JAKARTA, KOMPAS.com – Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) masih menjadi ancaman dunia (global threat). Pasalnya, penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Sebagai perbandingan, secara keseluruhan, penyakit HIV/AIDS, malaria, dan TBC menyebabkan kematian bagi tiga juta anggota populasi dunia.
Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes) 2018 menyebutkan, setidaknya 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit kelainan jantung. Ironisnya, angka tersebut juga diisi oleh kelompok usia anak-anak.
Dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular Mayapada Hospital dr Achmad Faisal Sp BTKV menyebutkan, kasus kelainan jantung pada anak mencapai angka 44.000 pada 2020.
“Dari data itu, angka terbesar, yakni sebanyak 10-15 persen atau sekitar lebih dari 6.000, merupakan kasus kelainan katup jantung,” ujar dr Faisal saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (18/5/2021).
Sayangnya, dari angka tersebut, hanya sekitar 2.000 kasus yang berhasil ditangani setiap tahun. Ini terjadi akibat belum banyak fasilitas kesehatan yang mumpuni untuk melayani bedah jantung.
Selain itu, penyakit jantung dan kardiovaskular pada anak juga belum menjadi prioritas dalam program pemerintah. Saat ini, pemerintah masih berfokus pada masalah gizi buruk dan vaksinasi.
Sementara itu, jumlah pasien dewasa dengan kelainan katup jantung mencapai angka 30 persen dari total kasus kelainan jantung secara umum. Penderita terbanyak berada pada kelompok usia kurang dari 60 tahun.
Dokter Faisal menjelaskan, laki-laki mendominasi sebagai pengidap kelainan jantung. Hal ini terjadi karena secara umum, laki-laki memiliki aktivitas yang lebih banyak dan berat dibandingkan perempuan sehingga lebih rentan terpapar infeksi. Gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor pendukung yang meningkatkan risiko penyakit ini.
Mengenal katup jantung
Sebagai organ vital yang bekerja mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh tubuh, jantung dibekali dengan empat katup, yakni trikuspid, pulmonal, mitral, dan aorta.
Keempat katup itu berfungsi menjaga aliran darah dari satu ruangan jantung ke ruangan lain sehingga aliran darah balik bisa dihindari.
Dokter Faisal menjelaskan, ada tiga jenis kerusakan pada katup jantung, yakni infeksi, kebocoran sehingga menyebabkan aliran balik (regurgitasi), dan kekakuan (stenosis) yang mengakibatkan penyempitan sehingga darah tidak mengalir secara maksimal.
Ada banyak penyebab kerusakan katup jantung atau yang juga dikenal dengan sebutan penyakit jantung reumatik.
Sebagai negara beriklim tropis, salah satu penyebab kelainan katup jantung di Indonesia adalah demam reumatik akibat infeksi bakteri streptococcus.
Gejala awal yang muncul akibat infeksi bakteri itu adalah sesak napas, nyeri dada, cepat lelah, dan gangguan irama jantung atau aritmia, bengkak pada kaki, serta penumpukan cairan pada perut (asites).
Selain gejala-gejala tadi, salah satu simtom yang patut diwaspadai, khususnya pada anak-anak, adalah radang tenggorokan.
“Bakteri streptococcus yang mulai menyerang tubuh menyebabkan radang pada tenggorokan,” kata dr Faisal.
Ia menjelaskan, gejala itu sering ditangani sebagai flu atau radang biasa. Dengan pengobatan seadanya, gejala radang memang menghilang. Namun, bakteri masih mengendap dan merusak anatomi katup jantung secara perlahan begitu anak memasuki usia dewasa.
Operasi katup jantung
Kerusakan atau kelainan katup jantung dapat diperbaiki dengan melakukan operasi sehingga katup jantung dapat kembali berfungsi dengan maksimal.
Sebelum operasi, dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan pasien secara lengkap, mulai dari tes darah, elektrokardiogram (EKG), ekokardiografi (ECHO), hingga konsultasi ke dokter terkait, seperti dokter spesialis jantung, penyakit dalam, gigi, telinga hidung tenggorokan (THT), dan anastesi.
Dokter Faisal menjabarkan, secara umum, operasi katup jantung dilakukan untuk menutup katup yang mengalami kebocoran (regurgitasi) atau memperbaiki dan memperlebar katup yang mengalami penyempitan (stenosis).
Operasi dilakukan dengan pembiusan total. Selama perbaikan, jantung pasien akan dihentikan sementara. Untuk menggantikan fungsi jantung, dokter akan memasang mesin paru jantung (heart lung machine).
Jika kelainan katup jantung tidak bisa diperbaiki dalam operasi itu, dokter akan menyarankan penggantian katup jantung.
“Katup jantung dapat diganti dengan katup biologis atau katup prostetik,” ujar dr Faisal.
Dokter Faisal menjelaskan, katup biologis terbuat dari pembungkus jantung babi atau sapi yang dianyam sedemikian rupa hingga menyerupai katup jantung manusia. Sementara itu, katup prostetik biasanya terbuat dari titanium atau karbon. Masing-masing katup memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Pasien yang menggunakan katup jantung biologis, kata dia, tidak membutuhkan obat pengencer darah seumur hidup. Namun, katup ini tidak bertahan lama sehingga ada kemungkinan untuk kembali rusak dan perlu diganti lagi.
Sementara itu, katup prostetik dapat bertahan seumur hidup. Namun, jenis katup ini membuat pasien bergantung pada obat pengencer darah seumur hidup.
Hal itu dilakukan demi menghindari pengentalan darah yang berpotensi menempel pada katup prostetik. Pelekatan ini nantinya dapat menimbulkan pembekuan darah atau trombosis.
Dengan operasi katup jantung, baik perbaikan (repair) maupun penggantian (replace), pasien akan dapat beraktivitas kembali secara normal setidaknya dalam waktu satu hingga dua bulan.
Meski merupakan bedah jantung terbuka atau open heart surgery, operasi katup jantung merupakan operasi dengan tingkat keberhasilan tinggi, yakni sekitar 90-94 persen. Meski demikian, masih banyak pasien menolak tindakan ini karena khawatir akan risiko yang menyertainya.
“Semua tindakan, apalagi operasi, memang berisiko menyebabkan komplikasi, seperti gangguan irama jantung, pendarahan, infeksi, kerusakan ginjal atau hati, bahkan kematian. Namun, komplikasi tersebut cukup jarang terjadi dan tim dokter akan berupaya semaksimal mungkin untuk menghindarinya,” jelas dr Faisal.
Oleh sebab itu, kata dia, tenaga kesehatan dan para pihak terkait harus gencar meningkatkan pemahaman dan edukasi mengenai penyakit jantung yang dinilai masih rendah di Indonesia.
Selain meningkatkan kesadaran akan penyakit jantung, dr Faisal berharap, masyarakat juga terus menjaga kesehatan jantung dengan menerapkan pola hidup sehat.
Adapun pola hidup sehat yang bisa diterapkan di antaranya adalah mengurangi konsumsi garam dan lemak, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, beristirahat cukup, menghindari stres, serta berolahraga secara rutin sesuai dengan kemampuan.
“Apalagi, seusai hari raya Lebaran yang membuat kita mengonsumsi banyak makanan berlemak dan luput berolahraga. Ayo, kita kembali kepada gaya hidup sehat,” kata dr Faisal.
Hal yang juga tak kalah penting adalah jangan mengabaikan gejala sederhana yang mungkin bisa jadi pertanda kelainan katup jantung. Segera konsultasikan diri ke dokter spesialis, seperti yang tersedia di Mayapada Hospital, jika gejala cukup mengganggu.
Sebagai informasi, pada kuartal III 2021, Mayapada Hospital akan membuka cabang di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya, berada di Jalan Mayjen Sungkono Nomor 20, Surabaya Barat.