Advertorial

Pentingnya Daya Tahan Digital dalam Pengembangan SDM di Indonesia

Kompas.com - 26/07/2021, 23:38 WIB

KOMPAS.com – Seiring dengan perkembangan teknologi digital yang kian pesat serta pemanfaatannya yang semakin luas, kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai penggunanya harus semakin dikembangkan.

Tujuannya, agar SDM Indonesia dapat berdaya dan mencapai potensi terbaiknya.

Untuk menghadapi perkembangan teknologi digital tersebut ada beberapa soft skills yang penting dimiliki, yaitu kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.

Dosen Universitas Lancang Kuning dan anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Khuriyatul Husna mengatakan, pengembangan SDM berkaitan dengan pengalaman belajar terencana dalam kurun waktu tertentu.

“Proses pembelajaran ini dapat mengubah perilaku seseorang di masa depan ke arah yang lebih baik,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Dengan adanya transformasi digital, kata Khuriyatul, pengembangan SDM erat kaitannya dengan kecakapan menggunakan teknologi, terutama penggunaan teknologi dengan penuh tanggung jawab.

“Oleh karena itu, SDM harus memiliki daya tahan digital dan mampu mengarungi internet secara aman serta beretika. Perlu diperkuat lagi pengetahuan bahwa dalam bermedia digital harus memperhatikan tata krama dan aturan dalam menggunakan internet,” ujarnya.

Hal itu Khuriyatul dalam webinar, bertajuk “Pengembangan SDM Melalui Literasi Digital”, Rabu (21/7/2021).

Webinar tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) serta Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Selain Khuriyatul, webinar tersebut juga dihadiri oleh beberapa narasumber lain. Sebut saja, Account Executive MNC Group Ali Elanshory, founder Penerbit Nyala Muhammad Taufan Akbar, perwakilan Kaizen Room Aidil Wicaksono, serta presenter dan mahasiswa doktoral Mohwid.

Salah satu peserta webinar, Nanda Hashifah, bertanya tentang pentingnya memahami ruang lingkup digital.

“Bagaimana jika kita tidak paham akan pentingnya ruang lingkup etika digital dan apa yang harus kita lakukan agar kita bisa memahaminya?” tanya Nanda.

Khuriyatul menjawab pertanytaan tersebut sesuai dengan pemaparannya. Menurutnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengikuti literasi digital untuk menambah pemahaman. Tidak hanya cakap, tetapi pengguna internet juga harus memerhatikan tata krama dalam bermedia digital.

“Harus sadar etika yang berlaku di dalam dunia riil juga harus berlaku di dunia digital. Kita harus memiliki integritas dan jujur dalam berinteraksi menggunakan internet. Segala tindakan sekecil apa pun harus bisa dipertanggungjawabkan,” papar Khuriyatul.

Sebagai informasi, seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital.

Untuk itu, penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Selain itu, bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lengkap tentang Gerakan Nasional Literasi Digital, bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kemenkominfo juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga webinar tersebut dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini menargetkan 12,5 juta partisipan sehingga dibutuhkan dukung dari semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau