuk membantu para seniman tenun Sumba memperoleh pendapatan di tengah pandemi Covid-19.

Jadi, orang yang tergabung dengan gerakan ini akan memberikan jasa pemotretan kain tenun gratis dan membantu pemasarannya melalui platform Instagram.

Selain itu, mereka juga membantu mengemas produk agar lebih menarik dan informatif. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian sekaligus memberikan edukasi kepada calon pembeli tentang kain tenun dan penciptanya.

Wisata tematik berbasis budaya

Mengusung semangat yang sama dengan Kayaka Humba, platform pemesanan paket wisata online, Traval.co, bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuat program wisata virtual bertajuk “Virtual Heritage”.

Traval Heritage dapat disaksikan secara gratis di situs resmi Traval.co (Dok. Traval.co) Traval Heritage dapat disaksikan secara gratis di situs resmi Traval.co

Program tersebut akan mengangkat wisata tematik berbasis budaya dan wisata berbasis komunitas di delapan titik, mulai dari wilayah barat hingga timur.

Selain itu, program Virtual Heritage akan mengangkat para komunitas tersebut sebagai local heroes dalam pelestarian dan pengembangan budaya di daerahnya masing-masing.

Virtual Heritage bertujuan agar destinasi wisata yang dikelola komunitas-komunitas lokal lebih dikenal secara umum dan menjadi alternatif wisata di tengah pandemi. Harapannya, program ini dapat menjadi ajang berbagi inspirasi antar komunitas agar dapat membangun dan melestarikan budaya di daerahnya masing-masing.

Adapun beberapa komunitas yang terlibat dalam Virtual Heritage adalah Lakoat Kujawas di Timor Tengah Selatan, Kayaka Humba di Sumba Timur, Hetika di Bangka Barat, Jabu Sihol di Pematang Siantar, Rumah Cinta Wayang di Depok, Kesengsem Lasem di Rembang, Lepo Lorun di Maumere, dan Pulau Penyengat Kite di Tanjung Pinang.

Selain itu, program tersebut akan menghadirkan beberapa pesohor, seperti Didiet Maulana, Rara Sekar, Richard Kyle, Asyifa Latief, Kartika Dewi, dan Andien.

Traval.co Virtual Heritage akan berlangsung pada 26 September-18 Oktober 2020 secara daring. Dengan mengikuti acara ini, Anda berkesempatan untuk menjelajahi dan mempelajari ragam budaya Indonesia dengan nyaman di rumah.

Selain mengikuti tur virtual, Anda bisa turut berpartisipasi untuk melestarikan budaya lokal lewat penggalangan dana yang akan berlangsung di setiap rangkaian acara. Anda juga bisa membeli suvenir khas dari setiap daerah, seperti kain tenun dari Humba atau kain batik dari Kesengsem Lasem.

Klik di sini untuk mengetahui jadwal acara dan pemesanan tur Virtual Heritage Traval.co.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau