Advertorial

IUWASH Plus Bersama YLHS Bangun Sumur Resapan Percontohan sebagai Solusi Cepat Atasi Banjir dan Kekeringan

Kompas.com - 16/02/2021, 14:44 WIB

KOMPAS.com – Pada awal 2021, beberapa wilayah di Indonesia mengalami banjir bandang dan tanah longsor. Fenomena tersebut terjadi saat hujan turun dengan intensitas tinggi dalam waktu yang berlangsung lama.

Sebaliknya, ketika kemarau, beberapa wilayah di Indonesia juga mengalami kekeringan. Dampaknya, debit mata air mengecil, bahkan sampai kering.

Sejumlah bencana tersebut sebenarnya dapat dicegah bila manajemen pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan lahan, dan konservasi air dilakukan dengan tepat dan benar. Ketiga hal tersebut harus dikelola dengan melibatkan pihak lintas sektoral.

Khusus konservasi air, United States Agency for International Development (USAID) menginisiasi upaya penanggulangan banjir dan kekeringan lewat program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH) Plus.

Salah satu bentuk program tersebut adalah pembangunan sumur resapan dengan melibatkan pemerintah daerah (pemda) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM), termasuk Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS).

Berdasarkan hasil Kajian Kerentanan Mata Air dan Rencana Aksi (KKMA-RA) IUWASH Plus, sumur resapan merupakan salah satu sistem manajemen konservasi air yang dapat dibuat dengan cepat, ekonomis, dan aman.

Ketua Person In Charge (PIC) Program Pengembangan Kemampuan Pemerintah Daerah Tentang Pelaksanaan KKMA-RA Melalui Pembangunan Sumur Resapan Asep Mulyana mengatakan, sumur resapan merupakan win-win solution yang ditawarkan IUWASH Plus untuk pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.

“Selain mencegah terjadinya banjir dan kekeringan, sumur resapan ini bisa menjamin ketersediaan bahan baku untuk air bersih dan air minum. Hal ini bisa tercapai jika ketersediaan cadangan air di catchment area maupun mata air terjaga dengan baik,” ujar Asep dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (11/2/2021).

Asep menambahkan, melalui program IUWASH Plus, sumur resapan diharapkan bisa menjadi salah satu solusi cepat pemerintah dalam mengatasi banjir dan kekeringan. Selain itu, program tersebut juga dapat membangun kesadaran masyarakat tentang fungsi dan manfaat sumur resapan bagi lingkungan sekitar.

“Konservasi catchment area dan sumber daya alam bukan hanya tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), melainkan seluruh masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah daerah, serta stakeholders lainnya,” imbuh Asep.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua YLHS Suroso. Ia mengatakan, meskipun tidak seluruh masalah dapat diatasi, sumur resapan secara teoritis akan banyak membantu meringankan masalah banjir dan kekeringan sekaligus.

Fungsi lainnya, lanjut Suroso, sumur resapan dapat mengembalikan air ke tanah. Dengan begitu, masalah kondisi air tercemar juga dapat diatasi.

“Terbangunnya sumur resapan bisa memberikan manfaat berupa perbaikan ketersediaan air tanah,” ujar Suroso yang juga Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur.

Konsep program

Asep menjelaskan, program IUWASH Plus dirancang dengan tiga tujuan utama, yakni tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang.

Untuk jangka pendek, lanjut Asep, program tersebut bertujuan mendorong pemda maupun pusat untuk mereplika pembangunan sumur resapan inisiatif USAID.

Sementara, tujuan jangka menengah IUWASH Plus adalah mendorong pembangunan sumur resapan didorong untuk bisa masuk dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) serta anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Terakhir, dalam jangka panjang, pembangunan sumur resapan bisa masif digerakkan di kalangan masyarakat umum. Untuk mewujudkannya, kampanye sistematis dan berkelanjutan terkait konservasi air perlu dilakukan kepada masyarakat, bahkan mulai dari siswa sekolah dasar.

Dengan demikian, pola pikir masyarakat mengenai banjir dan kekeringan yang dianggap sebagai bencana dapat diubah. Pasalnya, kedua hal tersebut sejatinya terjadi akibat kesalahan manajemen konservasi air.

Sebagai langkah awal program IUWASH Plus, USAID menjalankan proyek percontohan pembangunan sumur resapan di berbagai daerah.

Asep mengatakan, proyek percontohan tersebut dilaksanakan dengan menerapkan konsep capacity building. Kemudian, USAID akan menggandeng LSM seperti YLHS dan pemda untuk menerapkan program tersebut.

Agar bisa terlibat dalam proyek percontohan, pemda harus memenuhi kriteria program IUWASH Plus. Pertama, daerah tersebut memiliki masalah sumber bahan baku air bersih.

Kedua, pemda dan PDAM setempat berkomitmen untuk ikut mengembalikan debit air di daerahnya lewat program tersebut. Komitmen tersebut harus dituangkan dalam surat keputusan kepala daerah. Terakhir, pemda juga harus memiliki komitmen untuk mereplika pembangunan sumur resapan.

