Advertorial

ISEF 2020, Langkah Kolaboratif Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Nasional

Kompas.com - 29/10/2020, 21:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia berpotensi mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah karena memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Upaya untuk menangkap peluang tersebut harus terus dioptimalkan.

Oleh karena itu, pemerintah memfokuskan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional untuk menjadi bagian dari transformasi menuju Indonesia maju. Pengembangan ini juga merupakan upaya menjadikan Indonesia sebagai pusat rujukan ekonomi syariah global.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat meresmikan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ketujuh tahun 2020 yang digelar secara virtual, Rabu (28/10/2020).

Jokowi menilai, pengembangan ekonomi syariah berbasis sektor riil, padat karya, dan industri halal amat berpotensi memperluas penyerapan tenaga kerja dan membuka peluang usaha baru.

"Negara kita punya banyak produk halal unggulan, produk makanan kosmetik juga fesyen. Khusus fesyen, kita bahkan punya cita-cita menjadi pusat fesyen muslim terbesar di dunia," ujar Jokowi.

Untuk mendorong pertumbuhan industri syariah, Jokowi mengatakan, pemerintah akan terus berupaya mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah secara terintegrasi dan komprehensif.

"Ekosistem industrinya perlu dibentuk dan dibenahi, regulasinya harus dibuat efisien, dan sumber daya manusia (SDM) harus dipersiapkan dengan baik," kata Jokowi.

Karena itu, Jokowi berharap penyelenggaraan ISEF kali ini dapat dijadikan momentum untuk membuat peta jalan (road map) yang jelas dan konkret dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

(Dok. Bank Indonesia) (Dok. Bank Indonesia)

Wujudkan target lewat tiga pilar

Guna mendukung akselerasi ekonomi dan keuangan syariah nasional, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam acara pembukaan ISEF 2020 mengatakan bahwa pihaknya akan mewujudkan hal tersebut lewat tiga pilar.

"Seperti arahan Bapak Presiden pada peluncuran Masterplan Ekonomi Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) Mei 2019 agar ekonomi keuangan syariah sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional, sumber kesejahteraan umat," kata Perry.

Pertama, memberdayakan ekonomi syariah lewat ekosistem sektor unggulan, seperti pertanian, fesyen berkelanjutan, wisata ramah muslim, dan energi baru terbarukan (EBT).

"(Pemberdayaan dilakukan) baik skala kecil dan menengah, seperti di pondok pesantren dan komunitas muslim, hingga skala besar di tingkat industri dan asosiasi usaha. Dengan sektor unggulan pertanian, fesyen, wisata ramah muslim, dan EBT," kata Perry.

Kedua, membangun lembaga keuangan syariah komersial seperti perbankan dan pasar keuangan, serta badan keuangan sosial yang menangani zakat, infak, shodaqoh, dan wakaf.

“Pengembangan keuangan syariah untuk memperluas sukuk sebagai unggulan instrumen keuangan komersial, sedangkan wakaf produktif sebagai sumber pembiayaan ekonomi baru," jelas Perry.

Ketiga, mengedukasi dan menyosialisasikan target tersebut lewat pengembangan kurikulum ekonomi keuangan syariah, kewirausahaan, dan festival ekonomi syariah.

Sepakat dengan Presiden Joko Widodo, Perry mengharapkan ISEF kali ini dapat menyinergikan sekaligus merealisasikan berbagai pemikiran dan inisiatif nyata demi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah sehingga berdampak pada perekonomian nasional.

Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah

Sebagai pendahuluan ISEF ke-7, Bank Indonesia sudah menggelar Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah (Fesyar) di tiga tingkat wilayah sepanjang 2020.

Adapun acara tersebut digelar di Sumatera Barat sebagai perwakilan wilayah Sumatera, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai perwakilan wilayah Indonesia timur, dan Jawa Timur mewakili wilayah Jawa. 

Rangkaian kegiatan tersebut terdiri dari 23 web seminar (webinar) bertaraf nasional maupun internasional, 12 business coaching dan matching, 22 workshop, dan 10 showcase internasional.

ISEF ke-7 yang digelar sejak Selasa (27/10/2020) hingga Sabtu (31/10/2020) itu pun diikuti oleh lebih dari 600 peserta eksibisi yang terdiri dari pelaku ekonomi syariah, kedutaan besar negara tetangga, pemangku kebijakan ekonomi di Indonesia, pelaku usaha syariah, perbankan, hingga ulama.

Perry mengungkapkan bahwa Indonesia kini semakin berupaya untuk menjadi pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Hal tersebut tergambar lewat jalinan kerja sama yang lebih luas dengan lembaga internasional, serta kontribusi Indonesia membangun mata rantai ekonomi halal di tingkat nasional maupun global.

“Bahkan Fesyar di Jawa Timur yang diikuti oleh lebih dari 75.000 peserta sukses menghasilkan kesepakatan bisnis sebesar Rp 3,49 triliun,” kata Perry.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com