Advertorial

Jeli Melihat Potensi, Ini yang Dilakukan Kadus Lilik Sosok di Balik Viralnya Wisata Nepal van Java

Kompas.com - 18/07/2021, 08:14 WIB

KOMPAS.com - Saat sektor pariwisata di Tanah Air lesu akibat pandemi Covid-19, desa wisata Dusun Butuh justru berkembang.

Dusun Butuh yang berlokasi di Desa Temanggung, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah (Jateng), kini menjadi destinasi yang naik daun dan dijuluki sebagai Nepal van Java.

Ragam foto apik perumahan penduduk yang bertumpuk dan berlatar gunung di Dusun Butuh ramai diunggah di Instagram oleh wisatawan.

Dusun tersebut berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Rumah-rumah di dusun tersebut dibangun dengan susunan rapi dengan lanskap topografi miring di kaki Gunung Sumbing sehingga menampilkan pemandangan layaknya di Nepal.

Tidak hanya memiliki potensi pemandangan alam yang menawan, Dusun Butuh menawarkan udara sejuk khas pegunungan. Kabut yang menyelimuti perumahan kaki gunung membuat suasana di sana semakin mirip Nepal.

Untuk diketahui, sebelum berubah menjadi pemukiman seperti sekarang, Dusun Butuh adalah kawasan pertanian milik warga Desa Temanggung. Seiring waktu berjalan, warga mulai membangun rumah yang berdampingan dengan ladang pertanian mereka, seperti kentang, kol, wortel, dan beragam sayur-mayur.

Namun, kepopuleran Dusun Butuh sebagai Nepal van Java tak muncul serta merta dalam semalam. Di balik namanya yang makin terdengar, ada usaha kolektif masyarakat di Dusun Butuh yang jeli melihat potensi.

Bagi mereka, modal finansial bukanlah faktor utama untuk berkembang menjadi sebuah desa wisata. Justru, kecermatan menemukan potensi dan kegigihan warga jadi bukti wilayah itu bisa seperti sekarang.

-Dok. BRI -

Hal itu disampaikan Kepala Dusun Butuh (Kadus) Lilik Setyawan. Ia menilai, niat, tekad, dan harapan warga yang membuat Dusun Butuh kini semakin maju.

“Jika tekad terpelihara dengan baik, akan melahirkan sugesti yang akhirnya mendorong untuk mengatakan, ‘ya, kita bisa’,” ujar Lilik dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (16/7/2021). 

Lilik menjelaskan, Dusun Butuh memiliki ragam potensi untuk mendukung perkembangannya sebagai desa wisata. Beberapa di antaranya adalah potensi alam dan kearifan lokal masyarakat.

Potensi tersebut sudah dikembangkan. Kini, lanjut Lilik, pihaknya ingin menggali potensi lain untuk menarik minat pengunjung lebih banyak lagi.

“Masih banyak spot yang bisa diulik. Misalnya, Bukit Menara Pandang dan pengembangan wahana bermain flying fox,” terang Lilik.

Lilik mengungkapkan, jumlah pengunjung yang datang ke Dusun Butuh mencapai 15.000 orang per bulan, baik wisatawan maupun pendaki Gunung Sumbing.

Kunjungan wisatawan tersebut turut memberi dampak positif terhadap ekonomi warga, terutama pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Para pedagang di Dusun Butuh ikut merasakan dampaknya. Mereka bisa memasarkan berbagai produk, khususnya sayur-mayur dan penganan khas untuk dijadikan oleh-oleh,” jelas Lilik.

-Dok. BRI -

Libatkan kaum muda desa

Lilik mengakui, untuk mengelola potensi desa yang besar, dibutuhkan energi yang besar pula. Menyadari hal ini, pihaknya turut mengikutsertakan anak-anak muda potensial dalam pengembangan desa wisata Nepal van Java.

Ia menilai, kaum muda punya peran vital untuk memajukan desanya. Oleh karena itu, pihaknya menggandeng karang taruna Desa Temanggung untuk mengelola sistem pariwisata di Dusun Butuh.

"Untuk pengelolaan, saya serahkan pada karang taruna. Dalam karang taruna itu sendiri terdapat divisi pengelola wisata," kata Lilik.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Temanggung Ukisman Prasojo mengatakan, pihaknya telah merintis Nepal van Java sejak 2015.

Hal itu dimulai dengan mengelola obyek wisata Dusun Butuh dan obyek pendakian Gunung Sumbing.

“Secara manajemen memang jadi satu (karang taruna), tapi pengelolaan di setiap kategori wisata sudah dipegang oleh masing-masing tim,” ujar Ukisman.

Agar wisata semakin berkembang, Ukisman menambahkan, pihaknya menerima masukan dari berbagai pihak, baik wisatawan, warga lokal, maupun pemerintah desa.

Apalagi, ketika Dusun Butuh viral dan semakin populer di media sosial, pihaknya terus melakukan upaya perbaikan kualitas manajemen layanan dan berinovasi dengan menggali potensi-potensi wisata baru lainnya.

-Dok. BRI -

Dukungan pada sektor pembiayaan

Direktur Bisnis Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) Supari mengapresiasi langkah progresif yang dilakukan Kadus Dusun Butuh dan para anggota karang taruna setempat.

Supari menilai, organisasi kepemudaan, yaitu Karang Taruna Desa Temanggung, merupakan organisasi yang dinamis. Pasalnya, demi meningkatkan kualitas pelayanan bagi wisatawan, para pemuda tetap mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak.

“Mereka menjual jasa dan menawarkan eksperimen pada pelanggan. Hal ini kompleksitasnya tinggi dan menuntut fungsi-fungsi kerja yang sangat presisi. Mempertimbangkan masukan dari para pelanggan adalah kunci penting,” terang Supari.

Supari melanjutkan, dalam konteks pengembangan sektor pariwisata seperti Nepal van Java, BRI melakukan langkah-langkah kerja sama untuk mendukung pariwisata di Jateng tersebut.

Sebagai sektor pembiayaan, BRI terus bertransformasi. Salah satunya dengan membangun bisnis-bisnis model baru.

Supari mengatakan, seluruh bisnis model yang akan dibangun pada dasarnya berbasis ekosistem.

“Seperti di sini (Dusun Butuh) adalah ekosistem wisata dan pertanian. Oleh karena itu, akan lebih baik bila anak mudanya didorong untuk menyusun business plan,” imbuhnya.

Dengan demikian, BRI akan menyeleksi model bisnis mana yang paling berdampak besar bagi masyarakat.

“Perencanaan bisnis adalah langkah penting untuk mendorong potensi yang ada menjadi lebih berkembang dan sukses,” terangnya.

Untuk diketahui, BRI saat ini sudah menyelesaikan tahapan pemberdayaan bagi masyarakat yang memiliki potensi khusus seperti di Dusun Butuh. Adapun tahapan berikutnya adalah pembiayaan.

Supari memaparkan, risiko pembiayaan model bisnis desa wisata tergolong kecil. Hal itu karena operasional manajemen desa wisata Nepal van Java sudah terukur dengan pasti sehingga lebih mudah untuk masuk ke tahap pembiayaan.

Adapun bentuk pembiayaan yang dimiliki BRI bagi pelaku usaha, antara lain, melalui program corporate social responsibility (CSR), kredit kemitraan, kredit usaha rakyat (KUR), hingga komersial.

“BRI saat ini juga memiliki program local heroes. Kini, kami tengah mencari tokoh-tokoh berpengaruh yang menjadi pendorong perubahan seperti Pak Kadus Lilik,” ujar Supari.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com