Advertorial

Saatnya Sampah di Rumahmu Datangkan Pundi Rupiah

Kompas.com - 06/05/2021, 13:37 WIB

KOMPAS.com – Saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengerti cara mengelola sampah dengan bijak. Pendekatan tradisional untuk menangani sampah, yakni kumpul, angkut, dan buang masih diterapkan. Hal tersebut membuat persoalan lingkungan yaitu tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir yang belum dapat diselesaikan.

Masalah sampah tambah pelik dengan limbah sampah rumah tangga berupa minyak goreng. Berdasarkan data dari publikasi Indonesia Oilseeds and Products Annual 2019, konsumsi minyak goreng rumah tangga di Indonesia mencapai 13 juta ton atau setara dengan 16,2 miliar liter pada 2019.

Itu berarti, sampah minyak goreng yang dihasilkan lebih kurang memiliki volume yang sama dengan total konsumsi.

Padahal, bila diolah dengan benar, limbah minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) dapat diubah menjadi bahan baku alternatif untuk biodiesel.

Menanggapi sejumlah permasalahan itu, Komunitas Narasi bekerja sama dengan Ideanation menyelenggarakan acara Kita Kumpul Online Bersama Ideanation. Acara yang mengusung tema “My Contribution to My Dearest Earth” tersebut diadakan secara online pada Jumat (30/4/2021).

Chief Executive Officer (CEO) Gen Oil Andi Hilmi serta CEO and Founder Waste4Change Muhammad Bijaksana Junerosano hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut.

Andi Hilmi menceritakan, banyak tantangan dalam mengembangkan industri minyak goreng bekas. Ia pun sempat gagal mengembangkan minyak goreng bekas menjadi alternatif bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan nelayan. Sebab, produk yang dikembangkannya masih sulit diterima nelayan. 

“Banyak nelayan awam merasa ada perbedaan warna pada bahan bakar sehingga mereka khawatir memakai produk tersebut,” ungkap Andi dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (5/5/2021).

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Bijaksana Junerosano mengatakan bahwa sampah rumah tangga merupakan limbah yang paling banyak ditemukan di dunia.

Di lain sisi, sampah rumah tangga memiliki peluang besar untuk mendatangkan pundi rupiah. Hal itu bisa dilakukan dengan cara memilah dan menyumbangkan sampah ke bank sampah.

“Jika hal tersebut dilakukan, akan sangat menolong bumi,” katanya.

Tidak hanya itu, acara yang dihadiri 200 peserta tersebut juga membahas cara mengelola sampah rumah tangga, termasuk sampah sisa makanan.

Selain dapat ditukarkan di bank sampah, sampah bekas sisa dapat dijadikan pupuk untuk tanaman sehingga mendatangkan uang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau