KOMPAS.com – PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen untuk memperkuat riset dan pengembangan teknologi pertanian. Komitmen itu dilakukan Pupuk Indonesia sebagai bagian dari upaya transformasi bisnis.
Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Nugroho Christijanto menyatakan, pertumbuhan Pupuk Indonesia pada kuartal kedua 2021 didukung oleh sektor pertanian.
“Sektor ini tercatat tetap tumbuh positif selama pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, Pupuk Indonesia sebagai penyedia nutrisi tanaman dan solusi pertanian berkelanjutan akan mengembangkan berbagai produk dan layanan guna membantu meningkatkan produktivitas pertanian," uja” Nugroho dalam keterangan tertulis, Kamis (5/8/2021).
Tak hanya itu, lanjut Nugroho, penguatan riset dan pemanfaatan teknologi yang dilakukan Pupuk Indonesia bertujuan mewujudkan pertanian berkelanjutan yang diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi.
Sebagai upaya penguatan riset, Pupuk Indonesia akan mendirikan Indonesia Fertilizer Research Institute yang akan menjadi pusat riset produk. Setelah itu, melakukan inovasi kebijakan, tidak hanya di sektor pupuk, tetapi juga teknologi pertanian.
Pupuk Indonesia juga menjalin kerja sama yang intens dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Sementara itu, beberapa upaya pemanfaatan teknologi yang dilakukan Pupuk Indonesia, antara lain memperkuat digitalisasi pertanian 4.0, pertanian berbasis Internet of Things (IoT),
mebudidayakan pertanian presisi, dan mengampanyekan pemupukan berimbang.
Sebagai informasi, di ranah perusahaan, Pupuk Indonesia juga mengkaji produksi pupuk rendah emisi, bahan baku pupuk ramah lingkungan, dan pengembangan pupuk yang lebih efisien.
Nugroho berharap, penguatan riset dan pemanfaatan teknologi dapat mendorong produktivitas pertanian serta menaikkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pada akhirnya, pertanian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan upaya penguatan riset dan pemanfaatan teknologi, Nugroho yakin bahwa sektor pertanian akan semakin dilirik oleh generasi millennial .
“Ketertarikan tersebut sudah mulai tampak dengan munculnya banyak startup di bidang pertanian hingga meningkatnya tren urban farming,” ujarnya.
Menurut Nugroho, keterlibatan millennial dalam sektor pertanian sangat penting. Sejumlah riset menyebutkan bahwa mayoritas petani Indonesia saat ini berusia lebih dari 45 tahun dan memiliki tingkat pendidikan rendah. Kondisi tersebut akan menjadi tantangan tersendiri dalam pengimplementasian hasil riset dan pemanfaatan teknologi pertanian.
“Oleh karena itu dibutuhkan peran serta seluruh stakeholder agar terjadi peningkatan jumlah petani muda, dengan kualitas pendidikan yang lebih baik, agar berbagai hasil riset dan teknologi pertanian dapat diterapkan secara efektif,” ujarnya.
Ke depan, Nugroho berharap bahwa hasil riset dan penerapan teknologi ini dapat diterima dan diterapkan oleh petani. Tujuannya, agar pertanian dapat menjadi lebih efisien dan produktif. Hasil riset dan pemanfaatan teknologi juga diharapkan berdampak baik bagi lingkungan dalam jangka panjang.