Advertorial

Market Share Kredit Pertanian Capai 28 Persen, BRI Perkuat Ekosistem Bisnis Pertanian Berkelanjutan

Kompas.com - 23/08/2021, 14:59 WIB

KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus berkontribusi dalam membangun dan membentuk ekosistem bisnis pertanian di Tanah Air secara berkelanjutan.

Hal tersebut dilakukan untuk mendorong dan menggerakkan bisnis pangan di dalam negeri.

Seperti diketahui, akibat pandemi Covid-19, sektor pertanian mengalami gejolak karena rantai penyokong pangan ikut terdampak. Hal ini terjadi karena penurunan daya beli masyarakat.

Akan tetapi, sektor pertanian dinilai memiliki ketahanan yang kuat sehingga mampu tetap tumbuh secara positif berkat dorongan dunia perbankan.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan, sektor pertanian dan pangan akan terus bergerak kendati menghadapi berbagai tantangan, seperti pandemi. Pasalnya, sektor ini menyangkut kebutuhan utama manusia. 

Guna mendukung hal tersebut, BRI berkomitmen untuk mendampingi sektor pertanian dan pangan dalam melakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini.

Oleh karena itu, kata Amam, pihaknya akan terus beradaptasi serta bertransformasi untuk memberikan layanan kepada para petani dan pelaku usaha mikro.

“Dengan perubahan-perubahan itu, BRI akan berfokus mengembangkan sektor pertanian dalam bentuk ekosistem usaha,” ujar Amam dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (23/8/2021).

Adapun pengembangan bentuk ekosistem usaha yang dimaksud meliputi komoditas atau wilayah (cluster). Misalnya, ekosistem cluster padi dan tebu.

Menurut Amam, pembentukan ekosistem usaha yang kuat dan mapan dapat mendorong pengembangan komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia.

Dengan begitu, petani-petani Indonesia diharapkan dapat menembus pasar internasional (go global), di samping memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Amam menjelaskan, sokongan BRI terhadap bisnis pertanian sebenarnya sudah sangat kuat dengan peningkatan yang masif setiap tahun.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto. Dok. BRI Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto.

Oleh karena itu, Amam menegaskan, pihaknya siap menyediakan ekosistem pembiayaan untuk bisnis pertanian, mulai dari simpanan, transaksi, pembiayaan, hingga pemberdayaan.

Sebagai informasi, portofolio kredit BRI pada bisnis pertanian mencapai Rp 94,4 triliun atau 11,82 persen dari total kredit pada 2018. Angka tersebut naik menjadi Rp 102,2 triliun atau tumbuh 11,89 persen setahun kemudian.

Lalu, pada 2020, angka tersebut naik menjadi Rp 111,5 triliun atau 12,66 persen dari total portofolio.

Bahkan, di tengah pandemi, tren penyaluran kredit ke bisnis pertanian mencapai Rp 117,5 triliun pada semester I 2021 atau meningkat 12,8 persen secara year on year.

Pencapaian tersebut pun turut mendorong peningkatan pembiayaan sektor pertanian secara nasional, yakni dari 27,78 persen menjadi 28,03 persen.

Di sisi lain, pembentukan ekosistem usaha pertanian atau klasterisasi bisnis pangan juga sudah berjalan.

Amam mengatakan, BRI telah mendorong penguatan klaster bisnis padi nasional. Saat ini, nasabah yang mendapat pembiayaan dari BRI, khususnya untuk ekosistem beras dan penggilingan padi, mencapai 40.798 nasabah dengan total plafon kredit mencapai Rp 4,1 triliun.

Dari total nasabah tersebut, pembiayaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro menempati posisi teratas dengan 25.697 nasabah. Disusul dengan program Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) sebanyak 8.908 nasabah, KUR Ritel 3.496 nasabah, serta Pinjaman Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.697 nasabah.

Sementara itu, masing-masing program mencatat plafon yang beragam. Kupedes BRI, misalnya, mencapai plafon sebesar Rp 642,3 miliar. Kemudian, KUR Mikro Rp 64,4 miliar, KUR Ritel Rp 800,3 miliar, serta pinjaman UKM Rp 1,9 triliun.

Adapun program KUR Ritel dan Pinjaman di UKM disediakan khusus untuk membiayai nasabah-nasabah yang bergerak di bidang penggilingan padi.

Untuk diketahui, BRI termasuk bank yang memberikan pembiayaan terbanyak untuk penggilingan padi, yakni dengan jumlah 6.190 debitur

Selain melalui pembiayaan, lanjut Amam, dukungan terhadap sektor pertanian juga dilakukan dengan memberikan edukasi kepada para petani. Misalnya, mengenai peningkatan produktivitas lahan dan pengelolaan keuangan yang baik.

“Kami juga menyediakan sarana untuk tempat mereka berkumpul dan berbagi pengetahuan (sharing knowledge). Kemudian, yang terpenting juga adalah memberikan edukasi mengenai cara mengakses pasar,” kata Amam.

Amam menambahkan, untuk menciptakan bisnis pertanian yang efektif dan efisien, diperlukan kolaborasi banyak pihak yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Hal itu berdasarkan pengalaman BRI di lapangan selama ini.

Amam mengatakan, dalam satu ekosistem pertanian, pihak yang terlibat sangat banyak. Masing-masing pihak memiliki peranan yang penting.

Oleh karena itu, pihak yang terlibat harus saling mendukung. Pasalnya, kata Amam, bila salah satu pihak tidak bekerja secara efisien, seluruh ekosistem turut merasakan dampaknya.

“Semua ekosistem harus mendapatkan kebutuhan produksi dengan tepat waktu, jumlah, dan kualitas. Proses itu harus berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga tidak ada rantai yang terputus,” imbuh Amam.

Menurut Amam, pihaknya sedang mencoba menggabungkan semua ekosistem tersebut sehingga semua titik bisa mengevaluasi tingkat efisiensi masing-masing.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com