JAKARTA, KOMPAS.com – Menyambut era digital, Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) menyiapkan program untuk mahasiswanya agar mampu membuat terobosan di bidang inovasi teknologi dan engineering.
Melalui program Outstanding School of Applied Science Technology Engineering & Mathematics (STEM), Prasmul mengolaborasikan teknologi dan engineering dengan desain bisnis untuk menciptakan peluang karier yang hebat sebagai entrepreneurial engineer maupun professional engineer.
Adapun program ini dibagi menjadi enam program studi, yakni Business Mathematics, Computer Systems Engineering, Renewable Energy Engineering, Food Business Technology, Digital Business Technology - Software Engineering, dan Product Design Engineering.
Menurut Dekan School of Applied STEM Prasmul Profesor Yudi Samyudia PhD, program STEM dibentuk agar mahasiswanya mampu bersaing di masa depan.
“Kami ingin Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China. Untuk mengarah ke sana, entrepreneur harus memahami pengetahuan mendalam mengenai bidang STEM,” ujarnya melalui wawancara via Zoom dengan Kompas.com, Kamis (3/12/2020).
Tak hanya mengandalkan kemajuan teknologi, mahasiswa program STEM juga dituntut agar mampu menerapkan inovasi pada bisnisnya.
Untuk menunjang hal tersebut, Universitas Prasetiya Mulya membuat sistem pembelajaran discovery based learning yang bertujuan memacu inovasi dan kreativitas mahasiswa.
“Mahasiswa akan diekspos terhadap proyek katalitik pembelajaran. Mereka akan dikenalkan dengan masalah yang ada di dunia nyata. Mereka juga dituntut untuk membaca kondisi pasar dan mencari solusinya dalam bentuk bisnisnya. Hal ini disebut market driven innovation,” ucap Prof Yudi.
Tak hanya itu, dalam program STEM, mahasiswa juga diajarkan mengenai design driven innovation.
“Market driven itu kan yang sudah umum. Design driven ini intinya saat punya ide bisnis, ide ini harus ditantang. Jadi, tidak hanya sebatas menggunakan teknologi, produknya nanti harus memiliki arti bagi masyarakat,” jelasnya.
Lakeshia, mahasiswi STEM Prasmul dari program studi Food Business Technology, juga menjelaskan hal serupa. Menurutnya, mahasiswa dituntut agar dapat menciptakan produk yang bermanfaat bagi orang banyak.
Melalui program ini, ia diajarkan mengenai berbagai macam jenis teknologi dalam proses pembuatan makanan. Mahasiswa juga ditantang untuk mengetahui kekurangan dan masalah yang ada.
“Heat treatment yang umum digunakan industri makanan, misalnya. Pada prosesnya kan itu bisa membuat polusi dan menghilangkan nutrisi pada makanan. Kami diharuskan untuk bisa menciptakan solusi dari masalah tersebut (dalam bentuk produk),” tuturnya.
Mahasiswi tingkat akhir ini juga menjelaskan mengenai produk bisnisnya yang fokus pada bidang minuman kesehatan.
Ia membuat sebuah unit usaha dengan nama Ramoe. Ramoe dibuat dengan berbagai macam rempah asli Indonesia yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh.
“Ramoe ini lifestyle drink. Biasanya orang akan minum obat atau jamu ketika sakit, padahal menjaga kesehatan tubuh itu paling baik dilakukan saat sehat. Ramoe hadir untuk membiasakan orang-orang (yang sehat) agar rajin mengonsumsi minuman sehat,” ujar Lakeshia.
Bukan tanpa alasan Lakeshia membuat usaha di bidang minuman kesehatan. Menurut data riset yang ia kumpulkan, mayoritas orang saat ini sudah memiliki kesadaran tinggi terhadap gaya hidup sehat.
Namun, hal tersebut masih belum diimbangi dengan keberadaan makanan atau minuman sehat yang tersedia di pasaran. Inilah yang membuatnya terpacu untuk membuat produk tersebut.
Berbeda dengan inovasi yang dibuat oleh Fitriaji Taqiy Robbaanii atau yang akrab disapa Aji. Mahasiswa jurusan Digital Business Technology - Software Engineering ini menciptakan sebuah situs yang fokus pada bidang peternakan dengan nama Modernfarm.id.
Situs tersebut berfungsi untuk menjembatani para peternak dengan investor maupun pembeli. Adapun Aji memilih bidang peternakan lantaran saat ini anak muda kurang melirik bisnis ini.
“Mungkin dikarenakan bisnis ini kurang menjanjikan di mata masyarakat. Maka dari itu, saya ingin menaikkan nilai dari para peternak,” ujar Aji.
Menurutnya, mayoritas peternakan di Indonesia masih menggunakan sistem konvensional. Berbeda dengan negara maju, peternak kecil sudah menggunakan teknologi modern.
“Kami ingin mendigitalisasi semua pencatatan dan pemantauan. Melalui situs ini, peternak bisa langsung berhubungan dengan calon investor sehingga mereka tidak perlu bingung biaya untuk mengembangkan usahanya,” jelas mahasiswa angkatan 2017 ini. Ia ingin mengembangkannya dari sisi teknologi maupun bisnis model.
Karena itu, Modernfarm.id sering mengikuti perlombaan agar mendapat banyak masukan dari para ahli. Dengan begitu, keinginan untuk menyejahterakan peternak bisa cepat terwujud.
Hal ini sesuai dengan apa yang dipelajari melalui program STEM, yakni produk harus mempunyai nilai manfaat untuk masyarakat.