Advertorial

Milenial, Kunci Menjadi Pemimpin di Era Digital Adalah Pembelajar Seumur Hidup

Kompas.com - 26/07/2021, 23:40 WIB

KOMPAS.com – Kalangan milenial dianggap memiliki sifat sebagai natural entrepreneurs. Pasalnya, mereka dapat menemukan solusi untuk masalah yang bersifat jangka panjang dalam semangat berbisnis.

Kalangan milenial juga dinilai berani mengambil risiko dengan mengambil keputusan secara cepat dan dapat bekerja dalam suatu proyek yang selalu mengalami perubahan.

Meski demikian, kemampuan tersebut tidak bisa datang begitu saja. Kemampuan tersebut perlu dilatih dengan kebiasaan bertanya jika membutuhkan bantuan, berpikir kritis, dan berusaha sendiri memecahkan masalah secara individual.

Selain itu, hal yang terpenting adalah penerapan etika. Seorang natural entrepreneurs harus dapat mengakui dan menghargai ide orang lain.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar bertajuk “Tantangan Millennial Menjadi Pemimpin di Era Digital”.

Webinar yang digelar Rabu (21/7/2021) pukul 13:00 tersebut diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Forum tersebut menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, yakni dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas (Fisipol) Gadjah Mada (UGM) dan IAPA Tauchid Komara Yuda, SSos, MDP, serta Director of Center for Public Policy & Management Studies Parahyangan Catholic University dan IAPA Tutik Rachmawati, PhD.

Kemudian, hadir pula penulis dan budayawan M Jadul Maula, peneliti Institut Humor Indonesia Kini Mikhail Gorbachev Dom, serta aktor dan pembuat film Qausar Harta Yudana.

Dalam pemaparannya, Tauchid menyampaikan bahwa tidak lama lagi, generasi milenial dan generasi Z akan menduduki jabatan publik yang penting. Hal ini sejalan dengan adanya kepentingan baru di era manajemen informasi.

Tauchid pun menekankan kepada kalangan milenial bahwa pemimpin merupakan fasilitator yang harus siap turun langsung. Seorang pemimpin tidak hanya mengarahkan di level instruktur, tetapi juga harus menguasai konsep dan detail pada komponen penting agar dapat berkolaborasi dengan pihak lain.

“Hal yang harus dimiliki oleh pemimpin di era 4.0 adalah goals, motivation, support, success, contribution, dan teamwork,” jelas Tauchid seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Hal tersebut perlu dimiliki karena pemimpin di era mendatang akan menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Pemimpin akan mengarahkan dan menjadi panutan bagi generasi berikutnya yang berbeda secara didikan dan pandangan.

Ia, lanjut Tauchid, juga akan memimpin dalam dunia yang bersifat disruptif dan harus mampu mengikuti perubahan yang akan selalu terjadi. 

“Para pemimpin di masa yang akan datang ini harus memiliki mental yang mengayomi dan siap menjadi pembelajar seumur hidup,” imbuh dosen Fisipol UGM tersebut saat membagikan resep kepada kalangan milenial terkait pemimpin di era digital.

Tauchid juga meminta kalangan milenial untuk melupakan hierarki saat menjadi seorang pemimpin di era digital. Pasalnya, teknologi bisa membuka potensi bahwa setiap orang unik.

“Selain itu, mereka harus mampu memahami mana yang esensial dan mana yang teknis,” papar Tauchid.

Sebagai informasi, webinar “Tantangan Millenial Menjadi Pemimpin di Era Digital” merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat.

Kegiatan itu terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada seri webinar berikutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Penyelenggara webinar mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga acara dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan program literasi digital dengan target 12,5 juta partisipan ini akan tercapai jika didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau