KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19, banyak pelaku usaha, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang mengalami tekanan. Hal ini disebabkan pembatasan mobilitas di tengah pandemi yang berakibat pada penurunan minat dan daya beli masyarakat.
Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) meminta semua pelaku UMKM di Indonesia agar bersabar menghadapi kondisi pandemi saat ini.
Selain itu, ia berharap agar mereka memiliki mentalitas tahan banting agar mampu beradaptasi dengan perubahan dan bertransformasi menjadi usaha yang lebih tangguh di masa depan.
"Harus sabar dan tahan banting. Artinya, kalau pendapatan Anda menurun bahkan usaha Anda harus tutup karena pandemi ini, ya jangan putus aja. Coba bertahan dan bila perlu cari usaha yang sesuai dengan keadaan ini," kata Teten.
Hal tersebut disampaikan Teten saat menjawab pertanyaan dan menanggapi keluhan dari 30 perwakilan anggota Koperasi Tana Oba Lais Manekat (TLM) asal Sukamana, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (23/10/2020).
Turut hadir mendampingi Teten dalam pertemuan itu yakni Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Supomo, Deputi Pengawasan Kemenkop UKM Achmad Zabadi, dan staf ahli Kemenkop UKM Riza Damanik.
Teten juga mengatakan, pelaku usaha yang bertahan di saat krisis perlu mengatur langkah strategis untuk meraih kesuksesan. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi usaha, sehingga jika satu usaha tidak berjalan, masih ada usaha lain yang bisa digerakkan.
Cerita tentang penjual batik
Berbicara tentang kreativitas dalam menjalankan usaha, Teten memberikan contoh tentang seorang penjual batik yang ia temukan di Jawa Tengah. Ketika usaha batiknya lesu akibat pandemi, sang penjual batik memutar otak agar tidak gulung tikar.
“Sang pengusaha batik mencoba menyediakan dan menjual pakaian rumahan seperti celana pendek, daster, dan sebagainya. Ternyata jualan barang-barang seperti itu sangat laku karena ramai digunakan orang-orang yang sekarang kesehariannya banyak dihabiskan di rumah," ujar Teten.
Teten berharap cerita tersebut bisa menginspirasi para pelaku UMKM lainnya agar tidak mudah menyerah dan mau terus belajar serta berkembang.
Pentingnya Koperasi bagi pelaku UMKM
Selanjutnya, Teten meminta semua masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku UMKM di NTT, untuk menjadi anggota atau mendirikan koperasi. Pasalnya, dengan bergabung ke koperasi, maka kesulitan permodalan, pemasaran, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) bisa diatasi bersama-sama.
Sebagai contoh Koperasi TLM Indonesia yang menyediakan kebutuhan barang dan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan hidup anggota serta masyarakat sekitarnya.
Berlandaskan semangat gotong royong, Koperasi TLM Indonesia menerapkan nilai kemandirian dan kekeluargaan, seperti saling menolong, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, keadilan dan kemandirian, serta profesionalisme.
Salah satu anggota koperasi, Modesta mengatakan, selama pandemi berlangsung ia mendapatkan bantuan pemerintah dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDP) melalui Koperasi TLM Indonesia. Modesta merupakan pengusaha ayam potong yang mengalami penurunan omzet selama pandemi.
“Pertama, saya mendapat bantuan sebesar Rp 3 juta. Kedua, saya mendapat bantuan dari Koperasi TLM Indonesia sebesar Rp 4 juta. Bantuan-bantuan ini sungguh sangat membantu saya bisa bertahan untuk tetap menjalankan usaha di tengah situasi krisis ini," ujar Modesta.
Selain Modesta, ada anggota koperasi lain bernama Ruth yang turut merasakan manfaat serupa. Penjual sayur-sayuran segar dan organik ini mengaku usahanya masih terus berjalan berkat Koperasi TLM Indonesia.
"Saya sangat terbantu dengan Koperasi TLM Indonesia. Saat ini pendapatan dari berjualan sayur seperti sawi, kangkung, dan sebagainya sebesar Rp 9 juta per bulan,” kata Ruth.
Menanggapi hal tersebut, Teten mengapresiasi para pelaku UMKM yang memiliki kesadaran untuk bergabung dalam koperasi, khususnya Koperasi TLM Indonesia.
"Ibu-ibu di sini yang bergabung dan berjuang di koperasi sudah bagus. Buktinya kalian semua bisa berusaha bahkan sukses," ujar Teten.