Kabar pembangunan

Proyeksi Bappenas: Pertumbuhan Ekonomi Capai 5 Persen pada 2021

Kompas.com - 21/12/2020, 20:35 WIB

KOMPAS.com – Sebagai tahun awal pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, 2020 digadang sebagai tahun penting untuk meletakkan fondasi pembangunan dengan tujuan mewujudkan visi menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045, tepat di 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia.

Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045, RPJMN 2020-2024 mengamanatkan ekonomi Indonesia tumbuh dengan rata-rata 5,7–6 persen per tahun.

Namun, di akhir triwulan I 2020, ekonomi Indonesia dihadapkan pada tantangan besar yaitu pandemi Covid-19. Kini, menjelang 2021, perencanaan pembangunan beralih fokus menjadi pemulihan ekonomi dan reformasi sosial agar pertumbuhan ekonomi tetap inklusif dan berkelanjutan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, pandemi Covid­-19 berdampak besar terhadap pencapaian sasaran RPJMN 2020–2024.

“Sasaran ekonomi terkoreksi cukup tajam pada 2020. Namun, ekonomi Indonesia perlahan menunjukkan tanda-­tanda pemulihan setelah mencapai titik terbawah pada triwulan II 2020. Pada 2021 mendatang, ekonomi Indonesia diperkirakan dapat tumbuh lebih kuat,” ujar Suharso dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

Guna mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, 2021 dibidik sebagai tahun pemulihan ekonomi pascapandemi Covid­-19, utamanya dalam rangka mengejar target jangka menengah dan panjang.

Upaya pemulihan itu dilakukan dengan melakukan perbaikan di berbagai aspek dan mengaktifkan kembali mesin penggerak ekonomi, yaitu industri, pariwisata, dan investasi. Reaktivasi tersebut dibutuhkan untuk menyerap tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan serta menggerakkan usaha­-usaha lain yang terkait.

Akan tetapi, di 2021, upaya pemulihan ekonomi bukan tanpa tantangan. Pasalnya, masih banyak variabel pengaruh seperti kecepatan distribusi vaksin yang menentukan penyelesaian dampak pandemi Covid-19, baik di tingkat global maupun domestik, yang pada akhirnya dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

Jika penyelesaian pandemi di tingkat global berjalan lama, sebagian besar aktivitas ekonomi dunia juga akan tetap terdampak, terutama perjalanan internasional.

Akibatnya, proses pemulihan ekonomi pada 2021 akan menjadi lebih berat dan berpotensi membentuk pola huruf L, yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak pulih. Sebaliknya, bila pandemi Covid-­19 dapat ditangani pada 2020 dengan upaya pemulihan yang tepat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 berpotensi tumbuh tinggi hingga mencapai 5 persen.

“Dengan target pertumbuhan ekonomi tersebut, gross national income atau pendapatan nasional bruto per kapita, menggunakan Atlas Method, diharapkan mampu meningkat, mencapai 4.190 dollar AS hingga 4.330 dollar AS per kapita di tahun depan. Dengan demikian, sesuai proyeksi tersebut, Indonesia tetap masuk ke dalam kategori upper-middle income countries,” ucap Suharso.

Aspek pendorong pertumbuhan ekonomi

Suharso menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan didorong oleh beberapa aspek. Dari sisi produk domestik bruto (PDB) pengeluaran, investasi diperkirakan terakselerasi tumbuh 6,4 persen akibat penerapan lima kebijakan.

Kelima kebijakan tersebut, yakni penyelesaian rancangan undang­-undang terkait ketentuan dan fasilitas perpajakan, pemberian fasilitas kemudahan akses pinjaman perbankan, serta pemberian fasilitas investasi, seperti percepatan perizinan berusaha di kementerian, lembaga, dan daerah melalui sistem online single submission terintegrasi.

Kemudian, pemberian kemudahan untuk investasi berorientasi ekspor serta kemudahan dalam pemenuhan bahan baku dalam negeri dan ekspor.

Selain investasi, ekspor barang dan jasa diharapkan kembali meningkat dan tumbuh mencapai 4,5 persen pada 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh pulihnya aktivitas ekonomi dunia yang akan meningkatkan permintaan ekspor Indonesia.

Konsumsi masyarakat juga diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen karena tingkat inflasi yang rendah, perluasan bantuan sosial, dan alokasi Kartu Prakerja. Impor barang dan jasa pun diperkirakan akan tumbuh 5,9 persen sebagai hasil dari penguatan aktivitas ekonomi domestik.

Sementara itu, konsumsi pemerintah diharapkan tetap memberikan dorongan terhadap ekonomi dan tumbuh hingga 6,2 persen karena adanya relaksasi aturan batas defisit anggaran yang masih berlaku pada 2021.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi akan didorong sektor industri, perdagangan, penyediaan akomodasi, serta makan dan minum. Sektor-sektor yang terkena dampak negatif pada 2020 ini diharapkan bisa pulih dengan cepat sejalan dengan kembali normalnya kondisi global dan domestik. Dengan begitu, mampu menggerakkan roda industri dan mendatangkan wisatawan.

Selain ketiga sektor tersebut, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga akan mengalami akselerasi pertumbuhan. Peningkatan sektor ini akan terjadi seiring dengan pulihnya permintaan domestik dan global pascapandemi Covid-19, upaya peningkatan produktivitas lahan, serta penguatan nilai tambah produk.

Sementara itu, dari sisi kewilayahan, pemulihan ekonomi Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi akan didorong oleh peningkatan harga komoditas, khususnya harga batu bara, crude palm oil, dan nikel.

Di Jawa, perbaikan pasokan bahan baku dan peningkatan efisiensi logistik akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemudian, di Bali dan Nusa Tenggara, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara diperkirakan akan menjadi faktor pendorongnya.

Untuk kawasan timur Indonesia, peningkatan peranan wilayah ini akan menjadi arah kebijakan pertumbuhan ekonomi wilayah pada 2021.

“Seiring dengan sinyal positif proses pemulihan kinerja perekonomian Indonesia hingga triwulan III 2020, Bappenas optimistis perbaikan tersebut dapat terus berlanjut hingga 2021 meski tidak dapat dimungkiri bahwa pandemi Covid-19 masih akan mewarnai tahun depan. Proses pengendalian Covid-19 (pun) sangat bergantung pada penemuan dan distribusi vaksin hingga mencapai herd immunity,” ucap Suharso.

Oleh karena itu, imbuhnya, keberhasilan pengendalian Covid-19 serta kebijakan penanganannya akan menjadi faktor kunci bagi pemulihan ekonomi 2021.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com