Beberapa daerah telah berhasil menjalankan proyek percontohan dan menggalakkan pembangunan sumur resapan. Sebagai contoh Kota Malang, Jawa Timur. PDAM setempat agresif merespons program dengan melakukan perencanaan pembangunan sekitar 200 sumur resapan menggunakan dana corporate social responsibility (CSR).

Kota Bogor pun demikian. Sekitar 150 sumur resapan dibangun menggunakan dana investasi dan dana CSR PDAM setempat. Sementara, Pemerintah Kota Salatiga telah menganggarkan dana di APBD per tahun untuk membangun 50 unit sumur resapan.

Khusus kerja sama dengan YLHS, proyek percontohan pembangunan sumur resapan program IUWASH Plus telah dilaksanakan sejak Oktober 2020. Total, YLHS telah membangun 15 sumur resapan. Beberapa di antaranya berada di Kota Bogor, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kota Salatiga, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang.

Proses pembuatan sumur resapan guna atasi banjir dan kekeringan.(Dok. YLHS dan IUWASH Plus) Proses pembuatan sumur resapan guna atasi banjir dan kekeringan.

Cara kerja sumur resapan

Suroso menjelaskan, dari seluruh air hujan yang jatuh ke halaman rumah, setidaknya 85 persen harus bisa diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir.

Pada dasarnya, halaman rumah bisa menyerap curahan air hujan yang jatuh secara alami, termasuk dari atap rumah yang mengalir melalui talang. Namun, saat hujan turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang berlangsung lama, penyerapan air menjadi lebih lama.

Jika ada sumur resapan di rumah, sumbangan run off air hujan dapat dikurangi. Di bawah tanah, resapan air dari hujan akan masuk melalui lapisan tanah yang disebut lapisan tidak jenuh. Lapisan inilah yang masih dapat menyerap air.

Selanjutnya, air hujan akan menembus permukaan tanah menjadi air tanah (ground water) yang terperangkap di lapisan tanah jenuh. Air pada lapisan tanah jenuh inilah yang dapat menjadi cadangan air bersih untuk dikonsumsi dan membantu kehidupan sehari-hari.

Masuknya air hujan melalui peresapan inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap bisa dicapai dengan mudah. Ini karena permukaan air tanah memang bisa berubah-ubah, tergantung dari suplai dan eksploitasinya.

Melalui program IUWASH Plus, YLHS selaku grantee mempunyai beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan.

Pertama, sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam, atau labil.

Kedua, sumur resapan juga harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank minimum lima meter diukur dari tepi. Sementara, jarak minimum sumur resapan dari fondasi bangunan adalah satu meter.

Ketiga, penggalian sumur resapan bisa sampai pada tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan tanah. Kemudian, kedalaman water table atau muka air tanah minimum 1,5 meter pada musim hujan.

Untuk membuat sumur resapan, warga maupun instansi pemerintah bisa menggunakan jasa pembuat sumur gali berpengalaman. Sumur tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi dan persyaratan teknis yang telah ditentukan tadi.

Lakukan pendampingan

Agar program IUWASH Plus berjalan lancar, YLHS melakukan pendampingan dan memfasilitasi pembangunan sumur resapan. Hal ini diwujudkan dengan menempatkan fasilitator lokal yang bertugas di masing-masing wilayah pembuatan sumur resapan tersebut.

Pola pemberdayaan YLHS tersebut dapat membantu menyelesaikan pembuatan sumur resapan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, meski ada beberapa kendala yang bersifat nonteknis.

Tak hanya itu, YLHS juga melakukan advokasi peraturan desa (Perdes). Nantinya, desa membuat kewajiban bagi setiap warga yang memiliki tanah pekarangan untuk menggali sumur resapan.

Aturan tersebut juga mewajibkan warga yang hendak mendirikan rumah baru untuk melengkapi dengan sumur resapan.

Selain itu, bangunan komersial maupun industri di bidang manufaktur, makanan, kontruksi dan yang lainnya juga perlu membangun sumur resapan.

YLHS menegaskan, gerakan sumur resapan dan konservasi air akan memiliki dampak panjang guna memperbaiki kualitas air di daerah aliran sungai setempat (DAS) setempat. Dengan begitu, air limpasan dapat berkurang dan air tanah meningkat.

Lantaran manfaatnya tersebut, YLHS berharap, sumur resapan hasil proyek percontohan dapat mendorong stakeholder, baik dari pemerintah, swasta, maupun LSM, untuk melakukan aksi nyata serupa dan diimplementasikan secara bertahap setiap tahun.

Sebagai informasi, program IUWASH Plus yang dijalankan USAID dengan beberapa mitra telah menyasar sejumlah mata air, yakni Mata Air (MA) Tangkil Kabupaten Bogor, MA Tuk Pecah Kota Magelang, MA Citrosono Kabupaten Magelang, MA Kalitaman Kota Salatiga, MA Binangun Kota Batu, MA Clumprit Kota Malang, MA Tancak Kabupaten Probolinggo, dan MA Sumbertopo Kabupaten Lumajang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com