Advertorial

10 Tahun Wali Kota Risma Mampu Wujudkan Pendidikan Gratis dan Merata di Surabaya

Kompas.com - 26/11/2020, 16:26 WIB

KOMPAS.com - Berbagai terobosan dan inovasi dalam bidang pendidikan sudah bisa dirasakan oleh siswa-siswi di Surabaya. Sebagai Wali Kota Surabaya yang telah memimpin selama 10 tahun, Tri Rismaharini selalu konsisten menyediakan akses pendidikan yang mudah dan murah, mulai mengembangkan pendidikan gratis, hingga pemerataan mutu pendidikan.

Melalui “tangan dingin”-nya, ia mampu mengubah citra pendidikan di Kota Surabaya. Kini, pendidikan di Kota Pahlawan bukan lagi soal biaya yang sering kali membebani para orang tua. Tetapi bergeser pada kemauan anak-anaknya untuk bersekolah dan menempuh pendidikan atau tidak.

Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memfasilitasinya permasalahan biaya melalui program pendidikan gratis. Bahkan, di masa kepemimpinan Risma, pendidikan gratis itu terus dikembangkan. 

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo memastikan, sejak awal kepemimpinan Wali Kota Risma, ia sudah berkomitmen meneruskan dan mengembangkan pendidikan gratis. 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sedang mengisi acara bersama anak sekolah(Dok. Pemkot Surabaya) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sedang mengisi acara bersama anak sekolah

Dulu, pendidikan gratis itu mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, setelah SMA/SMK pindah kewenangannya ke pemerintah provinsi, kini pendidikan gratis yang dikelola Pemkot Surabaya hanya SD dan SMP. 

“Makanya, dalam rangka peningkatan akses pendidikan ini, Pemkot Surabaya di masa Bu Risma selalu mengalokasikan anggaran dalam APBD di atas 20 persen, ini komitmen alokasi anggaran kami,” kata Supomo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Selain itu, di masa kepemimpinan Risma, beasiswa bagi warga kurang mampu dan terdaftar sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Surabaya juga terus diperbanyak.

Sejak 2010-2020, sebanyak 3.732 anak sudah mendapatkan beasiswa ini, baik untuk kuliah di perguruan tinggi maupun berbagai pelatihan khusus, seperti sekolah pilot Diklat Aircraft Structure-ATKP, dan berbagai pendidikan kilat (diklat) lainnya. 

Rinciannya, pada saat kewenangannya masih ada di Dinas Sosial tahun 2010-2017, total sudah ada 791 anak yang mendapatkan beasiswa. Kemudian pada 2018-2020, setelah kewenangannya dipindah ke Dinas Pendidikan, Pemkot Surabaya sudah memberikan 2.508 beasiswa bagi mahasiswa yang kuliah di berbagai perguruan tinggi. 

Kemudian, Risma juga telah memberikan beasiswa bagi penghafal Al-Qur’an. Dengan rincian, 34 anak pada 2018 dan 339 anak pada 2019. 

“Total mulai tahun 2010-2020, sebanyak 3.732 anak yang sudah menerima beasiswa dari pemkot,” ujar Supomo yang juga mantan Kepala Dinas Sosial Pemkot Surabaya.

Pemerataan pendidikan

Sejak awal kepemimpinannya, Risma juga fokus mendorong pemerataan mutu pendidikan di semua wilayah Surabaya, hingga lahirlah waktu itu sekolah kawasan. Jadi, saat Indonesia sedang ramai membicarakan penerapan zonasi, di Surabaya sudah menerapkan sekolah kawasan sejak beberapa tahun silam. 

Konsep zonasi dan sekolah kawasan ini sebenarnya tidak jauh berbeda, karena memang pemerintah pusat banyak mengadopsi dari sekolah kawasan yang ada di Surabaya. 

Selanjutnya, untuk mendukung konsep sekolah kawasan dan mendorong pemerataan mutu pendidikan, sejak awal kepemimpinannya Wali Kota Risma banyak melakukan pembangunan sekolah, baik pembangunan sekolah baru maupun rehabilitasi gedung sekolah. 

Mulai 2010-2020, Pemkot Surabaya sudah membangun 4 SD dan 20 SMP baru. Sedangkan untuk rehabilitasi gedung sekolah, telah dilakukan sebanyak 1.679 gedung selama 10 tahun terakhir, baik SD maupun SMP. 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di acara peresmian SMPN 60 Surabaya (Dok. Pemkot Surabaya) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di acara peresmian SMPN 60 Surabaya

Supomo mengatakan, program tersebut sangatlah visioner dan membuat akses sekolah baru lebih dekat dengan warga sehingga tidak ada biaya transportasi dan otomatis mengurangi beban lalu lintas. Sedangkan sekolah yang direhabilitasi, sengaja dijadikan sekolah bertingkat agar anak-anak lebih kuat fisiknya dan mempunyai ruang publik yang lebih luas.

“(Anak-anak) Mereka bisa lebih berekspresi. Makanya jangan heran kalau baru masuk Surabaya sudah menemui sekolah bagus dan bertingkat. Bahkan, sekarang sudah tidak ada lagi sekolah pinggiran dan tengah kota, semuanya sama-sama berkembang,” ujar Supomo.

Terobosan yang visioner lainnya adalah merger sekolah. Selama 10 tahun terakhir ini, ada sebanyak 372 sekolah yang di-merger dalam rangka efisiensi. 

Ini menjadi langkah untuk efisiensi anggaran, sehingga bisa lebih hemat dan kebutuhan gurunya juga bisa tercukupi. 

“Bahkan, di masanya Bu Risma ini cabang-cabang dinas pendidikan juga dihapus, dulu ada 31 cabang dinas karena dulu kecamatan,” imbuhnya. 

Supomo memastikan sangat banyak terobosan dan inovasi Risma di bidang pendidikan, termasuk peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kesejahteraan guru, baik swasta maupun negeri. Saking seriusnya, Risma mengirimkan guru-guru itu magang ke luar negeri demi meningkatkan kompetensi para tenaga pengajar. 

“Selama ini, kita juga terus mewadahi berbagai potensi dan bakat anak melalui pelajar pelopor, peneliti belia, siswa berprestasi dan berbagai program lainnya,” tegas Supomo. 

Sejalan dengan Supomo, Pakar Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang sekaligus Ketua Dewan Pendidikan Surabaya periode 2014-2019 Martadi mengatakan, terobosan dan inovasi Risma dalam bidang pendidikan sangat luar biasa. 

Salah satu indikator keberhasilannya tercermin dari kenaikan peringkat capaian akademik dan prestasi non-akademik (lomba) di berbagai bidang. 

“Secara overall, terobosannya di bidang pendidikan sangat luar biasa. Begitu banyak legacy yang diciptakannya untuk Surabaya. Terutama, sekolah kawasan yang saat ini sudah diadopsi pusat, itu kebanggan tersendiri bagi Surabaya,” ujar Martadi. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com