Advertorial

Akting Lutesha dan Jerome Kurnia Perkuat Film “Penyalin Cahaya” Karya Wregas Bhanuteja

Kompas.com - 27/08/2021, 10:08 WIB

KOMPAS.com – Kehadiran dua aktor muda berbakat, Lutesha dan Jerome Kurnia, semakin memperkuat alur cerita film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja. Sebelumnya, Shenina Cinnamon dan Chicco Kurniawan lebih dulu didapuk sebagai dua pemeran utama.

Untuk diketahui, Lutesha dan Jerome pernah memenangkan berbagai penghargaan. Beberapa di antaranya adalah pemenang film pendek terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 serta dua kali Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2016 dan 2019 untuk film pendek terbaik.

Tidak hanya itu, rekam jejak kedua aktor muda tersebut di dunia perfilman Indonesia pun tidak bisa diremehkan. Lutesha pernah berakting dalam sejumlah film layar lebar, seperti My Generation (2017), Ambu (2019), Bebas (2019), dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020).

Berkat aktingnya dalam film My Generation, Lutesha berhasil masuk nominasi sebagai Aktris Pendatang Baru Terpilih dari Piala Maya 2017. Aktris berusia 27 tahun ini juga berperan di serial web Halustik (2018) dan menjadi model beberapa video musik, di antaranya “Konon Katanya” karya Kunto Aji dan “Mendekati Lugu” karya Noah.

Sementara itu, Jerome Kurnia juga memiliki jejak karier akting yang menjanjikan. Ia beberapa kali bermain dalam film layar lebar, seperti Bumi Manusia (2019), Dilan 1991 (2019), Milea: Suara dari Dilan (2020), dan film pendek Dear to Me (2021) yang baru saja tayang di Locarno Film Festival.

Akting pria berusia 27 tahun tersebut juga merambah ke serial web, yaitu Gossip Girl Indonesia (2020). Berkat perannya sebagai Robert Suurhof dalam film Bumi Manusia, ia berhasil masuk nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2019 dalam kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Berperan sebagai teman Sur

Adapun dalam jalinan film Penyalin Cahaya, Lutesha berperan sebagai Farah. Tokoh ini digambarkan sebagai mahasiswi di kampus yang sama tempat Sur (Shenina Cinnamon) berkuliah dan Amin (Chicco Kurniawan) bekerja sebagai pegawai kios fotokopi.

Sementara, Jerome Kurnia memerankan karakter Tariq, mahasiswa yang juga berteman dengan Sur di kampus yang sama.

Film Penyalin Cahaya menceritakan tentang Sur yang harus kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar. Sur juga tidak mengingat apa pun yang terjadi pada dirinya saat menghadiri pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya.

Pada pesta tersebut, Sur tidak sadarkan diri. Ia lantas meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya yang tinggal dan bekerja sebagai tukang fotokopi di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

Jalan cerita memikat

Saat pertama kali mendengarkan cerita Penyalin Cahaya dari Wiregas, Lutesha mengaku langsung terpikat. Ia juga merasa tertarik sekaligus tertantang untuk memerankan karakter Farah begitu ditawari peran tersebut oleh sang penulis.

“Subplot cerita Farah yang sangat menarik dan kompleks membuat saya tertarik untuk memainkan karakternya. Terdapat banyak layer dari backstory yang tidak ditunjukkan secara eksplisit sehingga membuat karakter Farah semakin tajam,” kata Lutesha dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (26/8/2021).

Ia melanjutkan, dinamika emosi yang naik turun, trauma terpendam, ledakan emosi, serta konsistensi karakter menjadi tantangan dan pengalaman yang baru bagi untuk Lutesha.

Hal yang sama juga dialami Jerome usai menyimak kisah Penyalin Cahaya dari Wregas. Menurut Jerome, berbagai kejadian di dalam cerita Penyalin Cahaya jarang digambarkan dalam film. Padahal, kejadian-kejadian tersebut dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ditawari Wregas untuk memerankan karakter Tariq, ia pun langsung menerima tawaran itu.

“Emosi karakter Tariq berspektrum. Bisa naik, bisa turun. Tidak lazim ditemukan pada banyak orang karena memiliki masa lalu yang jarang dialami sehingga membedah karakter Tariq jadi tantangan buat saya. Tidak mudah mencari referensi untuk menghidupkan Tariq,” papar Jerome.

Tariq mengaku, pada pencarian tersebut, ia menyadari ternyata banyak orang di sekitar hidupnya mempunyai pengalaman hidup yang bisa diserap untuk menghidupkan karakter Tariq.

“Saya jadi lebih jatuh cinta lagi kepada karakter Tariq,” ungkap Jerome.

Menurut Wregas, Lutesha dan Jerome Kurnia merupakan dua aktor yang totalitas.Dok. Rekata Studio Menurut Wregas, Lutesha dan Jerome Kurnia merupakan dua aktor yang totalitas.

