Advertorial

Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Menyebar, Kominfo Imbau Masyarakat Jangan Mudah Percaya

Kompas.com - 16/10/2020, 22:13 WIB

KOMPAS.com – Pada era digital seperti sekarang, persebaran informasi bisa terjadi dengan cepat. Namun sayangnya, tak semua informasi bisa dipercaya. Sering kali ada orang yang tak bertanggung jawab menyebarkan berita bohong atau hoaks. 

Salah satu contohnya adalah hoaks seputar Covid-19 yang kerap beredar selama penyakit tersebut mewabah. Saking banyaknya hoaks tersebut beredar, muncul istilah infodemic

Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika Prof Dr Henri Subiakto mengatakan, hoaks dan mitos merupakan persoalan yang serius bagi masyarakat, bahkan kerap dipercaya dan menutupi fakta sebenarnya. 

“Umumnya, hoaks tersebar menjadi pembicaraan di ruang-ruang digital, seperti media sosial dan grup percakapan aplikasi tertentu,” kata Prof Henri dalam Dialog Produktif yang dilaksanakan di Media Center Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (8/10/2020). 

Salah satu contoh hoaks, lanjutnya, adalah efek samping vaksin yang bisa membuat sakit.

“Ini adalah mitos. Namun, terjadinya demam adalah fakta. Demam bukanlah sakit, tetapi reaksi umum yang dikenal sebagai kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Suhu badan meningkat setelah vaksinasi itu bisa dikatakan lumrah dan mudah ditangani,” jelas Prof Henri.

Ia juga menegaskan bahwa masyarakat akan sehat jika memiliki pemahaman yang benar dan berasal dari sumber yang valid. Untuk itu, sebaiknya selalu cek dan konfirmasi pada ahlinya jika mendapatkan informasi yang simpang siur.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau