Advertorial

Sambut Hari Ibu, Mamapapa.id Adakan Webinar “Stop Mom Shaming, Start Mom Praising” Bersama Shandy Aulia

Kompas.com - 21/12/2020, 19:50 WIB

KOMPAS.com - Hari Ibu merupakan momen yang spesial, mengingat perjuangan luar biasa dari para ibu dalam melahirkan dan membesarkan anak serta mengurus rumah tangga. Namun, dari sekian banyak perjuangannya, masih banyak peran ibu yang dilihat sebelah mata. 

Hal tersebut karena perkataan atau penilaian orang lain tentang cara merawat anak yang cenderung membandingkan dan menghakimi sehingga mempermalukan sang ibu. Penilaian ini merupakan salah satu bentuk mom shaming. 

Untuk diketahui, mom shaming adalah perilaku mempermalukan ibu lainnya dengan cara mengkritik, membandingkan, menyalahkan, atau menyudutkan. Tindakan tersebut seolah-olah menjadi menunjukkan siapa yang paling baik dan paling benar. 

Menurut survei yang dilakukan mamapapa.id, sebanyak 84 persen ibu orang pernah mengalami mom shaming. Para pelaku mom shaming datang dari orang terdekat, seperti 45 persen dari mertua, 32,9 persen teman, 17,4 persen orang tak dikenal, dan 4,3 persen suami sendiri. 

Data tersebut sesuai dengan paparan Rissa Novria selaku Co-Founder mamapapa.id. Menurutnya, mom shaming justru lebih sering dilakukan oleh orang terdekat. Padahal, seorang ibu lebih membutuhkan dukungan ketimbang celaan. 

Mom shaming (mulai) dari pola asuh, pemilihan makanan, fisik bayi atau ibunya,” ujar Rissa dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (21/12/2020).

Untuk mengenal lebih dalam,berikut beberapa contoh yang dapat dikategorikan sebagai mom shaming

Pola asuh

Bisa dikatakan, pola asuh ibu kerap menjadi sasaran kritikan dan celaan. Misalnya saat memberi makan.

Kalimat mom shaming yang sering terlontar dalam kasus ini adalah “Kok cara kasih makan anaknya kayak begitu sih?”. Perilaku seperti ini seolah menyalahkan cara seorang ibu mengasuh anaknya.

Metode persalinan

Biasanya, ibu yang memilih metode persalinan caesar akan mengalami mom shaming. Pelaku akan mengatakan bahwa persalinan caesar bukan ibu sepenuhnya karena tidak merasakan sakitnya lahiran normal.

Padahal, semua metode persalinan itu sama-sama baik. Ketulusan seorang ibu pun tidak bisa dinilai dari caranya memilih metode persalinannya.

Menyusui

Banyak ibu menghadapi kesulitan dalam menyusui sang buah hati pada fase awal melahirkan. Permasalahannya biasanya karena air susu ibu (ASI) yang belum deras, si kecil yang belum pintar menyusui, dan lain-lain. Masalah seperti ini kerap menjadi ajang kritik dari orang lain. 

Bentuk fisik

Bentuk fisik adalah mom shaming yang paling sering dijumpai. Baik fisik ibu maupun fisik anak kerap jadi bahan celaan.

Contohnya, jika si ibu mengalami kenaikan berat badan pasca-melahirkan, ia akan dikritik dengan perkataan, “Ih kok gendut ya sekarang!”. Jika anak lahir dengan kekurangan fisik, hal ini juga kerap menjadi bahan hujatan dari orang sekitar. Perkataan tersebut dapat menyakiti hati korban. 

Oleh karena itu, perilaku mom shaming harus dicegah dengan melakukan sosialisasi oleh para ibu. Pasalnya, permasalahan ini tidak bisa dianggap remeh dan biasa terjadi di lingkungan sekitar. 

Dampaknya pun tidak main-main. Para korban umumnya dapat merasakan sedih mendalam hingga merasa bersalah atas tuduhan yang terjadi, tumbuh kekhawatiran berlebih hingga menimbulkan kecemasan, dan menurunkan rasa percaya diri, bahkan menilai diri merupakan ibu terburuk.

Bila dibiarkan berlarut-larut, akan menjadi masalah kesehatan mental bagi ibu, terutama bagi ibu baru.

Padahal dalam praktiknya, setiap ibu punya cara masing-masing dalam merawat buah hatinya. Tidak ada orang tua yang sempurna. Meski begitu, setiap orang tua pasti melakukan hal terbaik untuk keluarga, khususnya anak-anaknya.

Poster Stop Mom Shaming! Healing dari Perilaku Mom Shaming (Dok. Mamapapa.id) Poster Stop Mom Shaming! Healing dari Perilaku Mom Shaming

Bertepatan dengan momen Hari Ibu 2020, mamapapa.id mengadakan sosialisasi untuk mencegah perilaku mom shaming. Media dan komunitas untuk orang tua baru tersebut akan menyelenggarakan serangkaian event diskusi online mengenai mom shaming.

Tujuan utama acara ini adalah mengajak seluruh ibu di Indonesia agar mengampanyekan gerakkan “Stop Mom Shaming, Start Mom Praising

Rangkaian acara tersebut sudah dimulai sejak Sabtu (19/12/2020) melalui platformWhatsApp, live Instagram, dan juga webinar sebagai bentuk dukungan untuk para korban.

Namun, bagi yang ketinggalan, masih ada acara webinar terakhir melalui platform Zoom pada Selasa (22/12/2020) dengan tema “Stop Shaming, Healing dari Perilaku Mom Shaming”. 

Acara diskusi online ini akan dihadiri oleh artis Shandy Aulia yang pernah mengalami perlakuan mom shamming dan coach well-being and mindfulness Raden Prisya. 

Sebelumnya, rangkaian acara diskusi online dalam rangka menyambut Hari Ibu juga telah diselenggarakan oleh mamapapa.id, seperti kulwap “Kenali Mitos dan Masalah Menyusui Agar Tidak Kena ASI-Shaming” oleh breastfeeding counselor dan literacy enthusiast dr Pinansia Finska Poetri, Kamis (17/12/2020) pukul 19.00 – 21.00 WIB. 

Lalu, diskusi “Kena Mom Shaming karena Pola Asuh? Aku Bisa Apa?” oleh psikolog keluarga Dessy Ilsanty melalui live Instagram, Sabtu (19/12/2020), pukul 19.00 WIB.

Untuk informasi pendaftaran webinar “Stop Shaming, Healing dari Perilaku Mom Shaming”, Anda bisa cek ucapan selamat hari ibu di sini!.

Setelah mengikuti diskusi online ini, mari sosialisasikan bahaya mom shaming seperti pada tayangan ini agar tidak ada lagi ibu yang menjadi korban.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com