Advertorial

Lewat Webinar #RUN21RUN, MarkPlus Tegaskan Pentingnya Mengenali Kompetitor Bisnis

Kompas.com - 14/04/2021, 16:47 WIB

KOMPAS.com — MarkPlus, Inc kembali menggelar Hermawan Kartajaya (HK) Webinar Series dengan tema “#RUN21RUN”. Webinar series ini akan berlangsung sepanjang 2021 dan diselenggarakan dalam tiga episode.

Pada tahun sebelumnya, MarkPlus, Inc telah sukses menyelenggarakan acara serupa yang bertajuk Surviving/Servicing, Preparing, dan Actualizing (SPA) serta dihadiri oleh 3.000 peserta.

Untuk tahun ini, pakar pemasaran sekaligus Founder dan Chairman MarkPlus, Inc, Hermawan Kartajaya, mengambil konsep RUN yang memiliki kepanjangan Rethinking the Competition, Unifying the Corporation, dan Navigating the Customer.

Melalui konsep tersebut, Hermawan memperkenalkan strategi untuk menghadapi 2021 yang merupakan masa pemulihan atau recovery bagi dunia bisnis.

“(Situasi) 2020 itu berbeda dengan 2021. Jadi, strategi yang digunakan pun harus berbeda,” ujar Hermawan dalam episode perdana HK Webinar Series: #RUN21RUN berjudul Rethinking the Competition, Kamis (8/4/2021).

Pada 2020, kata Hermawan, perusahaan dituntut untuk lebih adaptif dengan perubahan. Sementara pada 2021, perusahaan harus transformatif dan memiliki tujuan yang jelas. Untuk itu, perusahaan harus memahami kembali lanskap kompetisi saat ini atau rethinking the competition.

Pada tahap itu, pemilik perusahaan atau pengusaha harus jeli melihat hal yang dilakukan oleh pesaingnya, mulai dari inovasi, produk baru, hingga strategi. Setelah memahami kompetitor dan lanskap kompetisi, perusahaan dapat menentukan positioning dan differentiation yang kemudian dapat menggerakkan pelanggan.

“Pada masa transformasi, kita harus merenungi dulu kompetitor mana yang harus kita hadapi saat ini agar strategi yang sudah direncanakan tidak sia-sia,” lanjut Hermawan.

Selain itu, menurut Hermawan, terdapat empat medan atau terrain persaingan di dunia bisnis. Keempat terrain tersebut adalah traditional atau conventional vs traditional, startup atau digital vs traditional, traditional vs startup, dan startup vs startup.

Setiap terrain merupakan medan pertempuran yang berbeda. Medan ini akan menentukan alternatif strategi yang dapat dipilih oleh perusahaan.

“Ada kalanya startup menang dari perusahaan konvensional karena memanfaatkan digitalisasi. Namun, perusahaan konvensional juga memiliki kesempatan bertahan karena memiliki kebijakan atau wisdom yang kuat,” jelas Hermawan.

Oleh sebab itu, kata dia, untuk bisa “menang” di empat medan tersebut dibutuhkan solusi yang bersifat omni atau mengombinasikan berbagai cara.

Perusahaan harus lincah (agile) seperti startup dan memiliki wisdom yang kuat seperti perusahaan konvensional. Kedua cara ini akan semakin kuat dengan pemanfaatan teknologi atau digitalisasi.

Strategi bisnis yang tepat

Pada episode perdana webinar series tersebut, Hermawan menjelaskan bahwa dalam memenangkan persaingan bisnis di masa recovery, perusahaan harus bisa memilih strategi pemasaran yang tepat

Ada beragam strategi yang bisa dipilih oleh pelaku bisnis dalam fase rethinking the competition. Salah satunya ialah strategi dari kerangka kerja marketing battle plan yang diadaptasi dari buku Marketing Warfare karya AI Ries dan Jack Trout.

Dalam buku tersebut, dijabarkan empat alternatif strategi yang dapat dipilih berdasarkan posisi perusahaan dalam suatu persaingan dan sumber daya yang dimilikinya.

Keempat strategi tersebut adalah the defensive marketing strategy, the offensive marketing strategy, flanking marketing strategy, dan guerilla marketing strategy. Dua strategi pertama dapat digunakan oleh perusahaan besar yang telah menguasai market share, sedangkan dua strategi lainnya diperuntukkan bagi perusahaan kecil.

Selain marketing battle plan, ada pula startup strategy yang digagas Harvard Business Review (HBR). Strategi ini terdiri atas value chain, intellectual property, disruption, dan architectural. Keempat strategi tersebut memiliki fokus yang berbeda.

Strategi value chain berfokus pada pengembangan kompetensi yang dimiliki perusahaan atau startup. Sementara, intellectual property adalah strategi perusahaan yang berfokus untuk melakukan penemuan atau invention. Dengan strategi ini, perusahaan memilih untuk tidak melakukan kolaborasi karena fokus pada tujuan memiliki paten sendiri.

Kemudian, strategi disruption berfokus pada strategi yang bersifat agile. Dengan strategi ini, perusahaan atau startup harus membuat rencana yang lebih maju hingga beberapa langkah ke depan dibandingkan perusahaan lain.

Terakhir, dengan strategi architectural, perusahaan mulai berfokus untuk melahirkan platform dan mengikat value chain yang ada.

Strategi bisnis lain yang bisa diaplikasikan oleh perusahaan adalah strategi dari buku Marketing 5.0. Buku tersebut ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan.

Strategi bisnis itu terdiri atas tiga strategi utama, yakni migrate customer to digital channels, build digital capabilities, dan strengthen digital leadership.

Singkatnya, strategi yang dijelaskan dalam buku Marketing 5.0 berfokus pada penggunaan platform digital untuk memaksimalkan customer journey. Kemudian, perusahaan harus dapat membuat perencanaan yang matang, mulai dari hulu hingga hilir, untuk memperkuat sumber daya secara digital.

Setelah episode yang membahas strategi pertama dari konsep RUN, yakni Rethinking the Competition, HK Webinar Series #RUN21RUN selanjutnya akan hadir pada 8 Juli 2021. Pada episode kedua nanti, webinar series tersebut akan membahas Unifying the Corporation.

Sementara, episode ketiga yang bertajuk Navigating the Customer akan diselenggarakan pada 14 Oktober 2021.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com