Dua aktor yang totalitas

Begitu pun bagi Wregas, sutradara sekaligus penulis film Penyalin Cahaya, tidak memerlukan waktu yang lama untuk memastikan Lutesha dan Jerome Kurnia sebagai pemeran terbaik untuk peran Farah dan Tariq.

Wregas mengaku bahwa saat pertama kali melihat performa akting Lutesha di film My Generation, ia menyadari bahwa kekuatan seni peran Lutesha terletak pada matanya.

Menurutnya, melalui akting Lutesha, penonton dapat membaca latar belakang karakter dan berbagai peristiwa yang ia alami hanya dengan melihat matanya.

“Inilah yang saya butuhkan untuk karakter Farah. Karakter yang kompleks dengan berbagai sejarah dan peristiwa yang membebaninya di masa lalu. Karakter yang tetap mencoba bertahan hidup meskipun banyak kepahitan yang ia alami, dan kita (bisa) mengetahui itu hanya dari menatap matanya,” kata Wregas.

Di mata Wregas, Lutesha memiliki totalitas saat menceburkan diri ke dalam karakter film yang ia bintangi. Misalnya saja, dengan memotong rambutnya jadi pendek sebahu. Padahal, rambutnya selalu panjang dalam film-film yang ia bintangi sebelumnya.

“Sama halnya dengan Jerome yang memotong rambutnya menjadi nyaris gundul. Hal ini membantu untuk me-restart semua karakter-karakter yang mereka perankan di masa lalu serta sepenuhnya berlayar dengan karakter Tariq dan Farah di film ini,” papar Wregas.

Sementara, pada diri Jerome, Wregas melihat determinasi setelah mendengar cerita tentang kerja keras dan latihan intens Jerome saat mempelajari bahasa Belanda untuk memerankan karakter Robert Suurhof dalam film Bumi Manusia.

Ia berpendapat bahwa waktu, passion, dan kecintaan terhadap seni peran memiliki pengaruh penting bagi seorang aktor untuk mengeksekusi perannya. Menurut Wregas, Jerome memiliki ketiga hal itu.

“Karakter Tariq adalah karakter yang range emosinya sangat beragam. Mulai dari marah, canda, tangis, euforia, dan puas. Bersama Jerome, saya memiliki banyak sekali waktu untuk mengeksplorasi emosi-emosi tersebut dan mencoba untuk melepaskannya setiap break. Setelah banyak waktu berlatih, Jerome dapat menguasai semua range emosi karakter tersebut,” ungkap Wregas.

Adapun sesi pembedahan karakter dan latihan intens dilakukan Jerome dan Lutesha bersama Wregas.

“Jerome dan Lutesha menyumbangkan beberapa elemen, seperti background masa lalu, trauma, hand-props yang selalu ia pegang, pakaian, sampai ke kebiasaan-kebiasaan seperti menggaruk hidung atau rambut. Bersama mereka, karakter Tariq dan Farah menjadi semakin utuh,” kata Wregas.

Sutradara berusia 28 tahun tersebut melanjutkan, selain dedikasi dan performa, Lutesha dan Jerome memiliki concern yang besar untuk menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan seksual dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

Tingkatkan awareness mengenai kekerasan seksual

Lebih lanjut, Lutesha berpendapat, film Penyalin Cahaya memiliki peran penting untuk meningkatkan awareness terhadap topik kekerasan seksual. Terlebih, jarang ada film Indonesia yang mengangkat topik tersebut.

“Film Penyalin Cahaya bisa menyampaikan suara penyintas kekerasan seksual yang masih berjuang untuk mendapatkan keadilan. Dengan film ini dilihat banyak orang, saya harap akan ada dampak yang signifikan, tidak hanya di industri film, tetapi juga di kehidupan nyata. Misalnya, perubahan regulasi hukum dari pemerintah,” ungkap Lutesha.

Sebagai informasi, Penyalin Cahaya merupakan film panjang pertama karya Wregas Bhanuteja. Sebelumnya, ia sudah melahirkan sejumlah film pendek yang berhasil masuk ke berbagai kompetisi festival film internasional.

Film tersebut adalah Lemantun (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), Lembusura (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), Prenjak (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta Tak Ada yang Gila di Kota Ini (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).

Dalam membuat film Penyalin Cahaya, Rekata Studio yang diproduseri oleh Adi Ekatama dan Ajish Dibyo berkolaborasi dengan produser Willawati dari Kaninga Pictures.

Kaninga Pictures merupakan rumah produksi yang pernah memproduksi film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).

Film Penyalin Cahaya diperkuat oleh jajaran aktor-aktris muda dan senior, serta para kru berpengalaman dalam industri film Indonesia.

Di tengah lesunya perfilman Indonesia akibat kondisi pandemi, Rekata Studio dan Kaninga Pictures tetap terus berkarya dengan melakukan proses produksi film Penyalin Cahaya yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Secara berkala, film tersebut juga akan segera mengumumkan seluruh jajaran pemainnya dan berbagai informasi menarik.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai film Penyalin Cahaya, Anda dapat mengakses akun media sosial Penyalin Cahaya di laman Instagram, Twitter, dan YouTube Rekata Studio.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau