Advertorial

Tak Banyak Orang Tahu, Operator KPJR Punya Jasa Besar dalam Kesuksesan Perjalanan Kereta Api

Kompas.com - 16/06/2021, 18:20 WIB

KOMPAS.com – Bila mendengar kata kereta api, mungkin gambaran yang langsung tebersit di benak Anda adalah sebuah rangkaian gerbong kereta yang ditarik lokomotif dan dioperasikan oleh seorang masinis.

Selain itu, tak sedikit orang yang juga akan berpikir tentang sebuah moda transportasi yang berjalan di atas rel dan melakukan pemberhentian di stasiun.

Namun, pernahkan tebersit gambaran komponen pendukung pengoperasian kereta api lainnya di benak Anda, seperti kereta perawatan jalan rel (KPJR)?

Untuk diketahui, KPJR merupakan salah satu alat berat di dunia perkeretaapian yang berfungsi untuk melakukan perawatan jalan rel.

KPJR bertugas memadatkan batu-batu yang ada di bawah bantalan (ballast) atau kricak. Batu ballast itu akan dipadatkan oleh tamping unit yang ada di kereta tersebut.

Selain itu, KPJR yang dimiliki PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga berfungsi memperbaiki keselarasan rel untuk membuatnya tetap sejajar, mudah dilewati kereta penumpang dan barang, serta mengurangi tekanan mekanik pada rel terhadap kereta yang lewat.

Dedikasi operator KPJR KAI

Salah satu profesi yang berjasa pada perawatan jalan rel adalah operator KPJR. Gambaran mengenai profesi ini bisa dilihat lewat kisah Zaenur Rochman, seorang operator KPJR.

Zaenur memulai kariernya di KAI sebagai operator KPJR lebih kurang 11 tahun sejak 2009. Saat ini, ia berdinas sebagai operator KPJR di daerah operasi (Daop) 2 Bandung. Menurut Zaenur, menjadi karyawan KAI adalah salah satu impian dan cita-citanya.

Sebelumnya, ayah tiga anak itu pernah bekerja sebagai salesman sepatu di Bandung

“Saat itu, saya terbiasa menjalankan ibadah shalat di Masjid Alun-alun Kota Bandung dekat tempat kerja saya sebagai salesman sepatu. Setelah menjalankan shalat, biasanya saya berdoa agar dapat mewujudkan impian menggunakan seragam KAI,” kisah Zaenur dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (16/6/2021).

Pada 2009, secara tidak sengaja Zaenur melihat lowongan penerimaan karyawan KAI pada salah satu koran yang dijual di halaman masjid tersebut. Seperti peribahasa, gayung bersambut kata berjawab. Proses Zaenur menjadi karyawan KAI dipermudah berkat doa-doanya selama itu.

Ia lulus dalam setiap tahapan seleksi menjadi karyawan KAI yang menggunakan sistem gugur. Zaenur pun terpilih menjadi salah satu kandidat terbaik dari ribuan peserta pada kala itu.

“Menjadi karyawan KAI merupakan cita-cita dan kebanggaan tersendiri bagi saya. Saya merupakan orang pertama di keluarga yang dapat bekerja di sini. Di KAI, saya mendedikasikan kinerja terbaik untuk ikut serta memberikan sumbangsih bagi keselamatan perjalanan kereta api,” kata Zaenur.

Saking bangganya, Zaenur bahkan melaminasi koran yang mengumumkan kelulusannya menjadi karyawan KAI. Ia pun mengaku, dirinya masih menyimpan hasil kelulusan tersebut sampai saat ini.

“Hal itu sebagai kenang-kenangan atas perjuangan dan bentuk rasa syukur saya atas hadiah yang diberikan Allah,” ujarnya.

Tantangan demi tantangan

Selama 11 tahun berdinas, tak jarang Zaenur mendapatkan berbagai tantangan. Faktor alam, seperti cuaca buruk, terkadang dapat menghambat pekerjaannya.

Meski demikian, ia bersama tim operator KPJR harus segera mengatasi sejumlah gangguan yang terjadi, seperti roda kereta selip akibat medan rel yang diselimuti rerumputan, lintas cabang yang terdapat rumput, dan rel yang licin ketika hujan.

Sebagai informasi, perbaikan jalur rel kereta api harus dilakukan pada waktu kosong antara perjalanan kereta api (window time). Karenanya, operator KPJR harus secepatnya menyelesaikan masalah pada momen itu.

Biasanya, tim operator KPJR terdiri dari 3-4 orang. Mereka harus berkolaborasi untuk mendapatkan solusi terbaik dari masalah yang dihadapi agar tidak mengganggu perjalanan kereta api.

Zaenur mengaku, ia sering mengalami hal-hal di luar nalar saat berdinas. Contohnya, mesin mendadak mati-hidup di wilayah yang terkenal angker atau mendengar suara tangisan perempuan dan anak-anak di tengah hutan yang membuat bulu kuduknya merinding.

“Kejadian-kejadian tersebut sudah biasa saya alami, tetapi tidak membuat semangat surut untuk memberikan kinerja terbaik. Saya anggap hal-hal itu menjadi salah satu konsekuensi pekerjaan yang harus diatasi,” kata Zaenur.

Zaenur pun bertekad untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai sebuah amanah besar dalam menyukseskan operasional kereta api di Tanah Air.

Itulah dedikasi Zaenur sebagai operator KPJR. Ia tak kenal lelah dan tidak pernah menyerah dalam melaksanakan tugas kesehariannya . Profesionalisme, integritas, dan loyalitas yang tinggi adalah kunci semangat seorang operator KPJR.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com