Advertorial

Guru Besar Ilmu Kimia UII Tembus ke Jajaran Top 2% World Ranking Scientists

Kompas.com - 29/11/2020, 17:45 WIB

KOMPAS.com – Enam ilmuwan asal Indonesia berhasil masuk ke jajaran Top 2% World Ranking Scientists. Salah satunya, Prof Dr Is Fatimah, SSi, Msi yang merupakan Guru Besar Ilmu Kimia Universitas Islam Indonesia (UII).

Sebagai informasi, Top 2% World Ranking Scientists merupakan kompetisi berbasis riset yang diolah oleh peneliti dari Stanford University, yaitu Profesor John Ioannidis, Jeroen Baas, dan Kevin Boyack.

Fatimah mengaku tidak mengetahui bahwa risetnya tembus dalam ajang bergengsi tersebut. Bahkan, ia tak menyadari kalau ada pemeringkatan seperti itu.

Mesk demikian, beberapa waktu belakangan, nama pemeringkatan ini kerap dilihatnnya dari universitas-universitas yang merilis nama dosen dan peneliti yang berpartisipasi dalam Top 2% World Ranking Scientists.

“Saya justru mendapat informasi tersebut dari kolega-kolega peneliti di Malaysia dan India. Sampai Sabtu (21/11/2020) sore kemudian kolega dari India mengucapkan selamat kepada saya. Saya malah baru (benar-benar) tahu itu apa dan bagaimana dan sumbernya di mana,” ungkap Fatimah dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/11/2020).

Soal prestasi dalam bidang penelitian, penghargaan tersebut bukanlah satu-satunya yang berhasil disabet Fatimah. Guru besar wanita pertama di UII itu sebelumnya sempat meraih The World Academy of Science Research Grant 2015-2016 dan Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) Research Grant 2016.

Di balik pencapaiannya itu, Fatimah berharap akan ada banyak ilmuwan yang terus maju memberikan kontribusi dalam bentuk penelitian. Ini mengingat keberadaan Indonesia masih tertinggal jauh dari India yang telah mengirimkan 1.500 peneliti dalam Top 2% World Ranking Scientists.

“Mengingat saat ini banyak dosen muda di UII dan para pengajar lain yang sebentar lagi pulang dari studi lanjut, saya yakin dalam 10 tahun ke depan akan banyak peneliti-peneliti dosen dari UII yang masuk kategori tersebut,” ujar Fatimah.

Sebagai rektor UII, Profesor Fathul Wahid, ST, MSc, PhD merespons kabar baik dari salah satu tenaga pengajarnya tersebut.

“Keluarga besar UII bersyukur atas pencapaian Profesor Is Fatimah. Ini adalah hasil, bukan tujuan, atas ketekunan mengerjakan pekerjaan rumah sebagai dosen. Utamanya, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Saya berharap, capaian ini menjadi energi positif dan menyebar sehingga dapat menginspirasi (dosen) yang lain,” tutur Fathul.

Fathul mengaku, ia sebenarnya sudah tak heran dengan prestasi Fatimah itu. Sebab, Fatimah pernah menjadi Dosen Terproduktif UII Peringkat I dan penulis karya berindeks Scopus dengan jumlah setidaknya 1.325 sitasi dan memperoleh 15 indeks-h.

Fatimah, tambah Fathul, juga giat menulis buku dan telah menerbitkan sembilan judul buku dengan empat hak paten.

Pengalaman riset Fatimah pun tak sedikit, yakni lebih dari 20 judul riset dan lebih dari 80 jumlah publikasi ilmiah.

“Ia memberikan fokus penelitiannya dalam bidang material, nanoteknologi, energi, mesin dan transportasi,” kata Fathul.

Fathul juga yakin bahwa keberadaan Fatimah di lingkungan UII membuat siapa saja ingin mengikuti jejak prestasinya. Motivasi dalam mengembangkan diri telah menjadi aktivitas sehari-hari bagi Profesor Is Fatimah.

Namun, ia mengimbau agar para dosen mampu menciptakan penelitian berkualitas sehingga dapat “naik kelas”. Setidaknya, diperlukan dua kunci utama, yaitu kolaborasi dan strategi.

“Keterbatasan instrumentasi yang ada sebenarnya sangat terbantu dengan kolaborasi, sehingga mengandalkan kolaborasi adalah strategi yang tampaknya penting,” imbuhnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau