Advertorial

Mendapat Manfaat Besar, Dua Penerima Banpres Produktif di Malang Berbagi Cerita

Kompas.com - 23/11/2020, 08:07 WIB

KOMPAS.com – Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) yang juga dikenal sebagai Bantuan Presiden (Banpres) Produktif mulai dirasakan para peserta penerima.

Mereka adalah Firman Rendi (37), seorang pemilik kedai kopi atau warkop bernama Coffee and Chess di Malang dan pasangan suami-istri bernama M Nur Fauzi (37) dan Eka Siswiningtyas (37), pengusaha katering rumahan.

Kisah pertama dibagi oleh Firman. Sejak pandemi, Firman mengaku terpuruk.

Selama dua bulan lebih, kala itu, warkop yang berlokasi di Jalan Raya Ledok Dowo, Pakis Jajar, Kabupaten Malang, Jawa Timur, miliknya harus tutup total.

Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat di Kabupaten Malang, membuat warkopnya sama sekali tidak boleh beroperasi.

Padahal, warkop adalah satyu-satunya sumber nafkah bagi pria beranak satu ini. Dari warkopnya itu, Firman biasa membawa pulang sekitar Rp 300.000 sampai Rp 500.000 sehari.

Sejak warkopnya tutup, lantas ia terpaksa kerja serabutan berdagang sayuran.

"Modal warkop saya habis untuk menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari," ucap Firman lewat keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (22/11/2020).

Pekerjaan serabutan yang ia lakoni, pada dasarnya belum bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

Di tengah kegalauan akan nasib usaha warkopnya, pada Agustus 2020, Firman mendapat informasi terkait Banpres Produktif Untuk Usaha Mikro dari media sosial Facebook.

Ia lantas mendaftarkan usaha warkopnya ke Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Malang untuk mendapatkan Banpres Produktif.

"Alhamdulillah, pada 7 Oktober 2020, saya mendapat SMS dari Bank BRI yang mengabarkan bahwa saya mendapat Banpres Produktif," ujar Firman.

Selanjutnya, BLT senilai Rp 2,4 juta dimanfaatkannya untuk menopang dan menambah permodalan warkop.

"Saya sangat terbantu dan merasakan betul manfaat dari Banpres Produktif Untuk Usaha Mikro ini," kata dia.

Meski belum seperti dalam kondisi normal, namun kini Firman sudah mampu menghasilkan pemasukan Rp 200.000 per hari dari warkopnya.

"Banpres Produktif Untuk Usaha Mikro merupakan energi baru bagi usaha warkop saya," tandas Firman, dengan mimik sumringah.

Firman pun berharap, keadaan membaik sehingga PSBB dapat dilonggarkan. Dengan begitu, operasional dan pemasukan warkopnya bisa kembali ke titik semula sebelum pandemi.

Ia menuturkan, meskipun usahanya warkop, pelanggan utama dia adalah anak-anak sekolah. Ketika pemberlakukan pendidikan jarak jauh (PJJ) seperti saat ini, otomatis mempengaruhi pemasukannya.

Jika dilihat, nama warkop Coffee and Chess terbilang cukup kondang bagi warga Pakis. Selain berada di lokasi strategis, yakni di jalur menuju wisata Bromo, konsep yang diusung warkop tersebut juga mampu menarik minat para pelanggan untuk datang.

"Dengan mengeluarkan uang hanya sebesar Rp 5.000, sudah bisa mendapatkan segelas kopi nikmat dan voucher WIFI sepuasnya," jelas Firman mengungkapkan rahasia warkopnya dulu dikunjungi banyak orang.

Firman pun bercerita, ia mendirikan usaha warkopnya pada 2013 dengan konsep Yuk Ngopi, Yuk Ngobrol, Sambil Main Catur.

"Tapi, sekarang, sudah jarang orang yang ngopi sambil main catur. Lebih banyak yang ngopi sambil main game online," tutur Firman, yang sudah memiliki ijin usaha dari pemerintah desa setempat.

Untuk jenis kopi yang disajikan, Firman tetap menjaga kearifan lokal dengan menyajikan kopi Dampit asal Malang dan kopi ijo dari Tulungagung.

"Saya mempromosikan usaha lewat sarana media sosial seperti Facebook dan dari mulut ke mulut. Namun, saya tidak melayani penjualan online. Karena, konsep warkop saya adalah menciptakan interaksi sambil ngopi," sambung Firman lagi.

Satu hal yang juga menjadi daya tarik warkop adalah WIFI gratis. Fasilitas ini memang kerap dimanfaatkan oleh pelajar sekolah.

"Free Wifi bagi pelajar untuk membuat tugas sekolah dan pelajaran lewat daring atau zoom," tukas Firman.

Cerita kedua

Seperti yang sudah disinggung, kisah kedua mengenai pemanfaatan dana Banpres Produktif lainnya datang dari warga Pakis lain yang juga pengusaha katering rumahan, M Nur Fauzidan Eka Siswiningtyas.

Usaha katering mereka dikhususkan untuk acara sekolahan dan reseller Keripik Miller dengan merek Sindu Berkah.

Keterpurukan dialami keduanya sejak masuk pandemi.

"Karena tidak ada aktivitas sekolah, usaha katering pun terhenti total," ujar Eka.

Nah, usaha keripik yang disinggung belakangan merupakan peruntungan lain yang dicoba keduanya sebagai alternatif sementara usaha katering terhenti.

"Keripik berbahan baku singkong tersebut kami peroleh dari industri rumahan di daerah Jabung. Kemudian, keripik itu kami kemas lagi dengan merek Sindu Berkah," kata Eka.

Perlahan namun pasti, penjualan keripik terus mengalami peningkatan. Dalam sehari ada saja pesanan. Sementara ini, Eka mengaku masih dalam tahap mengirim keripik sesuai pesanan konsumen.

Ke depan, lanjut Eka, tak menutup kemungkinan dirinya akan mengirim produknya ke toko-toko oleh-oleh khas Malang yang ada di beberapa destinasi wisata di wilayah Malang.

Eka bercerita, ketika mendapat SMS dari Bank BRI yang menyebutkan usahanya mendapat Banpres Produktif Untuk Usaha Mikro, awalnya dianggap sebagai penipuan atau hoaks.

"Seminggu SMS itu saya diamkan. Saya kira kabar bohong atau aksi penipuan," sambung Eka.

Namun, dengan rasa penasaran tinggi, Eka pun mengonfirmasi isi SMS tersebut ke Bank BRI yang ada di Kecamatan Pakis. Ternyata, itu sungguhan, bukan hoaks.

"Banpres Produktif Untuk Usaha Mikro kami pergunakan untuk menambah modal usaha keripik, termasuk membeli rak untuk menyimpan keripik. Kami sangat merasakan besarnya manfaat Banpres Produktif tersebut," lanjut Eka.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com