Advertorial

Sulap Logam Jadi Cuan, Ini Kisah Rudi Pengusaha Muda BRILian

Kompas.com - 28/10/2020, 21:57 WIB

KOMPAS.com – Dentum palu bertemu logam nyaring terdengar. Sesekali, bunyi itu diselingi bising las. 

Di kejauhan, terlihat sejumlah orang tengah mengukir di sebilah tembaga. Kegiatan tersebut menjadi pemandangan yang jamak jika berkunjung ke Desa Tumang, Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. 

Sebagai daerah sentra kerajinan logam, mayoritas warga Desa Cepogo bermata pencaharian sebagai pengrajin logam. 

Rudi Hermawan (29) adalah salah satu pengusaha muda yang memberdayakan para pengrajin di Desa Cepogo. 

Ia memiliki usaha kerajinan logam yang diwariskan turun-temurun oleh orangtuanya. Usaha yang dijalankannya itu dinamai “Tumapel Art.” 

Meski warisan, Rudi memulai bisnis tersebut hampir dari nol. Usaha ini dimulai sekitar 11 tahun lalu, saat usianya masih 18 tahun. 

Saat itu, pertengahan 2009, Rudi berkeinginan mengembangkan usaha orangtuanya. Berbagai hal dalam bisnis tersebut mulai ia benahi. 

Mulai dari izin usaha hingga memperluas jaringan pemasaran. Dari situ, secara perlahan Tumapel Art mulai berkembang. 

Meski begitu, Tumapel Art yang ia kembangkan sempat terhenti selama 3 tahun. Hal itu karena Rudi harus menyelesaikan kuliah dan bekerja di luar kota. 

Pada 2016, ia kembali ke desa kemudian menerapkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh saat menjadi tenaga marketing di industri perbankan. Pengalaman ini ia gunakan untuk membesarkan Tumapel Art. 

Keputusan Rudi tidak salah. Terbukti, penggunaan chafing dish dari bahan kuningan menjadi tren, satu tahun setelah Rudi kembali ke kampung halaman. 

Sejak saat itu, ia mulai kebanjiran pesanan. Sejumlah restoran dan hotel dari berbagai daerah menghubunginya via akun Instagram @supplier_chafingdishmurah dan @tumapelart. 

Jumlah pesanan yang terus meningkat menyebabkan produksi Tumapel Art semakin membludak. Untuk mengatasinya, Rudi membangun galeri baru dan menambah tenaga kerja. 

Rudi mengatakan, untuk meningkatkan kapasitas usahanya itu, ia mendapat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) mulai 2017. 

Dana tersebut dipergunakan untuk memasok bahan baku dan menambah karyawan. 

“Alhamdulillah, omzet sejak saat itu hingga tahun lalu mencapai Rp 150 juta sampai Rp 200 juta per bulan. Itu sudah termasuk pendapatan dari penjualan barang selain chafing dish,” kata Rudi dalam keterangan tertulis, Rabu (28/10/2020). 

Terimbas pandemi

Namun, kinerja positif Tumapel Art terhenti sejenak karena terimbas pandemi Covid-19. Sepanjang Februari hingga Agustus 2020, Tumapel Art tak mendapat pesanan dari pelanggan. 

Menghadapi situasi tersebut, Rudi mengaku sempat bingung karena harus merogoh tabungan untuk menutup biaya sehari-hari dan membayar gaji karyawan. 

Untuk menjaga keberlangsungan usahanya itu, mau tak mau Rudi harus melakukan efisiensi. Meski demikian, ia tetap semangat untuk bangkit agar usahanya bergerak kembali. 

Beban tersebut mulai berkurang tatkala ia mendapat tawaran restrukturisasi kredit dari BRI. Diakui Rudi, restrukturisasi yang diperolehnya cukup mudah dan prosesnya cepat. 

Ia hanya perlu mengisi formulir, sebelum akhirnya mendapat penundaan pembayaran bunga dan pokok angsuran selama 6 bulan sejak April 2020. 

Kini, kata Rudi, denyut usahanya perlahan kembali berdetak. Sejak new normal, pre-order chafing dish Tumapel Art kembali mengalir, meski belum sebanyak waktu normal. 

“Sudah ada pre-order 1-2 kali dalam sebulan. Untuk satu pre-order itu biasanya seharga Rp 30 juta sampai Rp 35 juta,” ujarnya. 

DOK. BRI DOK. BRI

Di tengah perjuangan membangkitkan usaha yang terdampak pandemi, Rudi mendapatkan berkah lainnya. 

Ia lolos mengikuti seleksi program Pengusaha Muda BRILian yang digelar oleh BRI pada September lalu. Kini, Rudi aktif dalam pelatihan yang diberikan oleh BRI. 

Konsisten kembangkan UMKM

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Kecil, Ritel dan Menengah BRI Priyastomo mengatakan, BRI terus konsisten untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia. 

Hal itu dilakukan melakukan melalui berbagai program pemberdayaan dan pendampingan kepada UMKM dalam perannya sebagai agent of development

Priyastomo menyebutkan, salah satu program pemberdayaan UMKM yang dilakukan pada 2020 adalah Pengusaha Muda Brilian. 

Hal itu merupakan program intensif untuk mengakselerasi bisnis UMKM serta mendorong lahirnya young entrepreneur berdaya saing lokal dan global. 

“Nantinya program ini sekaligus menjadikan Pengusaha Muda BRILian sebagai Duta Pengusaha Muda UMKM,” jelasnya. 

Melalui Pengusaha Muda BRILian, kata dia, para peserta diberikan ruang dan pendampingan oleh mentor yang ahli di bidangnya didukung materi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas usaha.

Priyastomo mengatakan,  terdapat 50 peserta UMKM yang terpilih dari lima wilayah, yaitu Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Para peserta mendapatkan mentoring selama kurang lebih dua bulan dengan kurikulum yang disusun secara terintegrasi.

Mulai dari vision, customer development, business model & revenue, branding & design, product development, exporting business hingga equity & funding (online & offline).

“Kami berharap entrepreneur yang mengikuti program Pengusaha Muda BRILian ini akan memiliki kompetensi yang unggul dan lengkap menghadapi tantangan industri 4.0,” terangnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com