Advertorial

Cetak Petani Orientasi Ekspor, BNI Bikin Program Millenial Smartfarming di Bali

Kompas.com - 11/06/2021, 22:02 WIB

KOMPAS.com – Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, PT Bank Negara Indonesia (BNI) mengembangkan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) bidang pertanian yang berorientasi ekspor. Salah satu langkah BNI adalah menginisiasi marketplace berbasis aplikasi yang dikelola oleh petani milenial.

Dengan mengedepankan pendekatan digital, marketplace bentukan BNI tersebut menyasar para petani muda lewat program Milenial Smartfarming. Adapun program ini dilaksanakan di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, pada Jumat (11/6/2021).

Untuk diketahui, program tersebut merupakan ekosistem pemberdayaan petani milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital internet of things (IoT) dari hulu ke hilir. Dengan kegiatan tersebut, diharapkan inklusi keuangan desa bisa meningkat.

Pada program Millenial Smartfarming di Desa Gobleg, BNI menggandeng Forum Petani Muda Keren yang diprakarsai oleh Bli Agung Wedha. Bli Agung sendiri merupakan sosok yang mengusung konsep pertanian digital kultural.

Terdapat sejumlah aktivitas dalam program Millenial Smartfarming. Salah satunya adalah coaching clinic bagi petani milenial. Pada sesi ini, petani muda diajarkan cara menggunakan aplikasi Agree Suites untuk mendata petani dan off-taker.

Selain itu, mereka juga dilatih menggunakan alat water dripping yang disediakan BNI lewat program corporate social responsibility (CSR)

Setelah coaching clinic, acara dilanjutkan dengan aksi pemupukan massal. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.

Pada acara tersebut, BNI memberikan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tani.

Tak hanya itu, BNI juga melakukan pendampingan kepada petani milenial dalam memanfaatkan teknologi digital dan informasi aktivitas ekosistem pertanian, serta menumbuhkan peranan off-taker dalam penyerapan hasil pertanian.

Peran penting teknologi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan hasil pertanian.

“Seiring bertambahnya petani muda yang terlibat dalam penerapan teknologi digital bidang budidaya pertanian, mereka bisa menjadi penopang perekonomian Bali yang turut terdampak pandemi Covid-19,” ujar Syahrul dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat.

Jika hasil pertanian berhasil ditingkatkan, imbuh Syahrul, Indonesia tidak perlu melakukan impor komoditas.

Syahrul berharap, program Millenial Smartfarming bisa dikawal bersama-sama oleh seluruh pihak agar reformasi pertanian yang modern bisa tercapai.

Terkait dengan pemilihan Kabupaten Buleleng sebagai tempat pelaksanaan program Millenial Smartfarming, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto menjelaskan bahwa daerah tersebut memiliki keunikan tersendiri.

Lebih lanjut, Sis berharap, penerapan pertanian modern didukung oleh seluruh pihak.

“Sektor pertanian sedang memasuki era baru, yaitu pendekatan sistem online dan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI). Langkah intervensi pertanian (pada pendekatan) baru (ini) harus dilakukan agar Indonesia benar-benar maju, mandiri, dan berdaulat pangan," ujar Sis.

Bli Agung Wedha mengamini hal tersebut. Ia menambahkan, melalui aplikasi teknologi informasi dan penggunaan alat IoT, petani jadi lebih termotivasi untuk bertani.

-Dok. BNI -

“Dengan teknologi tersebut, petani bisa mengetahui sistem pemasaran yang lebih adil sehingga mampu menghasilkan bahan pangan sehat yang berkualitas. Alhasil, daya tawar komoditas ikut meningkat,” kata Agung.

Pada kesempatan terpisah, Pejabat Sementara (Pjs) Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI I Nyoman Setiawan menyampaikan, smartfarming adalah metode pertanian cerdas berbasis teknologi.

I Nyoman menambahkan, smartfarming memiliki sejumlah ciri-ciri, di antaranya adalah memanfaatkan teknologi AI, robot, IoT, drone, blockchain, dan big data analytic.

“Tujuannya, untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan,” terang I Nyoman.

Oleh karena itu, imbuh I Nyoman, penggunaan teknologi industri 4.0 mutlak diperlukan untuk kondisi saat ini.

“(Teknologi digunakan) agar petani tidak terjebak pada pola dan cara-cara lama yang kurang produktif sehingga mengebiri produktivitas pertanian nasional,” ujarnya.

Penerapan aplikasi dan teknologi pertanian dinilai penting karena selain pendataan, juga dapat menghubungkan antara petani dan mitra, seperti off-taker, koperasi, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Ia yakin, digitalisasi sistem pertanian menguntungkan banyak pihak. Terlebih, bila didukung berbagai stakeholder terkait.

“Sektor pertanian diharapkan dapat bergerak lebih optimal. Melalui KUR, sektor pertanian secara masif mampu memenuhi swasembada pangan,” jelas I Nyoman.

I Nyoman mengatakan, hal itu terlihat dari realisasi KUR BNI di sektor pertanian yang telah disalurkan selama 2021.

Adapun realisasi KUR BNI hingga Mei 2021 mencapai Rp 3,2 triliun. KUR BNI menyentuh 78.000 nasabah penerima di seluruh Indonesia.

“Ke depan, (BNI) akan mendorong perwujudan kemandirian dan kedaulatan pangan dalam negeri walau di tengah deraan wabah pandemi Covid-19,” kata I Nyoman.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com