Advertorial

Serba-serbi Kanker Serviks, Penyebab Kematian Nomor Dua Wanita Indonesia

Kompas.com - 05/08/2021, 17:29 WIB

KOMPAS.com – Kanker serviks merupakan jenis kanker dengan jumlah—baik angka kejadian maupun kematian—paling banyak kedua yang diderita wanita Indonesia, setelah kanker payudara. Kanker yang menyerang sel-sel di leher rahim ini disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Dokter spesialis kandungan sekaligus konsultan onkologi Mayapada Hospital Tangerang dr Elfahmi A Noor Azis, Sp OG (K) Onk mengatakan, saat terpapar HPV, sistem kekebalan tubuh biasanya mampu mencegah virus agar tidak membahayakan tubuh.

“Namun, pada sebagian kecil orang, virus dapat bertahan selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan sel serviks berubah menjadi sel kanker,” ujar dr Elfahmi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (4/8/2021).

Wanita yang menderita kanker serviks stadium awal, lanjut dia, umumnya tidak menunjukkan tanda atau gejala. Gejala baru akan dirasakan ketika sel kanker sudah berkembang lebih besar.

Adapun gejala umum yang sering muncul pada penderita kanker serviks adalah pendarahan pada vagina setelah melakukan hubungan seksual, keputihan encer dan berdarah yang dapat berbau, serta nyeri, termasuk nyeri panggul saat melakukan hubungan seksual.

Sebagai informasi, wanita yang sering bergonta-ganti pasangan seksual berisiko lebih tinggi menderita kanker serviks. Hal serupa juga dapat terjadi pada wanita yang melakukan aktivitas seksual pada usia dini atau penderita penyakit infeksi menular seksual (IMS).

Selain itu, kanker serviks juga berisiko menginfeksi perokok dan mereka yang abai terhadap kebersihan organ reproduksinya.

Dokter Elfahmi menjelaskan, ada dua jenis kanker serviks yang umum diidap wanita. Pertama, karsinoma sel skuamosa (KSS). Jenis ini merupakan kanker serviks yang paling sering terjadi. KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi bagian luar leher rahim.

Kedua, adenokarsinoma. Jenis kanker serviks ini terdapat pada sel kelenjar saluran leher rahim.

Mencegah kanker serviks

Dikatakan dr Elfahmi, salah satu upaya pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksin ini dapat bekerja optimal ketika diberikan sebelum seseorang melakukan kontak seksual dengan orang lain.

“Vaksin HPV dapat disuntikkan pada wanita yang belum aktif secara seksual atau mulai dari usia 12 tahun hingga maksimal 55 tahun dengan dosis yang sudah ditentukan,” kata dr Elfahmi.

Sementara itu, lanjut dia lagi, wanita berusia di atas 60 tahun sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mendapatkan vaksin HPV.

Dokter Elfahmi menjelaskan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks adalah melakukan hubungan seksual yang aman dengan pasangan sah dan menghindari rokok. Kemudian, berolahraga serta menerapkan pola makan sehat dengan teratur guna menjaga stamina dan sistem kekebalan tubuh.

“Selain itu, Anda juga dapat mengurangi risiko kanker serviks dengan melakukan tes skrining,” ujar dr Elfahmi.

Adapun tes skrining meliputi tes pap smear dan DNA HPV. Tes ini berguna untuk mendeteksi sel-sel abnormal pada serviks, termasuk sel kanker dan sel prakanker, yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks.

Sementara itu, DNA HPV dilakukan untuk menilai apakah pada sampel pap smear terdapat HPV dengan risiko tinggi yang berpotensi menyebabkan kanker serviks.

Untuk diketahui, pada wanita berusia 21-29 tahun, tes pap smear dan DNA HPV sebaiknya dilakukan setiap dua tahun.

Kemudian, pada wanita berusia 30-64 tahun, tes tersebut dapat dilakukan setiap tiga tahun. Pemeriksaan DNA HPV pada kelompok usia ini juga dapat dilakukan setiap lima tahun.

Sementara itu, dr Elfahmi menyarankan agar wanita berusia lebih dari 65 tahun berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu mengenai kebutuhan tes tersebut.

Terapi kanker serviks

Berdasarkan penjelasan dr Elfahmi, penanganan kanker serviks bergantung pada sejumlah faktor, misalnya stadium penyakit kanker serviks, masalah kesehatan lain yang dimiliki, dan pilihan pasien.

Sementara, penanganan kanker melalui pembedahan, radiasi, dan kemoterapi, bahkan kombinasi dari ketiganya dapat digunakan pada kondisi tertentu.

Selain itu, penderita kanker serviks juga bisa mendapatkan perawatan suportif atau paliatif. Perawatan medis khusus ini berfokus pada pemberian obat atau bantuan untuk mengobati rasa sakit dan gejala penyakit serius lain.

“Jika kanker serviks ditemukan lebih dini, peluang keberhasilan atau kesembuhan akan jauh lebih besar,” imbuh dia.

Anda dapat #SelangkahLebihSehat dengan melakukan skrining rutin kesehatan organ reproduksi di fasilitas kesehatan, seperti yang tersedia di Mayapada Hospital.

Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif yang ditunjang oleh kolaborasi dokter multispesialis untuk membantu mengatasi keluhan Anda.

Sebagai informasi, pada kuartal III 2021, Mayapada Hospital akan membuka cabang di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya, berada di Jalan Mayjen Sungkono Nomor 20, Surabaya Barat.

Anda yang berdomisili di Kota Surabaya dapat mengunjungi fasilitas kesehatan tersebut untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. 

Selain itu, Mayapada Hospital juga membuka layanan telekonsultasi berbagai gangguan kesehatan melalui nomor telepon 150770.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com