Advertorial

Perkuat Literasi Digital, Tenaga Pendidik Mesti Ajarkan Netiket pada Peserta Didik

Kompas.com - 18/08/2021, 21:45 WIB

KOMPAS.com – Digitalisasi dalam dunia pendidikan tidak hanya berdampak pada peserta didik, tapi juga tenaga pengajar.

Tenaga pendidik dituntut harus melek teknologi agar tidak ketinggalan zaman dan dapat mengimbangi anak didik yang cenderung lebih adaptif terhadap teknologi.

Melek digital pun tak sebatas pada kemampuan mengoperasikan perangkat dan platform digital saja. Hal ini juga mencakup kecakapan dalam mengolah informasi yang akan dibagikan.

Tak cukup sampai di situ, tenaga pengajar juga perlu mengajarkan peserta didik soal netiket atau etika bermedia digital dalam pembelajaran masa kini.

Dalam webinar bertajuk “Menjadi Pendidik Cerdas dan Cakap Digital” yang digelar pada Kamis (12/8/2021), penulis media sastra daring ceritasantri.id Athif Thitah Amithuhu mengatakan, netiket adalah tata krama di ruang digital atau menggunakan internet.

“Hal ini mesti dipahami oleh pengajar maupun peserta didik agar proses belajar-mengajar dapat berjalan lancar,” kata Athif dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (18/8/2021).

Athif membeberkan, ada empat prinsip netiket yang perlu diimplementasikan oleh guru ataupun murid saat bermedia digital.

Pertama, kesadaran saat bermedia sosial atau mencari informasi di internet. Kedua, integritas. Dengan kata lain, pengguna internet harus jujur, berhati-hati, serta waspada akan segala tindak pelanggaran siber, seperti manipulasi data dan berita.

Ketiga, kebajikan yang berkaitan dengan kebermanfaatan. Contohnya, menjadikan internet sebagai wadah untuk memberikan dan mencari informasi berguna. 

Terakhir, tanggung jawab. Pengguna internet mesti mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan dari penggunaan media itu sendiri.

Kebermanfaatan internet

Perkembangan teknologi, khususnya internet, memberikan manfaat besar bagi 2nd Runner Up The New L-Men of The Year 2020 Fadhil Achyari. Internet membantunya dalam mengakses dan membagikan beragam informasi terkait pola hidup sehat.

“Saya merasa terbantu dengan adanya teknologi digital. Saya membayangkan bila pandemi ini terjadi pada 2010 ke bawah, masyarakat pasti akan sangat susah untuk bisa berkembang seperti sekarang. Ini melihat pemanfaatan teknologi tidak semasif sekarang, begitu pun dengan internet,” jelasnya.

Menyikapi ketergantungan pelajar terhadap perangkat elektronik, pendiri Bombat Media Pradna Paramita mengatakan, hal tersebut sebenarnya bukan menjadi masalah.

“Saat ini, teknologi informasi adalah sebuah alat. Jadi, ketika alat tersebut bisa membantu dalam mencari dan membaca jurnal ilmiah, itu tidak apa-apa. Sebagai solusi, pengajar juga perlu membiasakan anak didik membaca jurnal dalam bentuk teks,” terangnya.

Untuk diketahui, webinar bertajuk “Menjadi Pendidik Cerdas dan Cakap Digital” merupakan salah satu rangkaian webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) serta Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital.

Acara yang terselenggara di DKI Jakarta tersebut merupakan upaya Kemenkominfo dalam menyosialisasikan Seri Modul Literasi Digital sebagai bagian dari program Literasi Digital Nasional yang diinisiasi pemerintah.

Ada empat tema besar yang dibahas dalam Seri Modul Literasi Digital, yaitu Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital.

Webinar Indonesia #MakinCakapDigital ditargetkan menyerap 12,5 juta partisipan. Karena itu, Kemenkominfo berharap, seluruh elemen masyarakat mau ikut serta dalam acara tersebut. Dengan begitu, literasi digital dapat terwujud di Indonesia. 

Sebagai informasi, kegiatan tersebut terbuka untuk umum. Jadi, bagi siapa saja yang ingin memahami literasi digital dapat mengikuti acara tersebut melalui akun Instagram @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau