Advertorial

Sinergi Anak Usaha Pertamina Hasilkan Pengapalan ke-700 Minyak Mentah Blok Cepu

Kompas.com - 09/06/2021, 21:09 WIB

KOMPAS.com – Sinergi operasional kembali diwujudkan anak usaha PT Pertamina (Persero) dalam pengapalan ke-700 produksi minyak mentah Blok Cepu.

Sebagai informasi, minyak mentah Blok Cepu di Bojonegoro merupakan hasil produksi konsorsium Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), yakni PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Setelah proses produksi, minyak tersebut dialirkan melalui pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban. Kemudian, minyak ditampung di FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur.

Selanjutnya, minyak mentah dikirim ke STS Tuban dengan very large crude carrier (VLCC) Success Enterprise atau MT SC Enterprise yang dioperasikan Pertamina International Shipping untuk diolah di kilang Pertamina guna memenuhi kebutuhan energi nasional.

VLCC MT SC Enterprise mengangkut 1 juta barrel minyak mentah dengan rincian kargo bagian pemerintah 850.000 barrel dan Badan Kerja Sama Participating Interest (BKS PI) 150.000 barrel.

Capaian lifting ke-700 Blok Cepu tersebut secara kumulatif telah mencapai lebih dari 475 juta barrel minyak. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan keseluruhan volume cadangan minyak terproduksikan saat rencana awal plan of development (POD), yakni 450 juta barrel.

Pengapalan ke-700 minyak mentah Blok Cepu dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji, Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Dwi Sucipto, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021).

Arifin Tasrif mengapresiasi pencapaian yang telah dihasilkan di Blok Cepu sehingga bisa dilakukan pengapalan ke-700.

Ia mengatakan, capaian tersebut diraih dengan kerja keras, kerja sukses, serta mengerahkan seluruh kemampuan teknis yang dimiliki.

“Saya percaya, dengan kemampuan dan kerja sama tim teknis yang ada serta sinergi semua (pihak yang terlibat), insyaallah bisa kami capai dengan baik. Semoga, kerja sama ini bisa terus berlangsung,” ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu.

Lebih lanjut Arifin mengatakan, pemerintah akan selalu mendukung berbagai upaya untuk mengoptimalkan produksi minyak dan gas di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Dwi Soetjipto mengatakan bahwa potensi di Blok Cepu masih cukup besar untuk masa depan. Karenanya, kapasitas produksi Blok Cepu ditambah, dari 10.000 barrel per hari (BOEPD) menjadi 11.000 BOEPD pada 2020.

Selain itu, lanjut Dwi, Blok Cepu diperkirakan masih menyimpan 40 juta barrel minyak sehingga terdapat rencana drilling test. Sementara dari aspek gas, terdapat peluang untuk monetisasi gas sebesar 100 million standard cubic feet per day (MMSCFD).

“Ini adalah hal-hal yang potensial di Blok Cepu yang diharapkan bisa diutilisasi secara optimal oleh konsorsium Exxon dan Pertamina di masa mendatang,” ujar Dwi.

Sementara itu, Nicke Widyawati mengatakan, pengapalan ke-700 di Blok Cepu membuktikan bahwa anak usaha Pertamina memiliki kemampuan teknis yang luar biasa. Sebab, hasil produksi melebihi dua kali lipat dari rencana awal.

“Dengan sinergi, kami bisa mengoptimalkan produksi,” imbuh Nicke.

Mengingat risiko pekerjaan lifting cukup tinggi, Nicke berpesan agar insan Pertamina tetap semangat, selalu fokus, dan mengutamakan aspek health, safety, security, and environment (HSSE) dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Dengan demikian, kegiatan operasional lifting dapat dilaksanakan secara aman dan lancar.

“Semoga kerja sama yang baik dan solid ini dapat dijaga dan bahkan ditingkatkan. Terlebih, tingkat produksi diperkirakan akan stabil di level 200 MBOPD sehingga bisa mendukung ketahanan energi nasional,” jelas Nicke. 

President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan, pengapalan ke-700 minyak mentah dari Blok Cepu dapat terlaksana berkat dukungan Kementerian ESDM, SKK Migas, pemerintah daerah, engineer, Pertamina, BKS PI, dan Exxonmobil.

“Ada berbagai tantangan operasional yang kami hadapi, termasuk pembatasan terkait protokol kesehatan Covid-19. Namun, (proses produksi dan pengapalan) bisa berjalan maksimal tanpa adanya kecelakaan kerja,” ujar Irtiza.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com