Advertorial

BRI Microfinance Outlook Godok Solusi Pengembangan Sektor Keuangan Mikro dan UKM Indonesia

Kompas.com - 30/04/2021, 14:27 WIB

KOMPAS.com – Sektor keuangan mikro dapat menjadi solusi untuk memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di masa pandemi. Oleh sebab itu, peran lembaga keuangan mikro (LKM) dinilai penting.

Sebagai pelopor program microfinance di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupaya menjaga dan mengembangkan sektor keuangan tersebut.

Untuk itu, BRI Research Institute yang didukung oleh BRI menggelar BRI Microfinance Outlook 2021 di Jakarta, Rabu (28/4/2021).

Kegiatan bertema “Adapting Through Innovation and Synergy” itu dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala N Mansury, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, dan Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso.

BRI Microfinance Outlook 2021 merupakan salah satu wadah sekaligus komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di tengah ketidakpastian ekonomi.

Berdasarkan data terkini, peran UMKM terhadap perekonomian nasional semakin besar. Data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) pada 2018 menunjukkan, jumlah pelaku UMKM di Indonesia saat ini sebanyak 62 juta. Rinciannya, 757 ribu pelaku usaha kecil, 58,6 ribu usaha menengah, dan 5,5 ribu korporasi.

Adapun kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai lebih dari 62 persen. Persentase tersebut setara dengan Rp 8.000 triliun.

Karena itu, Sunarso berharap, BRI Microfinance Outlook 2021 dapat berkontribusi terhadap perkembangan microfinance sepanjang 2021.

“BRI berharap, hubungan erat dan kerja sama dengan para stakeholders, baik regional, nasional, maupun global, dapat memajukan perkembangan microfinance dan pemberdayaan UMKM di Indonesia dalam sebuah ekosistem yang bersinergi,” ujar Sunarso dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (29/4/2021).

Dukungan dan kolaborasi itu, lanjut Sunarso, sangat dibutuhkan untuk memperkaya wawasan serta menumbuhkan UMKM.

“(Tujuannya), agar (pelaku usaha mikro) tidak terjebak (dalam skala) mikro, bisa mengembangkan (skala usaha), serta mendapatkan sumber pertumbuhan baru dari level-level di bawahnya,” jelas Sunarso.

Perbaikan ekonomi kuartal II 2021

Pada kesempatan itu, Pahala N Mansury mengatakan bahwa perbaikan kondisi ekonomi Indonesia terus berlanjut pada kuartal II 2021.

Hal itu terlihat dari peningkatan permintaan pasokan listrik rumah tangga di Indonesia. Oleh karena itu, kondisi ini harus dipertahankan dan dimanfaatkan sebaik mungkin.

Pahala menyebutkan, pada 2021, Kementerian BUMN fokus mendukung pemenuhan kebutuhan infrastruktur, pendanaan, dan akses pasar untuk pengembangan serta pemulihan UMKM.

“Dukungan tersebut diberikan melalui kebijakan dan aksi-aksi korporasi maupun integrasi antar-BUMN existing agar semakin berdaya guna untuk kemajuan UMKM,” papar Pahala.

Karena itu, lanjut Pahala, Kementerian BUMN membangun digital platform dan digital services bagi UMKM.

Adapun dari segi pendanaan, Kementerian BUMN berinisiatif untuk mengonsolidasikan BUMN guna mendukung ekosistem usaha ultramikro (UMi).

“Jumlah (usaha) ultramikro saat ini masih membutuhkan dana dan belum mendapatkan dana kurang lebih sebesar 80 persen,” terangnya.

Karena itu, pihaknya berharap, konsolidasi tersebut bisa mendukung ekosistem UMi sehingga dapat memberdayakan serta meningkatkan kapabilitas dan pendalaman produk finansial. Diharapkan, pengusaha ultramikro pun tidak hanya mengakses pembiayaan, tetapi juga saving dan asuransi.

“Selain itu, jika usaha ultramikro mau naik kelas ke level mikro, misalnya, ke depannya bisa kamu lakukan,” tambah Pahala.

Pengembangan UMKM

Sementara itu, Wimboh Santoso menjelaskan, pengembangan UMKM tidak cukup hanya dilakukan melalui pembiayaan. Karena itu, OJK mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan beberapa hal.

“Perlu pembinaan agar UMKM bisa berproduksi lebih baik sehingga (kualitas produknya) lebih bagus. Selain itu, diperlukan juga channelling penjualan dan ekosistem yang lengkap,” jelas Wimboh.

Pada kesempatan yang sama, Teten Masduki menjelaskan, pemerintah terus berupaya mengembangkan UMKM serta melahirkan wirausaha baru, baik existing maupun yang masih merintis.

“Pada 2024, (pertumbuhan jumlah wirausaha) ditargetkan bisa mencapai 4 persen. Bila didukung dengan ekosistem pembiayaan, kewirausahaan, pendampingan UMKM, dan inkubasi, target itu bisa tercapai,” jelas Teten.

Sebagai informasi, BRI Microfinance Outlook 2021 yang digelar dalam format hybrid webinar ini menyajikan dua sesi dengan sub-tema, yaitu “Empowering Sustainable Microfinance and It’s Ecosystem” dan “Boosting Innovation for Synergy in Microfinance”.

Pada sesi satu, narasumber yang hadir adalah Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School Cambridge USA Jay Rosengard, Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, Representatif McKinsey and Company Prateek Bhargava, dan Senior Executive Analyst OJK Roberto Akyuwen.

Sementara, pada sesi kedua, pembicara yang hadir adalah Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, Representatif Cornell University Iwan Jaya Azis, dan Bupati Kulon Progo Sutedjo. 

Selain itu, hadir pula Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Fintech Lending Indonesia dan CEO Dompet Sunu Widyatmoko, serta Chief Economist BRI dan Direktur BRI Research Institute Anton Hendranata.

Selain dua sesi webinar tersebut, BRI Microfinance Outlook 2021 juga menjadi ajang pemaparan BRI Micro and SME Index (BMSI) Q1-2021, peluncuran platform pemberdayaan digital yang dikembangkan BRI untuk pelaku UMKM Indonesia, yakni LinkUMKM, serta Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Microfinance Indonesia.

Kehadiran produk dan lembaga baru tersebut diharapkan bisa meningkatkan kapasitas seluruh pemangku kebijakan. Dengan begitu, upaya untuk memberdayakan UMKM dan menciptakan pelaku usaha yang naik kelas dapat lebih optimal. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com