Advertorial

Pupuk Indonesia Teken MoU Pasokan Gas untuk Pabrik Pupuk di Papua Barat dan Proyek Pusri 3B

Kompas.com - 18/06/2021, 13:51 WIB

KOMPAS.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) menandatangani nota kesepahaman mengenai jual beli gas bumi dari Blok Kasuri untuk pabrik amoniak-urea dan metanol di Papua Barat.

GOPKL akan menyuplai gas bumi dengan volume sekitar 112,6 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk pabrik amoniak-urea dan 109,3 MMSCFD untuk pabrik metanol.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, dengan ditandatanganinya Memorandum Of Understanding (MoU) tersebut, Pupuk Indonesia bisa mendapatkan jaminan pasokan gas bumi guna memenuhi kebutuhan proyek pabrik amoniak-urea dan metanol di Papua Barat.

Selain itu, Pupuk Indonesia juga dapat memenuhi kebutuhan pasokan gas di pabrik pupuk Pusri 3B serta pabrik eksisting lainnya.

Pabrik amoniak-urea dan methanol tersebut direncanakan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton dan metanol sebesar 1 juta ton.

“Proyek ini nantinya akan dijalankan oleh anak perusahaan kami, PT Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim). Pembangunan proyek ini bukan hanya akan menambah kapasitas produksi pupuk nasional, melainkan juga mengurangi ketergantungan impor metanol di Indonesia,” ujar Bakir dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (18/6/2021).

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, proyek amoniak-urea dan metanol Pupuk Indonesia dapat meningkatkan pengembangan ekonomi di Papua Barat.

“Proyek tersebut akan menciptakan multiplier effect, seperti terbukanya lapangan kerja baru, bisnis pendukung setempat, dan berbagai peluang investasi,” jelas Arifin.

Bakir menambahkan, penandatanganan MoU berperan penting bagi rencana pembangunan Proyek Pusri 3B. Kesepakatan ini memperkuat pasokan pupuk domestik dalam rangka program ketahanan pangan nasional.

Pabrik Pusri 3B sendiri direncanakan akan dibangun dengan kapasitas produksi urea sebesar 900.000 ton per tahun.

Selain Pupuk Indonesia, dua anggota holding lainnya, yaitu Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang dan Petrokimia Gresik, juga sudah menandatangani nota kesepahaman dengan sejumlah kontraktor minyak dan gas bumi (migas).

Pusri Palembang meneken MoU dengan PetroChina International Jabung untuk volume gas sebesar 60 billion british thermal unit per day (BBTUD) yang akan disalurkan mulai 2036 dan Repsol Sakakemang untuk volume 38 MMSCFD yang akan onstream mulai 2024.

Pusri akan memanfaatkan gas tersebut untuk memenuhi kebutuhan gas di sejumlah pabrik existing, terutama untuk pabrik pupuk baru Pusri 3B yang akan beroperasi pada 2025.

Lalu, Petrokimia Gresik meneken MoU dengan Kangean Energy Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gas pabrik pupuk amoniak-urea eksisting dan kebutuhan pabrik lainnya. Sedangkan untuk besaran volumenya belum ditentukan.

“Gas bumi adalah komponen yang sangat penting bagi industri pupuk. Oleh karena itu, kepastian pasokan dan ketersediaannya sangat menentukan keberlanjutan dan pengembangan perusahaan kami,” jelas Bakir.

Pupuk Indonesia, lanjut Bakir, mengapresiasi dukungan pemerintah selama ini, khususnya Kementerian ESDM yang telah menerbitkan Keputusan Menteri ESDM No. 89K Tahun 2020 tentang Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri.

“Melalui keputusan tersebut, Pupuk Indonesia bisa mendapatkan harga gas yang kompetitif sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing,” ucap Bakir.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com