Advertorial

Ini Penjelasan Dokter Gizi Mengenai Manfaat Minum Susu

Kompas.com - 12/10/2020, 08:35 WIB

KOMPAS.com - Gaya hidup sehat sudah selayaknya diterapkan oleh semua orang, termasuk generasi muda. Hal ini penting untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit.

Selain aktif berolahraga, menjaga asupan gizi seimbang juga menjadi fondasi penting untuk mewujudkan gaya hidup sehat.

Dokter gizi dari Indonesian Nutrition Association, dr Juwalita Surapsari, MGizi, SpGK, mengatakan, makanan yang dikonsumsi perlu diperhatikan nutrisinya agar bisa mencakup semua kebutuhan gizi.

“Ingatlah, makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak berarti hanya untuk mencukupi kebutuhan energi saja, tetapi juga harus memenuhi makronutrien dan mikronutrien yang diperlukan tubuh,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Faktanya, lanjut Juwalita, studi potong lintang pada perempuan berusia 15-29 tahun di seluruh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa asupan protein hewani pada mayoritas subyek tergolong tidak cukup.

“Sebanyak 55,2 persen perempuan berusia 15-18 tahun dan 50,6 persen pada usia 19-29 tidak cukup asupan protein hewani dalam dietnya sehari-hari,” terangnya.

Padahal, protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap. Kemudian, secara umum protein merupakan salah satu makronutrien dan menjadi komponen struktural utama untuk otot dan jaringan tubuh. Protein pun berperan dalam pembentukan hormon, enzim, dan hemoglobin yang sangat penting dalam berbagai fungsi penting dalam tubuh.

Adapun salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan protein menurut Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan RI (2014) adalah dengan mengonsumsi susu. Sebab, susu merupakan sumber protein yang memiliki biological value atau nilai biologis tinggi.

“Nilai biologis ini mencerminkan seberapa efisien tubuh kita menggunakan protein yang diasup dalam makanan sehari-hari,” imbuh Juwalita.

Juwalita menambahkan, susu merupakan salah satu makanan padat nutrisi yang mengandung kalsium, vitamin D (khususnya dalam bentuk susu terfortifikasi), protein, vitamin B12, vitamin A, riboflavin, kalium, dan fosfor.

Selain itu, karbohidrat utama dalam susu adalah laktosa yang berperan penting dalam penyerapan kalsium, magnesium, dan fosfor di usus. Laktosa ini juga berperan serta dalam penggunaan vitamin D oleh tubuh.

“Protein yang ada dalam susu sapi merupakan protein berkualitas tinggi yang mengandung sembilan asam amino esensial, termasuk lisin,” ujar Juwalita.

Protein utama pada susu sebagian besar adalah kasein dengan kandungan 80 persen. Sementara, 20 persen sisanya merupakan whey.

Panganan low fat atau fat-free dairy, seperti susu, juga direkomendasikan dalam DASH diet, yakni diet untuk penderita tekanan darah tinggi. Sebab, kalsium pada susu dapat menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin yang mengatur tekanan darah, memperbaiki keseimbangan natrium-kalium, dan menghambat kerja otot polos pembuluh darah.

“Asupan tinggi kalsium juga banyak diteliti untuk membantu penurunan berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin sehingga turut berkontribusi dalam penurunan tekanan darah,” terang Juwalita.

Sebenarnya, kata Juwalita, kalsium terdapat dalam bahan makanan lain selain susu atau produk susu, seperti sayuran berdaun hijau. Namun, kandungan serat, asam fitat, dan asam oksalat pada sayuran hijau dapat menyebabkan penyerapan kalsium dalam saluran cerna menjadi tidak efektif.

Misal saja, semangkuk bayam (85 gram) yang mengandung 115 miligram (mg) kalsium. Dari keseluruhan kalsium, hanya 5 persen saja yang bisa diserap tubuh karena bayam mengandung oksalat dan fitat tinggi. Sementara, dari satu gelas susu saja, tubuh dapat menyerap 100 mg kalsium.

“Dengan demikian, Anda harus mengonsumsi setidaknya 16 mangkuk bayam untuk mendapatkan kalsium yang setara dengan satu gelas susu. Rasanya mustahil untuk dilakukan,” jelas Juwalita.

Selain kalsium, lanjut Juwalita, mikronutrien lain yang terkandung dalam produk susu adalah seng (Zn). Mikronutrien ini terlibat dalam hampir 200 sistem enzim yang mengatur fungsi tubuh.

“Seng juga berperan dalam fungsi sel T dan sel B dalam tubuh yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Hal ini tentu sangat diperlukan di tengah kondisi (pandemi) seperti saat ini,” imbuhnya.

Juwalita menambahkan, pada produk yang telah mengalami proses penambahan mikronutrien, terdapat jumlah vitamin D yang cukup besar.

Seperti diketahui, vitamin D berfungsi untuk membantu mineralisasi tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor di usus. Mineralisasi ini bermanfaat untuk membentuk tulang yang kuat dan padat.

“Sistem kekebalan tubuh pun dikendalikan oleh kecukupan asupan vitamin D,” terang Juwalita.

Lantas, kapan waktu terbaik untuk mengonsumsi susu agar mendapatkan berbagai manfaat makronutrien dan mikronutrien secara optimal?

Juwalita mengatakan, salah satu penelitian menunjukkan bahwa waktu terbaik untuk mengonsumsi susu adalah dua jam setelah makan pagi atau saat jam makan selingan. Sebab, mengonsumsi susu pada waktu tersebut dapat mengurangi rasa lapar dan asupan makan di jam makan selanjutnya.

“Oleh sebab itu, produk susu bisa menjadi salah satu alternatif yang ideal untuk dikonsumsi saat jam makan selingan agar bisa mengurangi rasa lapar yang berlebihan. Terlebih, susu juga merupakan jenis minuman yang praktis untuk dikonsumsi serta bisa dibawa ke mana pun,” kata Juwalita.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com