Advertorial

Ajak Masyarakat Kenali Bahaya Limbah B3, PPLI Gelar Lomba Jurnalistik untuk Insan Pers

Kompas.com - 04/05/2021, 11:52 WIB

KOMPAS.com – Dampak perubahan iklim kian memprihatinkan. Salah satu penyebabnya adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas industri.

Emisi gas rumah kaca dapat mengurangi lapisan ozon yang berfungsi melindungi bumi dari paparan sinar matahari maupun benda langit lainnya.

Selain penipisan lapisan ozon, kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri juga menjadi masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Sebagai informasi, limbah industri juga dikenal dengan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Limbah B3 tak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga bagi ekosistem alam seperti tumbuhan dan hewan.

Meski begitu, sebagian besar orang belum menyadari betapa berbahayanya limbah tersebut. Bahkan, mayoritas masyarakat turut menyumbang kerusakan alam dengan membuang limbah B3 secara sembarangan, seperti baterai, aki, dan bohlam.

Manager Humas PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) Arum Pusposari mengatakan, dibutuhkan edukasi mendalam tentang bahaya limbah B3.

“Masyarakat wajib tahu tentang bagaimana cara memperlakukan limbah tersebut agar aman bagi lingkungan,” ujar Arum dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Senin (3/5/2021).

Agar edukasi mengenai bahaya limbah B3 sampai pada masyarakat, PPLI mengajak insan pers untuk ikut serta sosialisai mengedukasi publik tentang pengelolaan limbah B3.

Oleh karena itu, PPLI menggelar Lomba Karya Jurnalistik Lingkungan PPLI 2021 yang mulai dilaksanakan mulai 1 Mei hingga 1 Juni 2021.

Mengusung tema "Menjaga Nusantara Melalui Penanganan Limbah Industri Bahan Beracun dan Berbahaya Secara Terintegrasi", lomba tersebut juga akan memberikan banyak informasi mengenai tata cara pengelolaan limbah B3 beserta penanganannya.

Melalui lomba tersebut, Arum berharap keselarasan dan semangat untuk melindungi alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati dapat tercipta. 

“Indonesia punya sekitar 8.000 spesies tumbuhan dan 2.215 spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Spesies hewan terdiri dari 515 mamalia, 60 reptil, 1.519 burung, dan 121 kupu-kupu. Besarnya keanekaragaman hayati Indonesia terkait erat dengan kondisi iklim dan kondisi fisik masing-masing daerah,” kata Arum.

Arum menambahkan, menjaga keberlangsungan hidup, termasuk spesies tumbuhan dan hewan sudah menjadi tugas masyarakat.

"Jika alam rusak oleh limbah, keanekaragaman hayati di Indonesia tinggal menjadi dongeng pengantar tidur," jelas Arum.

Untuk diketahui, setiap tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional. Oleh karena itu, Arum mengingatkan, semua pihak untuk terus peduli terhadap lingkungan.

“Karenanya, kami mengingatkan dan mengajak semua pihak ikut untuk peduli dan menjaganya. Itu semua untuk masa depan anak cucu kita," kata Arum.

Insan pers yang berminat mengikuti Lomba Karya Jurnalistik Lingkungan PPLI 2021 bisa mendapatkan informasi lebih lengkap melalui tautan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau